12. Penance

1.1K 151 31
                                    

Aku terbangun dengan dada yang terasa begitu panas dan menyadari bahwa hidungku terpasang kanula nasal untuk membantuku dalam bernafas.

Menyadari aku yang mulai siuman. Jongseong dan Sunghoon yang sebelumnya tertidur di kedua sisi tubuhku pun beranjak terduduk menatapku lekat.

"Kakak bisa bernafas?" Sunghoon bersuara lebih dulu dengan khawatir. "Kak cepat panggil dokter Seokjin."

Jongseong yang meski bersungut-sungut tetap bangkit keluar dari ruang kamar ini dan kembali masuk bersama satu lelaki tampan yang sudah terkalung stetoskop di lehernya menandakan ia betulan seorang dokter.

Ia memeriksaku sesaat. "Dia masih harus memakai kanula nasal dalam satu pekan ini untuk membantunya bernafas karna cidera akibat tenggelam semalam cukup serius." Katanya memberi penjelasan.

Jongseong dan Sunghoon mengangguk mengerti, "Aku sudah menitahkan suster Anna untuk merawatnya selama satu pekan ini."

"Gomawo hyung." Jongseong dan Sunghoon berterima kasih serempak. Sementara dokter Seokjin hanya menepuk kedua bahu mereka hangat menandakan bahwa ketiganya memiliki hubungan yang dekat.

"Semoga lekas sembuh ya Bella. Jangan lupa minum obatnya secara teratur." Katanya sebelum kemudian beranjak pergi dan tinggalah aku bersama kedua adikku yang sinting.

Hening. Hanya suara jarum jam yang terdengar membuatku tanpa sadar menguap bosan. Sementara keduanya tetap berdiri mengawasiku. "Omong-omong apa kalian tidak pegal berdiri terus begitu?"

Krikkkkk

Mereka tidak menyahutku sama sekali dan aku membenarkan letak kanula nasalku yang sedikit melorot karna aku banyak berbicara tadi. "Makanya jangan banyak bicara seperti burung beo." Sinis Jongseong dan dengan cepat membantuku meletakan kanula nasalku dengan benar.

"Kakak sudah lapar?" Sunghoon mendekat dan ikut duduk di sisi ranjangku yang lain. Jadinya tubuhku seperti tenggelam di kukung dua tubuh jangkung mereka.

"Tidak. Dan bisakah kalian menyingkir?"

Keduanya langsung berdiri menjauh ke tempat semula dengan kecepatan diluar nalar karna keduanya vampir. Tapi ntah mengapa gerakan mereka terasa lucu dan menggelitik perutku sampai aku tertawa.

"Mwoyaaa!" Jongseong kesal dan akan menghampiriku lagi kalau Sunghoon tak segera menahan lengannya. "Aniyaa.." Aku mengibaskan kedua tanganku sambil masih tertawa. "Kalian lucu sekali. Jalan cepat begitu yang nyaris saja menabrak tembok tadi hahahaha kalau iya pasti lucu sekali."

"Selera humor kakak jelek sekali." Sunghoon memberenggut dan aku menyadari bahwa keduanya ternyata tak berubah banyak.

Jongseong yang gampang marah dan Sunghoon yang gampang merajuk.

"Jay-ya, Hoonie.." Kataku memanggil keduanya dengan nada terlembut yang aku punya setelah berhenti tertawa. "Bagaimana kalau mulai saat ini aku menebus semua kesalahanku dengan aku mulai menyayangi kalian seperti kedua adikku sendiri. Eotte?"

"Aku akan mengganti semua kenangan buruk kita dengan kenangan baru, mau kan?" Tawarku dan keduanya malah pergi begitu saja tanpa memberiku jawaban apapun.

•••••

Satu minggu berlalu dan aku hanya ditemani oleh suster Anna yang merawatku sampai kanula nasal telah dilepaskan. Aku bisa bernafas lagi tanpa bantuan kanula nasal membuatku lega.

Jongseong dan Sunghoon ntah pergi kemana selama satu minggu ini. Tapi meski sekarang aku mendapati kesempatan untuk kabur setelah suster Anna pergi aku tidak melakukannya.

Aku tetap berada di mansion menunggu keduanya pulang karna bagaimana pun aku ingin menebus semua kesalahanku.

Aku menelusuri mansion ini sampai netraku terpaku pada satu piano berwaena putih yang menghadap pada kebun mawar mansion.

"Wah bagus sekali!" Aku segera duduk di satu bangku piano dan mulai menekan banyak tuts menciptakan melodi lagu yang sempat ayah ajarkan padaku.

"Tadaima." Suara Jongseong dan Sunghoon yang terdengar dari arah belakangku membuatku berhenti menoleh ke asal suara. Lantas tersenyum menemukan keduanya akhirnya pulang ke rumah.

"Okaeri." Sambutku seperti apa yang selalu ayah katakan. Aku tersenyum dan beranjak berjinjit memeluk keduanya susah payah karna keduanya tinggi sekali seperti tiang.

"Ayo kita perbaiki lagi semuanya, Jay, Hoon.." Kataku perlahan melepas pelukan dan menatap keduanya yang sudah lebih dulu menatapku.

"Baiklah kita mulai dengan kakak harus menuruti semua keinginanku dan kak Jongseong." Kata Sunghoon yang menyodorkanku gulungan kertas yang panjangnya sampai menyentuh lantai marmer ini.

"Tapi tidak sebanyak ini juga!" Protesku dan segera jari keduanya menempel pada belah bibirku untukku berhenti protes.

"Tidak ada penolakan dan masih ada gulungan kertas lainnya." Kata Jongseong dengan nada puas di susul kekehan Sunghoon.

"PERSETAN AKU MAU PULANG SAJA!!" []

___________

Manis-manis dulu ya buat pemanasan dari konflik utama ntar hheee

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Manis-manis dulu ya buat pemanasan dari konflik utama ntar hheee
.
See next chap👋🏻

BROTHER ISSUETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang