BAB 2

789 39 6
                                    

Di kamar tahanannya, Dewangga hanya terdiam memainkan rambutnya, menhitung setiap detiknya karena kebosanan.

Saat ini adalah jam sembilan malam, biasanya Dewangga akan pergi ke bar untuk bersenang-senang, terkadang sedang berkencan dengan seorang gadis.

Tapi sekarang, dia di penjara dengan ketat, mana sipir dan polisi yang berada disini semuanya laki-laki, Dia akan benar-benar gila sepertinya.

Dia hanya bisa mendengar teriakan dan kata-kata yang sangat bermutiara dari kamar penjara nomor 12 dan 17, sepertinya meributkan sesuatu.

Dewangga melihat Rio si sipir yang mengantarkannya tadi dan memanggilnya.

"Hei hei, Rio!" kata Dewangga sembari melambai-lambaikan tangannya.

"Ada apa Dewangga?" Rio langsung membalas bertanya dengan berlari menuju ke arah kamar penjaran Dewangga.

"Itu ada keributan apaan sih?" ujar Dewangga bertanya balik kepada Rio, karena dia penasaran kenapa di penjara modelan gini aja masih ada yang ribut.

Rio tertawa kecil mendengarnya, oh tawa Rio cukup manis dimata Dewangga.

"Yah biasa itu tahanan nomor 12 dan tahanan nomor 17 ribut kembali, mereka dari awal masuk penjara memang sering ribut" jelas Rio.

"Lah kok bisa?" tanya Dewangga kebingungan.

"Tahanan nomor 12 adalah Pratama Arhan dan tahanan nomor 17 adalah Irfan Jauhari, mereka adalah sepasang tim pembunuh bayaran, dan terjadi keretakan dihubungan mereka" ucap Rio menjelaskan kembali kepada Dewangga.

"Mereka sepasang kekasih juga kah?, atau apa?" tanya Dewangga lagi, oke makin ke sini pertanyaan Dewangga makin ngaco.

"Haha ya kali mereka sepasang kekasih Wa, mereka cuman rekan atau mungkin sahabat, dan alasan keributan itu karena menurut yang Aku dengar mereka berhasil ditangkap karena Irfan malah terpesona oleh salah satu polisi yang mengejar mereka" ujar Ria lagi menjelaskan sambil tertawa saat berkata.

"Anjir, trik jebakan kecantikan kah?" Dewangga yang mendengar perkataan Rio malah jadi memikirkan beberapa film romance criminal dan drama kolosal kerajaan.

"Yah itu hasil dari ketidaksengajaan, Kami polisi butuh banyak waktu dan banyak strategi yang gagal tapi saat seorang polisi yang baru pindah tugas ke sini dibawa, malah berhasil menangkap mereka" ucap Rio.

"Pantas saja si Arhan Arhan itu ribut, ini mah jatuh cinta menbawa malapetaka buat orang lain" Dewangga tertawa mendengarnya.

Oke dia butuh hiburan dipenjara sialan ini, jadi dirinya malah terjerumus dalam pergosipan.

Saat keduanya tengah tertawa bersama, tiba-tiba seorang pria muda dengan pakaian yang sama dengan Rio berlari menuju mereka, yak itu adalah sipir lainnya disini.

"Haykal, Kamu ngapain lari-lari gitu?" Rio bertanya kepada teman satu profesinya ini.

"Rio, cepat kita ke kamar penjara nomor 15!" ucap sipir bernama Haykal itu dengan nafas yang masih ngos-ngosan.

"Lah kenapa emangnya?" Rio kebingungan dengan perkataan temannya ini.

Sedangkan Dewangga ngapain sekarang?, cuman melongo terdiam melihat percakapan mereka.

"Gara-gara keributan tahanan nomor 12 dan 17, tahanan nomor 15 juga terkena dampaknya dan sekarang malah tahanan nomor 15 yang ribut ingin memenggal kepala dua tahanan lainnya" Haykal menjelaskan semuanya pada Rio.

"Yak udah Ayok kita kesana, Dewangga maaf Aku pergi dulu yak karena tugas ini" ujar Rio, lalu bergegas bersama Haykal menuju kamar tahanan nomor 15.

"it's okay" jawab Dewangga, lalu dia menghela nafas berat.

"Sendirian lagi, sialan gara-gara tuh mayat emang dah!" Dewangga mengeluh frustasi kembali tentang ketidak beruntungannya.

Dan setelah merasa cape mengeluh dengan menendang-nendang angin, Dia memutuskan untuk tidur dan berharap semua ini hanyalah mimpi panjangnya.

Saat Dewangga di kamar penjara tertidur dengan tenang, maka disisi lain kamar tahanan nomor 15 tengah sangat berisik karena keributan yang terjadi.

"Sialan, Kenapa Aku harus berada ditengah-tengah kedua anjing yang mengonggong terus ini?!" berkata dengan setengah berteriak, Taufany yang merupakan tahanan nomor 15 benar-benar marah dengan keributan sialan tetangga penjaranya ini.

Tapi perkataan Taufany sepertinya tidak didengar atau mungkin lebih tepatnya tidak dipedulikan sama sekali oleh Arhan dan Irfan, Mereka terus saja ribut menyalahkan satu sama lain dan bahkan keributan itu semakin menjadi.

Mendengar bahwa suara bising karena keributan makin menjadi, Taufany benar-benar ingin menggorok leher seseorang sekarang.

"SIALAN KALIAN, AKU AKAN MEMENGGAL KEPALA KALIAN DAN KU PAMERKAN DI TAMAN KOTA!" teriaknya, dia bahkan seperti akan menerobos sel penjara.

Tahanan nomor 12 Arhan dan tahanan nomor 17 Irfan langsung menjadi terdiam mendengar teriakan tersebut, oke mereka tidak bodoh walau mereka seorang pembunuh bayaran tapi Taufany adalah seseorang yang mengidap gangguan kepribadian psikopat.

Andai saja besi jeruji yang ada tidak kuat, mungkin itu sudah lama dipatahkan oleh Taufany yang tengah dilanda kemarahan.

Dan keributan yang terjadi di kamar tahanan nomor 12, 15 dan 17 berakhir dengan tahanan nomor 15 Taufany harus diberi obat penenang dengan dosis yang banyak.

Apa yang terjadi di kamar tahanan nomor 09 dan 06 sangat berbanding terbalik dengan yang lainnya, itu adalah kesunyian yang menyeramkan.

Di kamar tahanan nomor 09, tahanan yang berada disini Sananta tengah menatap semuanya dengan senyum palsu.

Dan dia berkata dengan suara yang rendah, "Aku merindukan daging-daging segar itu".

__________________________________

.

.

.

Hello prend, ada yang nungguin kah ini cerita???

BL || Di Penjara Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang