Niat lain

43.6K 2.8K 13
                                    

Renan bersiap bertandang ke rumah Keira atas ide teman-teman satu pekerjaannya, Donovan, Melvin dan Bagas. Ia mematut diri di depan cermin kamarnya, di bawah suara bunda sudah terdengar memanggil dirinya dengan kencang. Renan buru-buru turun, ia tampak rapi dan hal itu membuat bundanya tercengang. 


“Mau ke mana kamu malam minggu gini?” tegurnya ingin tau. 


“Pergi sebentar ya, Bun,” jawab Renan menyalim tangan bundanya. 


“Iya mau ke mana? Bunda mau ajak kamu ke rumah Tante Mina, mau kenalin kamu ke anak gadisnya yang–”

“Renan pergi, bye, bun.” Ia bergegas ke arah garasi, membuka pintu mobil lalu melesak masuk. Buru-buru ia hidupkan mesin mobil lalu melaju keluar dari garasi rumah yang membuat bundanya melongo di teras depan rumah. 


Renan enggan bundanya ikut campur perihal siapa calon pasangannya. Ia sebenarnya tau, hal itu karena bunda merasa kasihan dengan putranya. Tetapi cara bunda salah karena Renan justru tersinggung, kesannya ia tak bisa mencari pengganti mantan tunangannya dulu yang lebih memilih menikah dengan pria lain. 


Bunda nggak mau kamu dapat yang salah, Nan. Bunda nggak mau dipermalukan lagi! 


Begitu komentar bunda yang terngiang di kepala Renan. Namun, pada akhirnya ia menemukan sosok yang membuat hatinya kembali bergetar, menghangat dan siap disiram dengan air supaya bibit bunga-bunga cinta tumbuh lebat di dalam hatinya. Masalahnya satu, apakah Keira mau menerima kehadirannya? 


Berbekal alamat yang dikirim Keira melalui pesan whatsapp–alasan Renan karena mau membayar pesanan makanan secara langsung–jadilah ia pergi ke rumah Keira dan tiba pukul delapan malam. 

“Permisi,” sapanya sesaat setelah berdiri di depan pagar rumah keluarga Keira. Di garasi ada motor satu, pasti punya Kemal. Pemuda itu berjalan ke arah pagar. 


“Cari Mbak Keira, ya?” ujar Kemal sambil membuka pagar. 


“Iya, ada, ‘kan?” 


“Ada. Masuk aja, Mas, tunggu di teras. Maaf rumahnya berantakan, tukang dagang gini keadaannya.” Kemal membuka lebar pagar lalu ia masuk memanggil kakaknya. 

Garasi rumah memang banyak dus-dus juga etalase dorong entah bekas jualan apa, oven besar dan sebagainya. Teras walaupun kecil, ada dua kursi dan satu meja kecil di tengahnya. Rumah yang cat temboknya juga sudah pudar tak lagi warna krem cerah, membuat Renan penasaran tentang keluarga Keira. 


“Malam,” sapa Keira ramah. Wanita itu memakai celana training tidur warna abu-abu tua dan kaos longgar warna putih. Renan terpaku, ia benar-benar tak bisa tak kagum dengan Keira, berpakaian sederhana tanpa mekap saja sudah membuatnya begitu terlihat cantik. Hidung mancungnya semakin membuat proporsi wajah Keira sempurna, belum lali bibirnya yang sedikit tipis tapi terlihat manis. “Renan, woy,” tegur Keira seraya melambaikan tangan ke hadapan wajah lelaki itu. 


Renan mengerjap, “eh, iya, maaf-maaf, saya kira di depan saya bidadari,” tukasnya berkelakar. Keira hanya menatap heran hingga mengerutkan kening. Renan salah tingkah, ia senyam senyum sendiri. 


“Jadi pesan makanannya untuk lusa? Benar dua puluh porsi nasi gurih chicken steak?” Keira yang membuka obrolan. 


“Iya, benar. Bisa diantar ke kantor saya jam sebelas? Nanti saya lebihkan ongkosnya,” tukas Renan seraya duduk tegap menyandar pada kursi yang diduduki. 

Sukses setelah di talak 3 (✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang