04.

141 5 0
                                    

Hari sudah sore, dan Ren memutuskan untuk pulang. Ia mulai membereskan meja kerjanya dan segera menuju lift. Saat pintu lift terbuka, Zaky menyapa Ren.

"Hay Ren, mau pulang bareng?" ucap Zaky sambil menghadap Ren, sehingga mereka berhadapan.

Ren memilih untuk diam, masih kesal dengan peristiwa yang terjadi tadi siang. Ren tidak mengerti mengapa dirinya merasa sangat kesal padahal itu adalah hal yang wajar, kan? Kekasih makan bersama itu hal yang biasa.

"Ren, maafkan aku ya," ucap Zaky dengan nada lembut sambil tersenyum ganteng.

"Iya, saya maafkan, Pak Zaky," ucap Ren sambil menunduk.

"Good boy," ucap Zaky. Ren merasa pipi memerah. Bagaimana tidak? Zaky mengusap rambutnya. Untunglah, mereka hanya berdua di dalam lift.

Ting!

Pintu lift terbuka, dan Ren segera bergegas menuju mobilnya. Ia tidak ingin bertemu Zaky lagi, karena hal itu membuat jantungnya berdetak cepat. Zaky melihat Ren yang terburu-buru dan segera menyusulnya.

"Ren, nanti malam kamu free tidak?" tanya Zaky saat mereka berdua berada di lobi apartemen Ren.

"Iya, aku free, Pak Zaky. Ada apa?" tanya Ren, sedikit penasaran dengan pertanyaan Zaky.

"Aku ingin mengajakmu makan malam bersama, sebagai permintaan maaf karena tadi mengingkari janji," ucap Zaky dengan jujur.

"Baiklah, jam berapa kita pergi, dan di mana restorannya agar aku tahu?" ucap Ren setuju dengan ajakan Zaky.

"Jam 8 malam, aku akan menjemputmu. Kamu hanya perlu mengirim lokasimu nanti," kata Zaky.

"Baiklah, kebetulan aku malam ini pulang ke apartemen, jadi kamu tidak perlu lama menjemputku," ucap Ren sebelum pamitan pulang.

Di malam harinya, Ren sibuk memilih pakaian untuk acara makan malam. Ia mencoba satu per satu pakaian yang ada di apartemennya.

"Ini? Tidak, ini terlalu terbuka."

"Ini? Aku rasa ini tidak cocok untuk makan malam dengan Zaky."

Karena frustrasi, Ren memutuskan untuk istirahat sejenak. Tiba-tiba, sebuah pikiran membuatnya tersadar.

"Tunggu dulu, kenapa aku begitu bingung memilih pakaian? Pakailah pakaian yang nyaman bagiku. Astaga, Ren, ada apa denganmu?" Ren berbicara sendiri dan menjawab sendiri, seolah-olah sedang mengalami gangguan mental.

Jam menunjukkan pukul 7.45, Zaky sudah berada di lobi apartemen Ren dan sedang menunggunya.

"Maafkan aku, Pak Zaky. Apakah kamu sudah lama menunggu?" ucap Ren dengan perasaan bersalah karena membuat Zaky menunggu.

"Maaf, aku baru saja sampai. Bisakah kamu berhenti memanggilku 'pak' di luar jam kantor? Aku merasa seperti membawa anak kecil, duh," ucap Zaky kesal karena Ren tak mau memanggilnya hanya dengan nama saja.

"Ah, maafkan aku. Aku akan mencobanya, Zaky," ucap Ren menunduk karena tidak suka melihat tatapan tajam dari Zaky.

Mendengar itu, Zaky tersenyum dan mengusap rambut Ren. "Good boy, aku suka kalau kamu nurut gini."

"Hah? Ren tak paham dengan ucapan Zaky.

Zaky hanya menatap malas Ren dan menarik lengan agar mereka pergi ke restoran yang sudah dipesan oleh Zaky.

Saat di perjalanan, suasana mobil sangat sunyi. Zaky fokus menyetir, dan Ren bingung ingin membicarakan apa. Akhirnya, ia memilih menatapi pinggiran kota dari kaca mobil saja.

"Oh iya, Zaky, bagaimana dengan pacarmu? Tidak apa-apa kamu makan malam sama aku?" Ren bertanya berhati-hati, ingin berjaga-jaga agar tidak menimbulkan masalah dalam hubungan orang lain.

"Tidak masalah, santai saja sama aku, Ren," ucap Zaky tanpa melepaskan pandangannya dari jalan.

Mendengar itu, Ren hanya mengangguk dan kembali menatapi kota dari balik jendela.

"By the way, Ren, apakah kamu sudah punya pacar?" tanya Zaky untuk memastikan apakah Ren sudah berpasangan atau belum.

"Aku tidak punya pacar, selain itu, mana ada yang mau sama orang kaku dan jelek seperti aku?" Ren mengungkapkan rasa insecure karena merasa wajahnya terkesan imut dibandingkan laki-laki pada umumnya.

"Siapa yang bilang kamu jelek? Kamu cantik, Ren," mendengar hal itu membuat wajah Ren memerah.

"Aku laki-laki, mana ada cantik-cantiknya. Kamu mengarang, ya, Zaky?" ucap Ren berusaha menetralkan wajahnya.

"Ahahaha, wajahmu memerah? Apakah kamu sakit?" goda Zaky dari kaca mobil.

"Aku tidak apa-apa, fokus saja pada mengemudi," akhirnya topik mereka pun berakhir.

Setelah 15 menit berkendara, akhirnya mereka sampai di salah satu restoran khas Eropa. Ren dan Zaky segera menuju meja mereka masing-masing.

Sebelum duduk, Zaky dengan sopan menarik kursi terlebih dahulu untuk Ren. "Selamat duduk, Tuan cantik," ucap Ren dengan senyum yang membuat hati Ren berdebar-debar.

"Aku laki-laki, Zaky," ucap Ren setelah duduk.

Zaky hanya terkekeh dan segera menuju kursinya untuk duduk. Akhirnya, mereka memilih menu dan menunggu makanan mereka tiba.

Mereka makan dengan penuh tata krama, karena menghormati etiket makan. Selama makan, mereka tidak banyak berbicara.

Setelah selesai makan, mereka duduk bersama dan mulai berbincang-bincang tentang pekerjaan mereka. Percakapan mereka begitu menarik sehingga mereka tidak menyadari bahwa waktu telah menunjukkan pukul 22.00. Akhirnya, mereka setuju untuk mengakhiri pertemuan tersebut dan pulang ke rumah masing-masing.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 05, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

PANAS. Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang