Dukung terus karya saya, ya ... terima kasih ❤
________
[Mbak, Kei, lagi apa?]
Pesan pertama masuk yang dikirim Renan, Keira membaca saja tanpa mau membalas. Ia letakkan ponsel lalu kembali sibuk membuat desain banner dan spanduk terbaru. Keira harus membuat konsep usahanya yang baru, ia bahkan menyediakan papan tulis kecil, spidol dan penghapusnya juga.
Lima belas menit berlalu, Keira mengabaikan ponselnya yang dipasang mode senyap. Namun, ketika membuka layar kunci, muncul notifikasi pesan masuk dari Renan.
[Mbak Kei, balas dong WAnya. Sibuk banget, ya?]
[Mbak ... Kei ....]
Dan belasan chat 'sampah' lainnya, menurut Keira. Jam menunjukan angka sebelas malam, ia memutuskan tidur tanpa membalas pesan singkat. Baru saja akan memejamkan mata, ponsel yang tadinya dalam mode senyap berbunyi.
Tangannya meraba-raba ke posisi kanan. Ia raih ponsel. "Ya, halo," jawabnya tanpa melihat siapa yang menghubungi.
"Mbak Kei, udah tidur?" Keira melotot mendengar ia disapa seperti itu.
"Ya ampun, Nan, udah malam ngapain nelpon?!" Nada bicara Keira terdengar kesal.
"Aku di depan pagar."
Keira segera melompat turun dari ranjang, buru-buru berjalan ke arah jendela. Ia mengintip dari balik tirai, benar aja Renan berdiri di depan pagar.
Keira keluar, setelah sampai di pagar ia menatap sinis ke Renan. "Ngapain?" tegurnya judes.
"Temani makan malam, aku dari tadi di mobil tunggu balasan kamu. Udah dingin, deh, makanannya."
Keira terkejut, jadi sejak tadi Renan di depan rumahnya. Ia pikir tadi suara mobil tamu tetangganya, ternyata Renan.
Mau tak mau Keira membuka pagar, ia mempersilakan Renan masuk. Mereka duduk di teras, Renan membuka bungkusan makanan. Ia membeli dua porsi nasi goreng.
"Aku udah makan tadi, kamu beli banyak banget," tegur Keira lagi. Renan hanya senyam senyum.
"Mbak, kita beda berapa tahun, ya?" tanya Renan yang mulai menyuap makanannya.
"Lima kali. Aku dua delapan, kamu dua tiga, kan?" lirik Keira yang mendadak rasa kantuknya hilang.
"Ah ... beda tipis," sahut Renan yang asik makan. "Mbak Keira nggak makan?"
"Bisa nggak usah panggil mbak, nggak!?" pelotot Keira lagi. Renan tersenyum, ia terus mengunyah. Setelah ditelan, baru ia menoleh ke arah Keira.
"Mau dipanggil apa? Sayang, boleh?"
Keira berdecak, "Nan, udah, deh ...," kesalnya. Renan tak peduli, ia asik makan. Keira melirik ke nasi goreng untuknya, rasa penasaran akan rasa makanan itu muncul. Renan menahan senyumnya.
"Makan aja, Mbak, aku beli buat kamu, kok," tukasnya lalu menyedot teh kotak yang ia beli juga.
Karena gengsi ia urung makan. Renan yang gemas mengarahkan sendok ke mulut Keira. "Sama kok, pedes juga?" Keira masih diam, hanya menatap heran ke Renan. "Ayo, buka mulutnya, Aaa ...."
KAMU SEDANG MEMBACA
Sukses setelah di talak 3 (✔)
RomantikKeira tak tau salahnya apa, hingga ia mendadak di talak suaminya begitu saja. Kei, hanya bisa menerima tapi rasa kesal mulai menumpuk di dalam hati. Dengan tekad bulat, ia akan bangkit tanpa seseorang spesial disisinya. Kata siapa perempuan lemah...