Nyasar ke kerajaan lain (2)

43 4 0
                                    











Nimas Zara:"Lepaskan mereka!,seorang prajurit benar-benar tidak pantas menyandra anak kecil"
Prajurit1:"Diam kalian kami ini prajurit kerajaan!"
Nimas Zara:"Kalian pikir,aku takut dengan prajurit seperti kalian!"
Prajurit3:"Kau!"
Prajurit4:"Sialan!"
Prajurit2:"Rasakan ini!"

Perterungan terjadi antara segerombolan prajurit sekitar 6 orang dengan seorang pendekar wanita bercadar.
Atau bisa di sebut pendekar Kilat bayangan.
Pendekar itu mengeluarkan belati kecil dari pakaiannya secepat kilat dia menyerang tidak memberikan celah untuk menyerang balik gerakannya terlampau cepat bahkan mata seseorang tidak mamapu mengikuti pergerakannya.
Empat dari enam prajurit terluka oarah sedangkat yang masih bisa berlari langsung membantu temannya melarikan diri dari sana.
Setelah prajurit itu pergi,Pendekar Kilat bayangan menghilangkan belatinya dan mendekati seorang wanita yang tengah memeluk ke dua putra,putrinya.

Nimas Zara:"Kalian baik-baik saja?"
Wanita:"Kami baik-baik saja nisanak terima kasih karena telah menyelamatkan kami"

Nimas Ratih atau Pendekar Rembulan biru yang berada di dekat mereka,mangsudnya saat pertarungan dia yang melepaskan ikatan mereka.
Mendekat.

Nimas Ratih:"Nisanak bolehkah kami bertanya,kenapa para prajurit tadi menyandra anak-anakmu?"
Wanita:"Kami rakyat miskin,pajak yang di tetapkan pihak kerajaan terlalu tinggi kami tidak bisa memkbayarnya"
Nimas Ratih:"Lantas?,apakah tidak ada perwakilan warga yang mengajukan protes ke istana?"
Wanita:"Kami tidak berani melakukannya,ke terakhir kali ada yang melakukan itu besok nya setelah pulang dari istana dia dan keluarganya sekeluarga di temukan terbunuh di rumahnya dan hal itu terus terulang"
Nimas Zara:"Kejam sekali"

Nimas Ratih mengambil 3 keping koin emas dari tempatnya.

Nimas Ratih:"Kami turut sedih dengan kondisi kalian,dan kami memiliki sedikit rejeki untukmu dan ke dua anakmu"
Wanita:"Terima kasih nisanak,semnoga dewa selalu melindungi kalian"

Ke dua anak yang sedari tadi menangis pun terdiam salah satu dari mereka bertanya.

Anakpr:"Jika boleh tau siapa nama kalian?"
Nimas Zara:"Namaku Pendekar Kilat bayangan dan ini kakakku Pendekan Rembulan biru"
Wanita:"Terimakasih nisanak pendekar"
Nimas Ratih:"Siapakah nama kedua anak mu nisanak?"
Wanita:"Laki-laki bernama Gentala,yang perempuan bernama Adara"
Nimas Ratih:"Nama yang unik,Hai Gentala Adara"
Genta/dara:"Pendekar penolong!"
Nimas Ratih:"Bisa panggil dengan yang lain tidak"
Gentala:"Nisanak pendekar!"
Nimas Ratih:"Itu lebih baik"
Nimas Zara:"Dengar ya,kalian harus menuruti ibu kalian selama itu benar"
Genta/dara:"Ya"
Nimas Zara:"Jangan jadi anak durhaka"
Genta/dara:"Pasti"
Nimas Ratih:Apa impian kalian?"
Genta/dara:"Menjadi pendekar!"
Nimas Ratih:"Mimpi yang indah,kalian memiliki mimpi itu karena apa?"
Genta/dara:"Kami ingin menjadi seperti kalian!"
Nimas Ratih:"Pasti bisa asalkan kalian tidak berputus asa dan selalu memgang teguh kebaikan,oh iya ini ada hadiah untuk kalian"

Nimas Ratih menunjukan 2 gelang yang di belinya kemarin saat pertama kali ke desa ini,eit jangan salah gelang itu sudah sedikit di rombak namun menjadi sangat berbeda.

Adara:"Waw ini indah"
Nimas Ratih:"Gelang ini saling berpasangan dan terhubung"
Genta/dara:"Terimakasih nisanak pedekar"
Nimas Ratih:"Sma-sma"

Nimas Zara diam dia menatap berbinar kakaknya dalam hati dia sangat senang karena di film hal seperti ini itu tidak pernah terjadi.

Nimas Ratih:"Kalau begitu kami pamit dulu,sampurasun"
"Rampes"

Pendekar Rembulan biru menghilang di ikuti pendekat kilat bayangan.

Nimas Zara:"Yunda kenapa meninggalkanku?"
Nimas Ratih:"Aku masih kesal denganmu rayi,bukankah sudah aku katakan untuk jangan gegabah dalam bertindak,karena di malam hari kamu melawan prajurit itu karena mengambil makanan warga esoknya prajurit itu menggunakan anak sebagai sandra untuk menarik upeti"
Nimas Zara:"Maaf yunda aku tidak akan mengulanginya lagi"
Nimas Ratih:"Baiklah"

Nimas Zara terdiam saat menyadari di mana mereka berada sekarang,ini bukannya latar di mana Raden kian santang dan Nimas Ratih membantu nimas Kedasih dari incaran Yudakara.
Dan juga-

Nimas Ratih:"Ra,Rayi Zara,Rayi!"
Nimas Zara:"Eeh iya Yunda ada apa?"
Nimas Ratih:"Perbaiki kebiasaanmu dalam melamun rayi,aku akan menangkap ikan kamu nyalakan api "
Nimas Zara:"Kenapa aku yang menyalakan Api?"
Nimas Ratih:"Bukannya kamu dengan sangat mudah membakar taman yang besar,kamu juga harusnya dapat dengan mudah menyalakan api yang kecil"
Nimas Zara:"Eeh itu,ba-baiklah"

Setelah melaksanakan tugas masing-masing mereka kemudian sarapan setelah sarapan,Nimas Ratih .engatakan kalau dia harus pergi sebentar dan Meminta Nimas Zara untuk tidak mengikutinya.

Seorang gadis yang menutupi wajahnya dengan kain kuning hampir terkena tebasan pedang pemimpin bandit,sebelum sebuah serangan mengenai pemimpin bandit membuatnya terpental sedikit jauh.

Seorang gadis bercadar biru melangkah menuju mereka.Sambil berkata.
"Bukankah sudah menjadi etika dalam suatu pertarungan jangan menyerang orang yang sudah tidak berdaya,sungguh memalukan sekali kalian"
Gadis bercadar kuning dan para bandit menatap ke arah sang pemilik suara.

Pemimpin bandit:"Serang dia!"

Para bandit berlari ke arah gadia bercadar biru,gadis bercadar biru menerbangkan beberapa ranting menuju masing-masing bandit membuat mereka terdorong cukup jauh sampai menghantam pohoj dan pingsan,pemimpin bandit yang melihat itu sangat marah dia melemparkan pedangnya ke arah gadis bercadar biru itu namun  pedang itu justru hancur menjadi beberapa bagian dan di lemparkan kembali ke pemimpin bandit dengan ilmu kanuragan yang berwana biru keunguan.
Membuat pemimpin bandit tiada karena senjatanya sendiri.

Setelah itu gadis bercadar biru melangkah menuju gadis bercadar kuning.

Nimas Ratih:"Kamu baik-baik saja? Nimas"
"Siapa kau?"
Nimas Ratih:"Orang-orang biasa memanggilku pendekar Rembulab biru,nimas Kedasih"
"Bagaimana bisa kau tau aku adalah"
Nimas Ratih:"Bukankah sebaiknya kamu segera kembali ke istana,jangan sampai prabu Martasinga tau kau meninggalkan istana tanpa ijinnya"
Nimas Kedasih:"Ta-tapi"
Nimas Ratih:"Luka dalammu sudah kusembuhkan"
Nimas Kedasih:"Terimakasih,dan bolehkan jika kita bertemu lagi aku memanggilmu Bulan?"
Nimas Ratih:"Boleh.

Terlempar ke zaman kerajaan.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang