Tentang perang

219 49 3
                                    

Lisa sedang berada di dalam kamar seulgi, gadis itu mendiamkannya sejak dirinya kembali dari pusat perbelanjaan. Bahkan ketika dia kembali dari dari tempat beelzebub lewat tengah malam dan berpapasan dengan gadis itu seulgi sama sekali tidak menegurnya, hal ini tentu saja membuat lisa merasa heran.

"Pergilah, yang mulia ratu." Seulgi berbicara datar.

Hawa dingin berhembus tajam, lisa bisa melihat bunga es mulai bermunculan pada perabot yang ada disana.

"Apa yang membuatmu marah?" Lisa menyentuh daun pintu dan seluruh bunga es mencair dan lenyap seketika, suhu ruangan menjadi sangat hangat.

"Aku tidak."

Lisa dalam sekejap mata berbaring di atas tempat tidur di samping seulgi, lengannya memeluk tubuh gadis itu nyaris tanpa perlawanan.

"Sesuatu membuatmu mendiamkanku." Lisa berbisik lembut.

"Gadis itu, apakah dia melihat mata perakmu?" Seulgi bertanya dengan lirih nyaris tak terdengar.

Lisa menghela nafas pelan, dia tau telah membuat sebuah kesalahan dengan memperlihatkan mata peraknya pada rosè.

Lisa mendekatkan wajahnya pada ceruk leher seulgi, sebuah kecupan lembut membuat nafas gadis itu tercekat namun hanya sesaat sebelum lisa menggigit kecil leher jenjangnya.



      

                                                 ***








Bambam dan hanbin saling berpandangan melihat perdebatan bobby dan jennie.

"Lili tidak mungkin bercinta dengan seulgi!" Jennie menahan geraman marahnya.

"Lantas bagaimana kau menjelaskan suhu ruangan yang terus menerus berubah ini?" Bobby berkacak pinggang mulai memprovokasi.

"Mungkin mereka ... " Jennie terdiam.

Bobby tersenyum penuh kemenangan.

"Tepat sekali nona Akhkhazu, dia tidak akan bisa mengontrol dirinya ketika dia berada dalam puncak ken-"

"Hentikan." Bambam menyela

"Bobby, jauhkan pengaruh Asmodeus dari jennie" Hanbin berbicara sembari berdiri, dia menarik sebelah tangan jennie dan menghilang di balik pintu.

"Man, ayolah tidak mungkin lisa dan seulgi tidak bercinta." Bobby menatap bambam meminta dukungan untuk terakhir kalinya.

"Dan aku tidak perduli tentang itu, sekarang lebih baik kau beristirahat karena aku lelah seharian ini berbaur dengan ratusan manusia diluaran sana." Bambam menghilang setelah mengatakan itu.




                                               ***








Lucifer duduk di singgasana kebesarannya, dia menatap pria yang tengah berdiri di hadapannya tanpa minat. Dia sudah mendengarkan pria itu lebih dari lima belas menit dan menahan diri untuk tidak membakarnya menjadi abu.

"Tuanku, putri veela itu adalah kunci kita memenangkan pertempuran melawan pihak atas." Pria itu mengeluarkan jurus pamungkasnya.

"Siapa namamu tadi?"

"Siapa namamu tadi?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Sweet Lust (i love her)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang