Belum

957 127 19
                                    

Rosè dengan mantel dan syal tebal yang melingkari lehernya berjalan dengan cukup hati-hati menyusuri jalan, dia merasa penat akan semua rutinitas pekerjaannya. Namun, itu semua sebanding dengan apa yang dia dapatkan.

Rosè menyusuri jalan yang tidak begitu ramai, masih ada dua blok lagi untuk mencapai apartemen miliknya.

                           ***



Lisa POV

Aku berjalan dengan sedikit tergesa menghindari banyak orang menatap kearahku, aku harus menutup mataku dengan kaca mata hitam ini. beruntung aku bisa melihat dengan sangat jelas meski ini malam yang pekat, bukan korban fashion atau apalah itu hanya saja aku tidak mau manusia mengikutiku ke kastil setelah mereka tak sengaja melihat mataku.

Aku tak sengaja mencium bau kematian dari Azrael, seketika aku mendongakkan kepalaku dengan cepat. Mataku menyipit melihat awan aura azrael menyelimuti pria tua yang berjalan terpincang, senyuman tipis terbit menyadari pria tua itu akan mengakhiri penderitaannya di dunia ini sesaat lagi.

aku melangkah beberapa meter di belakang pria itu, dari kejauhan aku melihat sebuah mobil yang tampak kesulitan mengendalikan laju di jalanan licin karena salju.

ah, miris sekali. jadi pria ini akan meninggal dengan kecelakaan?

seketika senyumanku berubah datar, pria itu tiba-tiba menghentikan langkahnya saat seseorang menyapanya. masalahnya orang yang menyapa pria tua itu ada di tempat yang seharusnya di tempati pria itu, yang artinya...

Sial!






                            ****





Rosè berjalan dengan melitasi banyak toko disana, saat hendak melewati tikungan dia melihat seorang pria tua yang berjalan terpincang. Rosè dengan senyuman manisnya menyapa pria tua itu.

"Ahjussi, apa kau kedinginan?" Rosè menyamakan langkahnya dengan pria tua itu.

"Ah, nona kau mengagetkanku. Tidak, mantel tua ini cukup tebal untuk melindungiku. hanya saja kakiku memang pincang sejak lahir" pria tua itu menjawab dengan senyuman tipis.

"Baiklah, ini ahjussi pakailah bantalan hangat ini. Ahjussi harus bersemangat, sampai jumpa lain kali ahjussi" Rosè mengulurkan bantalan tangan pada pria tua itu, lantas pergi begitu saja meninggalkan pria tua yang menghentikan langkahnya kagum.

"aku tau dia, dia Rosè. aku bahkan selalu menyanyikan lagunya, astaga. dia sangat baik, semoga tuhan selalu melindunginya." pria tua itu bergumam sembari menatap bantalan hangat yang di berikan rosè tadi.




   

                           ****




Rosè POV

Andaikan manajer unnie tidak terus menelponku aku pasti mengajak ahjussi tadi makan hotpot bersama, semoga lain kali kami bertemu di suasana yang lebih santai.

Aku mendengar suara ban berdecit dan teriakan nyaring seseorang, ketika aku mendongak untuk melihat apa yang terjadi tubuhku di peluk dengan erat oleh seseorang dan terhempas kuat ke jalanan.

Aroma tubuhnya sangat memabukkan, itu yang aku tau sebelum semuanya menjadi gelap.









                            ****

"kau gila? bahkan kau yang tidak suka ada manusia yang masuk ke kastil ini, sekarang justru kau yang membawa gadis ini kemari. kau tidak tau mataku hampir saja lepas saat melihatmu berlumuran darah memasuki gerbang." Hanbin bicara cepat sembari membersihkan sisa darah yang ada di tubuh Lisa.

Lisa menyelamatkan Rosè dari kecelakaan hebat itu, dia menjadikan dirinya sendiri selimut untuk Rosè serta tameng dari mobil yang menghantamnya dengan sangat keras. Andaikan Lisa manusia, sudah pasti tubuhnya akan hancur berkeping-keping tadi.

"Sial, bisakah kau diam? bersihkan saja darah lili" Seorang gadis bermata kucing memasuki kamar dengan nada menyebalkan, Hanbin memutar bola matanya malas.

"Kau pikir apa yang ku lakukan sejak tadi? meninabobo kan dia?" Hanbin menjawab tak kalah kesal.

"Apa maksudmu dengan meninabobo kan lili, hah? kau ingin aku-" gadis bermata kucing itu menghentikan kalimatnya saat gadis lain masuk ke dalam ruangan.

Hawa dingin menerpa tubuh semua orang, Lisa menyingkirkan tangan Hanbin dan menggerakkan kepalanya meminta Hanbin menyingkir.

Gadis yang baru saja datang menatap sekilas pada gadis bermata kucing, dengan helaan nafasnya dia menggeleng kecil.

"Jennie, bisakah kau berhenti berdebat dengan kakakmu?" Gadis itu memiliki suara dalam yang mengiris telinga.

"Dia selalu menyebalkan" jawab Jennie cepat.

Lisa bersandar ke headboard sembari melihat gadis itu, dengan sekali tatap Lisa tau gadis itu sangat ketakutan dan khawatir sekalipun hawa dingin menyelimuti dirinya.  

"Bisa tinggalkan aku sendiri dengan Seulgi?" Lisa berkata datar.

Jennie dan Hanbin saling bertatapan lantas detik berikutnya menghilang dari sana.

"Aku dengar kau baru saja ikut campur dalam urusan Azrael?" Gadis bernama Seulgi itu berdiri di sisi tempat tidur Lisa, mata tajamnya mengamati seluruh tubuh Lisa tanpa terlewat.

"Ya dan Tidak, Gadis itu bukan target Azrael. Dia hanya berada di tempat yang salah tadi, Dan Pria tua tadi yah... dia sudah seharusnya meninggal di kecelakaan itu." Lisa menjelaskan dengan singkat.

"Aku tidak suka kau berlumuran darah, itu membuatku-"

"takut. kau takut Seulgi-yaa, sekalipun aura mu tertutup kabut es tapi aku bisa membaca dengan jelas. Kau ketakutan, ingatlah. aku tidak akan mati semudah itu, aku Ratu succubus." Lisa memungkas.

Seulgi menghela nafasnya perlahan, suhu sekitar mulai menghangat. Lisa selalu tau rahasia terdalam seluruh saudara dan kerabatnya, karena itu kelebihan yang dia miliki sejak di nobatkan sebagai tuan putri kerajaan.








                            ***

Rosè terbangun dengan keheranan, dia berbaring di ranjang yang besar nan empuk. Saat bangkit dari tempatnya berbaring dia mengamati sekitarnya, semua perabotan di sana terlihat begitu mahal. Dengan hati-hati dia turun dari tempat tidur, mengamati sekeliling kamar itu.

Meja rias dengan kaca besar yang penuh ornamen-ornamen indah, Rosè mengulurkan sebelah tangannya mengusap detail ornamen itu. Dia tersentak kaget saat sesuatu berdenyut dari ukiran itu, dia memundurkan langkahnya dan menatap tangannya lekat. tidak ada apapun di sana, tapi Rosè yakin sesuatu seolah berdetak tadi.

"Kau sudah bangun?"

Rosè dengan cepat berbalik, dia memegangi dadanya karena kaget setengah mati.

"S-sejak kapan kau disini?" Rosè bertanya ketakutan, dia melirik pintu yang tertutup. Rosè bersumpah tadi dia tak melihat siapapun di kamar itu, bahkan dia tidak mendengar seseorang memasuki atau membuka pintu kamar. Tapi Lisa tiba-tiba berdiri di belakangnya.

"Tenanglah, aku masuk saat kau mengagumi cermin itu. Aku bukan hantu, lihat?" Lisa berusaha meyakinkan Rosè yang tampak ketakutan, meski dia mengutuk dalam hati kenapa harus melakukan teleportasi tadi.

"B-benar, m-maafkan aku. aku hanya terkejut, a-apa ini kamarmu?" Rosè bertanya terbata-bata. Dia yakin terjadi sesuatu padanya dan Lisa lah yang sudah menolongnya, apapun itu Rosè masih belum mengetahuinya.










______________________*^

cieee, yang kangen gue cung sini.

Sweet Lust (i love her)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang