Titik Cemas

12 7 2
                                    

Hai!! Aku kembali.
Gimana nih kabar kalian?

Maaf ya lama banget update nya hihihi...😁

Semoga kalian suka dengan ceritanya.

Jangan lupa vote+follow+coment :)

Happy Reading Guys!!

***

Jika Hujan datang dengan berbagai pertanda.
Lain halnya dengan cinta yang datang tanpa aba-aba.

***

Takut bukan karena aku lemah.Tapi karena aku manusia.
Aku takut pada anganku yang siap tenggelam pada kenyataan.

- Langit Aksagara

***

Angin dingin terus saja berhembus sejak pagi tadi. Jalanan yang kering berubah jadi basah terkena air hujan, sinar matahari pun masih tertutup awan mendung. Saat ini kelas sedang diajarkan oleh Pak Hari. Semua murid XII Bahasa 3 berkumpul membentuk barisan di lapangan. Mereka tengah menjalani pemanasan terlebih dahulu, di pimpin oleh Pak Hari. Walaupun lapangan masih basah karena hujan yang turun tadi pagi, itu tidak membuat mapel olahraga pindah belajar di kelas.

"Sekarang kalian lari keliling lapangan 5 kali!"

PRITTT!!

Peluit yang mengalung di leher Pak Hari telah di tiup olehnya. Murid-murid mulai berlari mengitari lapangan. Pelangi berlari dengan perlahan dan hati-hati. Ia masih merasa sakit dengan kakinya.

"Kaki lo masih sakit?" tanya Langit yang sudah berlari di samping Pelangi.

"Engga." Pelangi mengelak.
Langit masih berlari tepat di sebelah Pelangi. Sesekali ia melihat Pelangi meringis menahan sakit.

"Jangan sok kuat!" cetus Langit. Yang lalu berlari mendahului Pelangi keluar barisan menemui Pak Hari dan membicarakan sesuatu. Pak Hari mengangguk dengan apa yang Langit bicarakan padanya.

"Ngi, itu si Langit ngobrolin apa sih sama Pak Hari? Tumben banget akur." ucap pelan Olla.

"Gak tau, Lagian bukan urusan gue juga kan."

"PELANGI!" Pak Hari memanggil.

"Silakan kamu duduk. Kaki kamu sakit kan?"

"I-iya Pak."

Pelangi duduk di pinggir lapangan, setelah Pak Hari memberikan izin untuknya. Ia berpikir apakah ini ada hubungannya dengan Langit yang menghampiri Pak Hari dan membicarakan sesuatu? Pelangi memperhatikan Langit yang tengah berlari mengitari lapangan dari tempatnya duduk.

***

"BILA INGIN MELIHAT IKANNN..."

Jreng!!

"DI DALAM KOLAMMM..."

"YASSALAM!" celetuk Iwan.

"TENANGKAN DULU AIRNYA, SEBENING KACAAA..."

"BILA MATA TERTUJU PADAA, GADIS PENDIAM. "

"CARANYA TAK SAMA MENGGODA DARA LINCAH."

"Gimana suara gue? Merdu kan?" tanya Agi pada Lani.

"Merdu Mbah mu!" Odet menyela.

"Diem lo codet! Gue nanya ke Lani bukan elo!"

"Merdu kok, lebih merdu lagi kalau lo diem." jawab Lani. Lani dan Odet sebenarnya tengah menunggu Pelangi di kursi panjang tepat di bawah pohon. Saat itu juga ada Langit cs sampai akhirnya Agi mendekat duduk di samping dirinya.

Pelangi Dan LangitnyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang