fiksi, pembaca diharap bijak.
Saran baca antara umur 17-21 tahun.VOTE AND COMMENT!⚠️
-
-
-
-
-Malam itu waktu menunjukan pukul 11.50 jungkook akan pulang kerumah setelah seharian beraktivitas dari menjaga ibu sampai mengerjakan tugas sekolah yang hampir terkena deadline. Ia memasang earphone di kedua kupingnya lalu mendengarkan beberapa lagu kesukaannya.
Kali ini ia akan coba menaiki kereta, ia nampak exaited seperti tengah melakukan eksperimen gila. Setelah membeli tiket dan melakukan registrasi, ia kemudian turun menuju stasiun. Tak banyak pengunjung yang menunggu kedatangan kereta disana, namun jungkook teralihkan pada seorang pria tinggi dengan jas hitamnya tengah berjalan kosong menuju arah rel kereta.
"Mwo-ya apa dia gila?" Bisik jungkook penasaran seraya mengikuti langkah pria itu.
Saat kereta semakin mendekat dan saat itu juga pria berjas hitam semakin mendekat kearah rel kereta seperti ingin menjatuhlan dirinya. Maka bergegas jungkook menariknya menjauh sebelum kereta ceoat itu menyambar tubuhnya.
"AWAS!"
BRUKHHHHH!!!
Jungkook berhasil menghalaunya untuk melakukan hal hal yang tidak di inginkan meski ia harus terpental beberapa meter dari tepat pria itu berdiri. Pandangan mereka bertemu tengah bertanya satu sama lain, ada apakah gerangan?
Si pria tinggi itu pun bangkit lalu ia membungkuk meminta maaf pada jungkook yabg masih terduduk di lantai stasiun. Jungkook menatapnya sampai pria itu kembali menghilang dibalik tembok.
TAP
TAP
TAP
TAP
"Hei ajhusiii!! Tolong berhenti" pria berjas itu berhenti kemudian berbalik menghadap jungkook yang ngos-ngosan karna mengejarnya.
"Apa kau tidak apa-apa?" Pria berjas hitam hanya menggeleng kemudian akan berlalu pergi, namun jungkook kembali menarik tangannya."Seharusnya kau memberikanku imbalan! Aku sudah ketinggalan kereta karna menyelamatkanmu"
Matanya berubah menjadi sangat dingin
"Tidak ada yang memintamu untuk menyelamatkanku" jungkook terdiam seraya mengedipkan matanya beberapa kali."Aku tidak mau menjadi saksi menyedihkan karna melihatmu terjun begitu saja" pundak pria itu nampak menunjukan gelombang kejut.
"Setidaknya kita harus berkenalan namaku jungkook, namamu siapa?" Jungkook mengulurlan tangannya namun ia dibalas dengan begitu ragu oleh pria berjas hitam itu."A-aku taehyung" jungkook tersenyum, hati taehyung menghangat. Perasaan macam apa ini batinnya?
"Baiklah karna sepertinya kau telah bekerja maka akanku panggil kau hyung, bagaimana?" Taehyung tidak menjawab ia hanya berlalu begitu saja meninggalkan jungkook yang mengoceh sendiri.Tak dirasa jungkook seperti mengikutinya menuju rumah hingga taehyung merasa sangat terganggu, ditambah anak ini sangat cerewet membuatnya merasa tak nyaman dan tak tau harus berkata apa.
"Hei pulanglah!"
"Apa maksudmu? Rumahku ada di lantai 23 di gedung ini" taehyung melirik gedung apartment dihadapannya.
"Baiklah sampai jumpa" namun sebelum benar-benar menghilang jungkook kembali dengan memberikan sepotong kertas."Hubungi aku ya, kita berteman sekarang"
Taehyung hanya mematung menatapnya pergi kemudian menghilang dibalik tembok. Tae melirik kertas tersebut yang berisikan nomor telfon anak itu.___2022___
Keesokan harinya jungkook nampak sangat bosan, ia mengetuk-ngetuk mejanya seraya mendengarkan sseam menjelaskan rumus fisika dengan sangat epik. Hampir tertidur lagi sebuah pesan masuk di ponsel membuatnya terkejut.
'Hi, ini aku taehyung'
Jungkook nampak sangat senang hingga tak sengaja reflek memukul temannya, entah mengapa dia sangat bergembira sekali. Tak lama jungkook membalas pesannya sambil menahan senyumnya yang membludak.
'Hi hyungie, terima kasih telah menyimpan nomorku. Untuk merayakan pertemanan kita, ayo pergi makan tteok malam nanti?'
Pesan itu terlihat sekedar di baca, namun tak lama sebuah foto restoran muncul dalam percakapan mereka dan ternyata taehyung mengajaknya untuk makan ramen di kedai sekitar komplek apartment mereka.
Taehyung pov.
Sebuah perasaan gugup membuatku tidak tenang, segala macam cara aku lakukan agar terlihat biasa saja. Aku mengiriminya pesan untuk datang sebelum hujan tiba, namun ternyata sebelum dia datang hujan sudah lebih dulu mengguyur dengan derasnya.
Pintu kedai terbuka paksa, semua orang meliriknya sebab suaranya yang sedikit melengking. Kulihat rambut coklat dengan seragam yang sedikit basah tengah mengatur nafas karna telah berlarian menuju kesini, senyumku secara otomatis terangkat."Disini j-jungkook ssi"
Kepalanya terangkat dengan senyum kelinci, oh tuhan sedikit jantungku berdetak panas. Wajahnya yang bulat dan matanya yang sipit serta senyum manis itu menbuat hatiku sedikit berdesir tuhan, benarkah kau menciptakan dia seperti malaikat? Aku sedikit berdehem ketika dia telah duduk dihadapanku, wangi stroberi dengan peoni menusuk hidungku sampai membuatku mabuk.
"Hyung apa kau sudah menunggu lama?" Aku menggeleng pelan lalu mengambilkannya ramen yang telah matang sepenuhnya.
"Makanlah, kau harus banyak makan" jungkook nampak gembira, dia segera menghabiskan ramen yang telah kusendokkan untuknya.Selama kami duduk serta mengobrol, aku menangkap sesuatu yang aneh dari ekspresi wajah jungkook, entah mengapa aku merasa apa yang dia tunjukan hanyalah sebuah topeng kepalsuan. Matanya terlihat kosong tanpa ada binar kebahagiaan, tiba-tiba dia berhenti bercerita lalu menatapku dengan tatapan yang semakin kosong.
"H-hyung kemejamu be-berdarah?" Dengan reflek aku menarik lengan kemejaku namun jungkook lebih dulu menarik tanganku.
"Hyung------"Ia nampak seperti tidak bisa berkata apa-apa, jungkook melepaskan tangan taehyung lalu ia mengeluarkan kotak P3K dari tasnya. Senyumnya nampak memudar, inilah aku seseorang yang selalu merusak mood orang lain.
TIDAK!
AKU TIDAK INGIN DIKASIHANI!
Aku menepis tangan jungkook yang hendak mengobati lukaku, segera aku pergi meninggalkannya dengan penuh tanda tanya.
Taehyung pov end-
Bersambung~~~~
KAMU SEDANG MEMBACA
EPIPHANY [TAEKOOK] 18+⚠️
Fiksi PenggemarIa mengeluarkan sesuatu dari sakunya, kamudian membukanya dengan perlahan. Kilatan cahaya dari bersihnya permukaan membuatku sedikit bergindik ngeri. Sebuah silet dengan desain tersendiri. Sedikit senyuman terpampang di wajahnya yang muram, picik da...