BAB 4

611 29 3
                                    

Melihat perilaku seseorang didepannya yang menjadi tidak normal, Ananda Mengerjapkan matanya beberapa kali dan lalu sadar apa yang sebenarnya terjadi saat ini.

Dia menepuk pundak Dewangga, lalu tertawa hambar dan berkata, "Kamu pasti sudah mendengar peringatan dari sipir yang mengantarkan dirimu ke penjara ini kan?, tenang saja Aku bukan psikopat yang gila ataupun si pemakan manusia itu" katanya dengan nada sedikit bercanda.

Dewangga mendengar hal tersebut menjadi agak bimbang tapi perkataan Rio terus melintas dibenaknya.

Ananda yang melihat Dewangga masih tidak berubah sikapnya, Dia hanya menghela nafas berat dan berkata lagi dengan cara yang menyedihkan?, "Yak terserah dirimu untuk percaya atau tidak, tapi Aku tidak mungkin menyakiti seseorang yang bahkan tidak pernah memiliki kontak denganku, jadi Kamu tidak perlu khawatir denganku Alfeandra Dewangga".

Dewangga sekarang terkejut mendengar perkataan dari Ananda, "Tunggu-tunggu, kenapa Kau tahu namaku?".

Dewangga tidak pernah mengatakan namanya lebih dulu, dan dia disini bahkan belum 24 jam.

Ananda hanya tersenyum lalu berkata, "Itu mudah, Kamu dibicarakan oleh para sipir penggosip itu".

"Apa?!, bahkan dilapas seperti ini ada yang namanya gosip?", oke Dewangga terkejut dengan ini, dirinya kira disini modelan sipirnya kek di film film itu.

"Tidak perlu heran, jika Kamu ditempatkan ditempat yang memiliki banyak hal berbahaya untuk nyawamu, mungkin Kamu akan menjadi gila dalam sesaat jika tidak gila dalam satu hal untuk mengalihkan rasa takutmu", Ananda menjelaskan hal yang bikin otak agak-agak Dewangga malah jadi sedikit pusing.

"Ohh, okay okay Aku mengerti sedikit, yah mungkin" ujar Dewangga dengan yah wajah sulit berpikir keras.

Ketika Dewangga yang sedang memikirkan sesuatu, Ananda berlari sambil menarik tangan Dewangga dengan maksud untuk ikut bersamanya.

"Eh eh, ini ada apaan njir?" Dewangga yang tiba-tiba ditarik terkejut dan berusaha melepaskan tangannya dari cekalan Ananda.

"Diem Wa, Kamu pasti gak suka ditempat yang panas gini kan, mending kita pindah aja" ucap Ananda yang berhasil membuat Dewangga tutup mulut, Dia setuju karena tempatnya ini panas bed kebagiannya.

Saat Dewangga tengah mengikuti Ananda, tiba-tiba dirinya jadi terpikir hal yang sangat penting yang harusnya dia pikirkan daritadi.

"Tunggu sejak kapan kita jadi akrab hingga berani begini?"

.
.
.
.

Ketika Dewangga dan Ananda menjadi agak 'akrab',  disisi lain ada juga Raihan yang mencoba segala cara untuk menghindar dari tugasnya yang harus melihat para narapidana.

"Kapten, please Saya gak mau kesana, Saya masih belum berani untuk bertemu secara langsung dengan saudaraku itu" ujar Raihan memberi alasan kepada kaptennya Ferarri.

"Han, Saya tahu Kamu punya masalah dalam hubunganmu dengan Saudara kembarmu itu, tapi Kita harus tetap profesional Han!" Ferarri berkata dengan terhadap bawahannya tersebut, dia bukannya tidak punya belas kasih dalam masalah keluarga tapi bawahannya yang satu ini sudah terlalu lama untuk terus menghindari tugasnya ini karena tidak berani bertemu sang saudara kembar yang juga merupakan tahanan.

"Tapi kapten" Raihan hendak berbicara lagi tapi sudah disela terlebih dahulu oleh Ferarri.

"Gak ada tapi-tapian, Kamu ikuti Saya bareng si Titan ke lapas untuk bertemu para narapidana" ujar Ferarri menyela perkataan Raihan.

Raihan yang sudah melihat bahwa keputusan kaptennya sudah tidak bisa diganggu gugat lagi, dirinya hanya bisa menyerah.

"Baiklah kapten" ucap Raihan bersungguh-sungguh, mungkin memang sudah saatnya untuk dirinya berjumpa kembali dengan saudara kembarnya, Nanda.

'Nda, kita bakal bertemu!" bathin Raihan.

__________________________________

.

.

.

Hello, bertemu kembali denganku.

Salam juga buat para pembaca baru.

Hehe, gak nyangka ada orang luar yang baca.

Maaf jika kemungkinan besar hanya satu bulan sekali memperbarui, karena Aku sibuk dengan sekolahku huhu.

BL || Di Penjara Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang