Ibu pernah bilang bahwa ayah menyukai menu ayam kecap untuk makan malamnya. Jadi kali ini aku ingin menyambutnya pulang dengan menu masakan ayam kecap.
Meski mungkin tidak akan seenak buatan ibu. Tapi masakanku ini tak akan buruk, iya kan?
Aku mengetuk jari pada meja, menghitung mundur seolah menjadi kebiasaan mutlak sampai deruman suara mobil ayah terdengar.
Sontak aku segera berlari menuju pintu utama untuk menyambut ayah pulang dengan dua anak kecil yang ia tuntun menuju rumah membuat dahiku mengkerut tebal.
Tunggu. Siapa dua bocah itu?
"Hai sayang." Ayah menyapa dan mengecup dahiku seperti biasanya menyebarkan kehangatan dalam rongga dada.
"Siapa mereka?" Tanyaku bingung sekaligus tak suka membuat ayah terkesiap yang kemudian segera mengusai diri dengan berjongkok menyamai tingginya denganku.
"Ini Jongseong dan Sunghoon." Kata ayah mencoba memperkenalkan kedua bocah itu yang masih diam seperti manusia bisu.
"Aku tidak menanyakan nama mereka." Tuntutku kesal dan bersidekap. Jelas memberikan tendesi bahwa aku tidak suka akan eksistensi mereka berdua.
"Jangan galak begitu Bella. Mereka ini adikmu. Dua sosok yang perlu kamu lindungi."
Harus aku lindungi ya? Tapi terakhir kali kalimat itu di kuapkan aku tak pernah bisa melakukan hal tersebut.
"BELLA!! BELLA KIM!"
Aku tersentak terbangun oleh suara bibi Im di luar sana yang mengedor pintu aparteman dengan luar biasa hebohnya. "BIBI TAHU KAU ADA DI DALAM BELLA!"
Ah sial.
Aku mengusak suraiku yang sudah berantakan semakin tak karuan.
Mimpi yang kerap ada mampir selama ini lebih baik ketimbang berhadapan dengan bibi Im yang di rundung emosi karna aku telat membayar tagihan aparteman ini lagi.
Lantas meraih ponselku untuk menghubungi Heeseung yang tak ada kabar. Apa dia di tangkap polisi?
Lalu menggulir kontak lain yaitu pada Yang Jungwon.
"Yeobseo nuna." Suara Jungwon yang terdengar sehabis bangun tidur membuatku mengulum senyum. "Waeyo? Aku masih mengantuk."
"Bayaranku apa sudah ada?"
"Oh itu." Ada jeda yang kemudian terdengar suara deritan ranjang yang kuyakini ia sekarang tengah mencoba bangun dengan benar. "Mian nuna, uangnya belum di berikan oleh kak Yoongi."
"Lagi?"
"Nuna tahu sendirikan bahwa bisnis kita sedang krisis?"
"Tapi aku sudah memberikan obat itu pada tuan Jo." Tuntutku tak sabaran. Lupakan Jungwon yang manis membuat hati tak karuan. "Aku perlu uangku untuk membayar tagihan Jung."
"Aku ada kerjaan lain kalau nuna memang butuh uang."
"Apa Jung? Asal itu bukan menjual diri."
"Oh tidak nuna. Mana mungkin aku rela." Kekehnya yang menggelitik membuatku berdebar tak karuan. Sial Bella. Fokus.
"Seharusnya pekerjaan ini untuk kak Heeseung. Tapi karna ia belum ada kabar dan nuna membutuhkan uang, jadi silahkan ambil pekerjaan ini."
BRAKK
"BIBI TAK SEGAN MENDOBRAK PINTU INI KALAU KAU TETAP DIAM DI DALAM."
Ah sialnya hidup ini.
"Iya cepat katakan Jung."
"Barang kali ini di pesan oleh anonim dan tingkat bahaya sudah pasti tinggi, nuna pasti tahu kan?"
"Okay. Lanjut."
"Nuna yakin?"
BRAKK
BRAKK
"Tak pernah seyakin ini Jung."
"Okay. Barangnya ada di loker 007 di gedung Gwangdo. Nuna harus kirimkan ke pulau JungJi yang alamat jelasnya akan aku kirimkan."
"Okay Jung."
"Nuna tunggu!" Jungwon berteriak cepat membuatku yang akan memutus sambungan terhenti. "Ini terdengar menggelikan, tapi aku ingin nuna kembali dengan selamat."
Aku mendengus, "Aku kira kau akan mengatakan pernyataan cinta mati padaku Jung." []
__________
Tidak seperti judul. Ini buku mungkin akan ada sedikit banyak fantasi;vampire
.
Semoga kalian suka ya😊
KAMU SEDANG MEMBACA
BROTHER ISSUE
FanfictionBella terpaksa menebus semua kesalahannya kepada Jongseong dan Sunghoon meski waktu demi waktu membawanya pada kumbangan kematian. "Mata harus dibalas dengan mata bukankah begitu kak?" ⚠️ TRIGGER WARNING - MATURE. DEPICTION OF BLOOD, EMOTIONAL/PHYSI...