BAB 1

1.1K 46 5
                                    

"Pengadilan memutuskan bahwa terdakwa Alfeandra Dewangga dinyatakan bersalah atas kasus pembunuhan sadis yang terjadi ditoilet restoran Andalaya, Hukuman yang dijatuhkan kepada terdakwa adalah 20 tahun penjara"

Suara hakim pengadilan terdengar keras tapi Dewangga tidak bergeming sama sekali.

Dikursi terdakwa dia mendengar sorakan senang dari apa yang disebut keluarga korban, Dia meremehkan hal itu karena bukan dirinyalah pelakunya.

Dia, Alfeandra Dewangga tidak mungkin membunuh seseorang, memukul seseorang saja hanya sesekali dalam tiap minggunya kok.

Saat sorakan senang terdengar dari kubu pihak korban, maka dari pihaknya keluarganya menangis mendengar keputusan pengadilan ini.

Tiba-tiba Dewangga berdiri menatap tajam para hakim, dan berbicara dengan lantang.

"Saya tidak bersalah sama sekali, Saya dijebak, bagaimana mungkin setelah membunuh seseorang saya bisa sesantai itu!" ujarnya.

Dia merasakan banyak tatapan mengejek dan cemoohan terhadap dirinya, tapi Dewangga tidak membenci, yak tidak membencinya karena hanya ingin langsung memukuli mereka.

Bagaimana mungkin dirinya menjadi pelaku pembunuhan sadis seperti itu, apakah mereka tidak tidak punya otak kah? Atau apakah wajahnya terlihat seperti pelaku kriminal?.

Hakim mendengar suara Dewangga hanya mendengus dingin, dan berkata.

"Keputusan pengadilan sudah dijatuhkan, jika terdakwa tidak puas maka silahkan mengajukan banding nanti!" kata hakim tersebut.

Lalu Dewangga dibawa pergi oleh para polisi untuk ke penjara yang paling gelap dari penjara lainnya.

Dewa hanya tertunduk berjalan dengan lesu mengikuti petugas polisi didepannya.

Dalam kepalanya banyak hal yang dia pikirkan untuk bisa bebas dari tuduhan pelaku pembunuhan sadis ini.

'Sial kalo Aku tahu bakal ada kejadian seperti ini akhirnya, Aku akan pergi sejauh-jauhnya dari restoran sialan itu'

Dalam hatinya Dewangga masih mengumpat sedikit-sedikit, Dia sangat khawatir dengan kondisi ibunya sekarang di rumah sakit karena shock dengan apa yang terjadi padanya ini.

Petugas polisi didepannya berhenti, dan ternyata dirinya sudah sampai di hotel pradeo sialan ini.

"Aku serahkan tersangka ini padamu, Hati-hati dia pelaku pembunuhan sadis!" ucap petugas polisi didepannya ini memperingatkan petugas sipir muda sekaligus pendek itu.

Mendengar kata-kata petugas polisi, Dewangga hanya memutar matanya frustrasi.

Pelaku pembunuhan sadis?, Pelaku? Pembunuhan? Sadis?!

Sedangkan petugas sipir itu langsung mengunci kedua lengannya dengan borgol yang lebih tebal lagi dari yang sebelumnya.

"Tenang saja, Aku akan menjaganya dengan baik" ucap sipir itu membalas perkataan petugas polisi itu.

Dan petugas polisi itu langsung saja pergi, sedangkan dirinya dikawal ketat oleh petugas sipir pendek seperti anak kecil ini.

"Jadi kau adalah Alfeandra Dewangga, nomor tahananmu adalah 19" ujar petugas sipir pendek itu padanya.

"Berhati-hatilah di penjara nanti, walau Kau adalah pelaku pembunuhan sadis tapi disana ada yang lebih parah dan keji darimu!" ucap petugas sipir itu memperingatkan Dewangga.

Dewangga terkejut dengan kata-kata sipir tersebut yang memperingati dirinya.

"Apakah Kau memperingatiku?" tanya Dewangga pada sipir bertubuh kecil disampingnya ini.

Melihat tahanan baru yang dia kawal kebingungan, sipir itu tertawa kecil.

"Tentu saja"

"Kenapa?"

"Sejujurnya Aku cukup percaya Kalau dirimu bukanlah pelaku pembunuhan sadis itu, dilihat dari wajah sudah tertebak sedikit"

"Hanya Kau selain keluargaku yang percaya bukan Aku pelakunya, tapi Kau memperingati diriku karena apa?"

"Yah karena tahanan disini semuanya berbahaya, terutama tahanan nomor 06, 09, dan 15"

"Nomor 06, 09, dan 15?" tanya Dewangga.

"Yah untuk tahanan nomor 06 Aku tidak tahu kasusnya karena itu rahasia, tapi tahanan 09 adalah Ramadhan Sananta seorang kanibalisme, dan lalu nomor 15 adalah Taufany seorang psikopat!" Sipir itu menjelaskan tahanan berbahaya disini.

"Sial!" ucap Dewangga mengumpat, keberuntungan macam apa ini.

Sedangkan sipir disampingnya malah tertawa kecil.

Mereka terus berjalan dan akhirnya sampai didepan Kamar penjara Dewangga.

"Selamat tinggal dikamar barumu Dewa" ujarnya Dewangga sendiri lalu tersenyum pahit.

Setelah Dewangga dimasukkan ke kanar penjaranya, sipir itu hendak pergi.

"Hey sipir, siapa namamu?" teriak Dewangga.

"Namaku Rio Fahmi"

__________________________________

.

.

.

Hello guys, bab pertama nih cmiw :V

BL || Di Penjara Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang