24. Don't Go

1.1K 138 20
                                    

Baekhyun mengantarkanku sampai di pintu aparteman dan setelah ia benar-benar pergi aku pun segera menekan pin sesuai naluriku. Meski sempat beberapa kali salah pada akhirnya aku menekan tombol pin dengan benar.

Aku berjalan masuk dengan hati-hati, "Akhirnya kau pulang juga." Kata seseorang membuatku stagnan terpaku di tempat.

Jongseong?

"Aku tidak ingin melihat wajah sialmu lebih lama, jadi intinya saja kau tahu dimana Sunghoon?"

Ternyata benar bahwa yang ada di apartemanku saat ini Jongseong dari suaranya yang berat penuh kebencian. "Kenapa bisa kau ada di apartemanku?"

Ia terdengar berdecak kesal dan aku tetap berpura-pura seperti orang yang bisa melihat karna tidak tahu apa yang akan ia lakukan jika mengetahui aku buta sekarang. "Kau seharusnya lebih hati-hati. Pintu balkon di biarkan terbuka, kau ingin memancing para pencuri untuk mencuri barang dan memperkosamu?"

"Pergilah. Aku tidak tahu Sunghoon kemana."

"Kau benar-benar tidak tahu?"

"Tidak ada keuntungannya aku menyembunyikan Sunghoon darimu Jongseong."

Ia terdengar bersungut-sungut kesal lalu derap langkahnya menjauh dengan pintu balkon terdengar menggeser tertutup. Aku diam dulu lama memastikan bahwa si Jongseong itu sudah benar-benar pergi dari apartemanku.

Lantas berjalan hati-hati dengan meraba dinding mencari letak kamarku tapi aku malah menubruk rak buku sampai beberapa buku jatuh dan mengenai kakiku. Aku terduduk memegang telapak kakiku yang berdenyut nyeri. "Kau kenapa?"

Aku terlonjak hampir saja menjerit nyaring namun segera menguasai diri tak menyangka bahwa Jongseong masih ada disini, "Kau belum pulang?"

"Aku bertanya kau kenapa sialan?!!" Jongseong menggeram marah dan menyentak kedua bahuku kasar. "K-kau tidak bisa melihat?" Ia terdengar tercekat dan jemarinya perlahan merangkum wajahku. "Lihat aku sialan!"

"Kau ini bicara apa huh?! Cepat pergi dari sini!" Aku berusaha mendorongnya menyingkir menjauh tapi ia dengan kekuatan babonnya semakin mencengkram erat kedua bahuku.

"Katakan siapa yang membuatmu seperti ini huh?!!"

Aku menggeleng dengan perlahan tanpa bisa kutahan air mata berjatuhan dari pelupuk mataku, "Siapa yang membuat kakak buta seperti ini? Katakan aku akan membunuh orang itu sekarang." Geramnya terdengar penuh emosi. "Katakan. Apa itu ayah?"

"Benar itu ayah kan." Ia melepaskan cengkramannya membuatku tersentak berusaha meraihnya lagi tapi tanganku tak menemukan keberadaan Jongseong lagi. "Jangan pergi menemui ayahku Jongseong!" Teriakku keras dan mencoba berdiri kembali susah payah.

"Kau hanya akan terbunuh disana Jongseong."

"Kau mulai peduli sekarang?" Ia terkekeh serak dan parau membuatku sedikit banyak lega karna ia masih ada disini. "Kau takut aku mati setelah mencoba membunuhku?"

"Aku memanahmu bukan berniat membunuhmu tapi itu pembelaan diriku. Aku ingin pergi, apa itu salah?"

"Iya kau memang selalu benar Bella." Katanya dengan nada sarkatis. "Aku akan tetap pergi menemui ayah."

"Dasar idiot. Kau tidak melihat aku sekarang? Aku saja sudah di jadikan seperti ini apa lagi kau Jongseong." Kataku tercekat karna tersadar mengapa aku jadi sepeduli ini padanya?

"Tapi jika kau memang ingin segera mati, silahkan pergi dan jangan menyalahkanku lagi."

Aku berbalik dengan kasar menghapus air mataku yang tak berhenti jatuh berkelindan. Aku tidak ingin terlihat lemah di hadapan Jongseong tapi ntah mengapa selalu dia yang menemukanku dalam keadaan lemah seperti ini.

"Kak.." Ia tanpa terduga memelukku dari belakang membuatku semakin tergugu tatkala kilasan berbagai macam hal menyakitkan dalam hidupku tetiba saja terbayang meremuk redamkan hatiku.

"Ssttt jangan menangis kak.. aku tak akan pergi." Katanya sambil mengecup puncak kepalaku dan dengan hati-hati membalik tubuhku untuk menghadapnya. "Aku tidak suka melihat kakak menangis begini." Ucapnya yang tanpa kusangka menghapus air mataku lalu memelukku lagi.

"Aku takut Jay-ya kenapa semua semakin menakutkan hiksss aku benar-benar takut sekarang." Isakku mencengkram ujung jaket yang ia pakai sekarang tanpa berani membalas pelukannya.

"Ssttt aku disini, aku akan melindungi kakak dan kalau perlu aku jadi kedua mata kakak mulai sekarang."

Aku terpaku tak menyangka ia akan mengatakan hal itu, "Kenapa? Kenapa kau tetap peduli padahal aku sudah menyakitimu Jay-ya."

"Ntahlah mungkin aku terlalu idiot." Katanya yang kemudian menggendong tubuhku dan membaringkanku di atas ranjang dengan lembut penuh perasaan. Jemarinya yang dingin merapihkan suraiku dan menyelimutiku.

"Tidurlah kak, aku akan tetap disini menjaga kakak." Katanya yang kurasakan tubuhnya juga terbaring di sampingku dan memelukku sambil menyanyikan lulabby membuatku mengantuk.

Aku perlahan menggengam jemarinya yang memelukku, "Jangan pergi, tetaplah disini Jay-ya." []

______________

Hallo
Udah tentuin mau naik kapal yang mana?
Jangan lupa bawa pelampung ya hhee

HalloUdah tentuin mau naik kapal yang mana? Jangan lupa bawa pelampung ya hhee

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
BROTHER ISSUETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang