Round One

1.2K 194 15
                                    

Jangan lupa tekan bintangnya dan tinggalkan love sebanyak mungkin~❤️🧡💛💚💙💜🖤🤍🤎

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jangan lupa tekan bintangnya dan tinggalkan love sebanyak mungkin~
❤️🧡💛💚💙💜🖤🤍🤎

Mobil BMW berwarna kuning milik Casya terparkir di depan pintu utama Gedung Labyrinth Books. Casya memberikan kunci mobilnya kepada salah satu satpam yang bertugas. "Pakirkan," ucapnya yang kemudian berlalu.

Casya membuka kaca mata hitam yang bertengger di hidungnya. Dia berjalan dengan langkah tegap menuju lift. Suara high heels Casya menggema di lobi yang memang cukup sepi. Lebih banyak berada di dalam coffee shop.

Masuk ke dalam lift, Casya langsung menuju lantai tiga, tempat dimana divisi editor berada. Casya mendirikan Labyrinth Books bersama dengan Oceana dan Milky. Masing-masing memegang departemen yang berbeda, Milky sebagai CEO, Oceana di bagian marketing dan Casya di bagian editorial.

Lift berhenti di lantai tiga, ketika keluar dari lift akan langsung disambut dengan ruangan editorial yang sunyi—kebanyakan hanya terdengar suara keyboard atau lembaran kertas yang dibuka berkali-kali.

"Bel ... kamu sudah hubungi penulis yang kemarin?" tanya Casya pada Bella. Salah satu editor yang juga merangkap sebagai asisten Casya.

"Sudah Miss. Besok dia mau ketemu katanya," jawab Bella yang memang ingin menyampaikan hal ini pada Casya. Pasalnya, Prima ini Casya sendiri yang memberikan info ke Bella. Sepertinya, Casya jatuh cinta dengan tulisan Prima di salah satu platform online.

"Besok jadwalkan ketemu gue aja. Tempatnya kamu coba diskusikan dengan penulis, enaknya di mana," kata Casya yang kemudian langsung berlalu dari hadapan Bella.

"Baik Miss."

Bella jelas langsung menghubungi Prima—calon penulis—yang ceritanya ditaksir Casya. Kepala editor dan pendiri Labyrinth Books langsung yang tertarik. Sebuah hal yang jarang, karena Casya memiliki selera yang cukup tinggi. Dia jarang terjun langsung memilih penulis, biasanya Casya hanya menerima laporan dari editor akuisisi.

Baru saja Casya menutup pintu ruangannya, ponselnya berdering. Ruangan Casya berbentuk seperti akuarium, full kaca. Casya dapat memperhatikan editor-editor yang bekerja di bawahnya dari ruangan. Walaupun terkadang Casya tidak masalah jika ada editor yang ingin mencari suasana lain untuk mengedit.

"Hallo Babe," sapa Casya yang kini meloudspeker panggilannya.

"Babe ... kamu dimana? Aku mau pinjam mobil kamu dong," tutur Rivaldo.

Casya melihat jam di layar laptop yang baru saja dinyalakannya. "Aku makan siang ini ada janji sama Papi, Babe. Ribet kalau aku naik taksi," sahut Casya yang memang ada janji makan siang dengan papinya.

"Nanti makan siang aku jemput kamu. Aku anterin ketemu Papi, gimana?" Rivaldo memberikan saran. Casya belum menjawab, dia masih berpikir. "Oke Babe? Aku otw sekarang," lanjut Rivaldo yang langsung mematikan sambungan telepon tanpa menunggu jawaban Casya.

Round The BendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang