51. USAI

77 8 2
                                    

"Jangan letakkan kebahagiaanmu di tangan orang lain. Karena jika dia hilang, kamu berantakan."
____________

🎧 Duka_Last Child

Selamat Membaca ~

🍂

Area parkiran PA.SO.LA Restaurant malam ini sangat padat. Ruangan dipenuh pria-pria berjas dan wanita-wanita mengenakan gaun glamour nan mahal. Perusahaan besar milik seorang CEO bernama Irwan Edzard sedang mengadakan ulang tahun perusahaan di restoran Eropa tersebut. Restoran yang terletak di kawasan Jakarta Selatan itu dipenuhi banyak orang, mulai dari pemuda sampai golongan tua.

Okta sebagai anak dari Haris Kurniawan juga ikut hadir beserta keluarga. Setelah berbaikan, Haris sudah sering mengajak keluarganya ke acara-acara perusahaan yang dihadirinya. Ia juga sempat bertemu Papa Sergio—Zayn. Berbincang sebentar, lalu laki-laki itu bergabung bersama pengusaha-pengusaha lain di meja Irwan Edzard.

Di tengah-tengah perkumpulan besar itu, netra Okta menangkap sosok remaja yang menyendiri di salah satu meja kosong dekat jendela kaca. Di saat semua orang orang terlihat bahagia berbincang menikmati acara bebas setelah melewati runtutan acara formal di awal. Pandangan remaja itu justru teralihkan ke luar jendela, tertarik memandangi kelap-kelip lampu kota Jakarta Selatan.

Okta menghampiri remaja itu. Wajahnya terlihat familiar. Kalau tidak salah Okta pernah sekali, dua kali, bertemu dengannya di sekolah.

"Hei, lo anak SMA Sriwijaya, kan?" sapa Okta, sok akrab. Atensi remaja berwajah oval itu bergerak melirik Okta.

"Kenal gue, gak?" tanya Okta, kemudian meneguk koktail kamikaze yang tadi diambilnya. Okta mendesah nikmat saat cairan jeruk nipis bercampur vodka yang ia pesan baru saja membasahi tenggorokan.

Remaja yang mengenakan setelan jas biru gelap itu meneguk singkat koktail Hawaiian blue usai mengacuhkan sedari tadi minuman itu di depannya. "Kenal. Lo, Okta. Temannya Sergio."

Okta tersenyum lebar. "Pinter. Kenapa lo sendirian di sini?"

"Saya gak suka acara ini," jawabnya cepat.

"Alasannya?"

"Karena di sini gak ada Mami saya."
Ia membuang pandangan ke luar jendela.

Okta mengernyit. Ia mengedarkan pandangan ke penjuru ruangan. Okta tidak tahu siapa orang tua cowok bermata sayu tersebut. Mungkin saja orang tuanya sibuk berbincang-bincang dengan para tamu lain. Sehingga dia merasa diacuhkan. 

"Nama lo siapa?" tanya Okta, beralih menatap cowok itu lagi. Badannya hampir setinggi Okta.

"Daniel Edzard."

Ia menyebutkan namanya secara lengkap. Tampang datar bin judes yang diberikan cowok bernama Daniel tadi sekilas mengingatkan Okta pada Sergio yang masih menghilang beberapa hari ini.

"Anaknya Pak Irwan Edzard?" tanya Okta antusias. Daniel mengangguk canggung.

"Ini acara perusahaan lo dong?" Okta berdecak kagum. "Harusnya lo nikmatin. Kasihan bokap lo ngadain acara besar gini, tapi anaknya gak bahagia sama sekali," ucap Okta, berusaha menularkan tawa pada Daniel. Namun, Daniel bukanlah orang yang lepas mengeluarkan tawanya. Tawa Okta berubah jadi senyum kaku. Sementara itu, sorot mata dingin Daniel masih menajam ke arah Okta.

AFEKSI (end)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang