Chapter 10

46 8 7
                                    


Lee Je Hoon namanya. Meskipun tidak begitu tinggi, tetapi dia kehadirannya cukup mengintimidasi. Rambutnya hitam dan terpotong rapi. Tatapannya tajam dan ia adalah orang yang serius. Meskipun masih terbilang sangat muda, rekan kerjanya tidak pernah sekali pun memandang rendah dirinya karena ketegasan, kemampuan, prestasi, dan profesionalitasnya.

Lee Je Hoon adalah detektif yang menangani kasus kecelakaan Kim Joon Myeon yang menyebabkan hilangnya nyawa anak laki-laki itu. Tugasnya adalah memastikan apakah kejadian itu murni kecelakaan atau ada kejanggalan di dalamnya sehingga dapat dikategorikan sebagai suatu pembunuhan. Ia butuh gambaran penuhnya untuk mengetahui apa yang sebenarnya terjadi. Jadi, ia perlu mendengarnya langsung dari mulut Soo Yeon.

"Hanya itu yang bisa aku jelaskan padamu." Dokter itu melihat sekilas pada dokumen di mejanya, lalu kembali menengok Je Hoon di hadapannya. "Apa kau butuh salinan dokumen ini untuk dijadikan bukti?"

"Tentu." jawab Je Hoon.

Setelah selesai menjelaskan tentang kondisi Soo Yeon, dokter itu pergi untuk mengecek kondisi Soo Yeon. Je Hoon mengikutinya karena juga ingin melihat kondisi perempuan itu.

Sejujurnya, kasus ini terasa begitu personal bagi Je Hoon setelah menyadari apa yang terjadi pada Soo Yeon. Kedua orang tuanya sudah tiada. Kakaknya juga meninggal dengan cara yang tragis seperti ibu mereka. Dia tidak punya sanak saudara, jadi hanya tinggal dia sendiri di dunia ini. Sudah bertahun-tahun dia mengalami depresi berat. Dia mengonsumsi berbagai macam obat-obatan yang justru menimbulkan efek psikosis lainnya. Baru-baru ini, dia diagnosa mengidap schizophrenia, penyakit mental yang sangat serius.

Dan Je Hoon kenal seseorang yang mengalami hal yang serupa.

Saat mereka hampir sampai di ruang inap Soo Yeon, terdengar suara kaca pecah. Keduanya pun bergegas memasuki ruangan. Di sana, kedua perawat tengah berupaya menahan tubuh Soo Yeon yang meronta-ronta agar tetap berbaring di ranjang. Soo Yeon berteriak dan menangis. Tak lama kemudian, mereka berhasil mengikat kedua tangan Soo Yeon di ranjang.

"Apa yang terjadi?" tanya dokternya.

"Dia berusaha melukai dirinya dengan pecahan kaca." jawab salah satu perawat. Sebuah vas bunga yang sudah pecah berkeping-keping berserakan di sebelah ranjang Soo Yeon.

"Baiklah. Singkirkan pecahan kaca itu dari sini."

Dokter itu menyuntikkan sesuatu pada Soo Yeon yang langsung membuat perempuan itu tenang dalam beberapa saat saja. Lalu, dokter itu memeriksa kondisi vital Soo Yeon dan perawat mencatatnya di kertas laporan. Setelah selesai, dokter itu menghampiri Je Hoon yang masih terpaku di ambang pintu.

"Kami memberinya obat penenang. Dia tidak akan bangun sampai besok. Sepertinya kau harus menunda interogasimu." ujar dokter itu.

"Ini bukan interogasi, aku hanya akan menanyakan beberapa pertanyaan sederhana. Bukankah kau bilang jika kondisinya sudah membaik kemarin?" balas Je Hoon sambil menahan emosi. Dia tidak akan berada disini untuk bicara pada Soo Yeon jika kondisi perempuan itu masih tidak stabil.

"Kondisinya kemarin memang membaik. Namun, ternyata emosinya kembali menjadi tidak terkendali. Perlu dilakukan pemeriksaan ulang besok. Hasilnya akan menentukan apakah dia perlu dipindahkan ke institut lain yang punya fasilitas lebih baik untuk menangani kondisinya atau tidak."

"Maksudmu dia akan dipindahkan ke rumah sakit jiwa?"

"Benar, tetapi ini masih belum pasti."

Pemandangan yang Je Hoon saksikan beberapa saat lalu membuka memori yang tidak ingin diingatnya. Saat Soo Yeon meronta untuk dibebaskan dan perawat menahan tubuhnya hingga pada akhirnya memberikan obat penenang. Layaknya déjà vu, kejadian itu seperti film yang diputar ulang, hanya saja pemerannya adalah Soo Yeon. Untuk sesaat tubuhnya mati rasa dan ia kehilangan kemampuan untuk menggerakkan tubuhnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 04, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

GEMINITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang