Bab 1. Insiden Penabrakan

199 13 3
                                    

"Mas-nya asal daerah mana? Ganteng banget gitu, pinter sampean cari pasangan."


"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Selamat Membaca 😊👌

Jangan lupa tinggalkan jejak.





"Kampusnya rame orang, tapi aku kok ngerasa hampa, ya?"

Andin mengedarkan pandangan ke arah mahasiswa yang mulai berdatangan memasuki area gedung Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pelita Jaya. Salah satu perguruan tinggi swasta dengan akreditasi terbaik di Kota Surabaya.

Wajah-wajah baru yang tidak pernah ia temui mulai memenuhi pelataran kampus. Asing sekali.

Sorot matanya semakin menyapu sekitar tempatnya berdiri. Kolam air mancur dengan hiasan patung kuda langsung mencuri atensi perempuan berambut sebahu bergaya wolf cut itu.

Dinding gedung bergaya minimalis telah dipoles dengan warna baru, biru muda. Taman yang berada di sisi kiri nya bangunan terlihat semakin rindang. Beberapa meja dan kursi mengisi kekosongan di sana.

Terhitung baru satu tahun Andin tidak menginjakkan kaki di tempat ini. Namun beberapa sudut kampus telah di revitalisasi. Ia jadi bingung, haruskah bahagia atau bersedih? Mengingat banyak kenangan yang telah ia buat bersama teman-teman satu jurusan.

Pagi ini adalah jadwal sosialisasi rencana belajar semester yang wajib dihadiri oleh seluruh mahasiswa Universitas Pelita Jaya. Andin tidak menyangka bahwa semester baru akan dimulai secepat ini. Kata mahasiswa penyintas semester tujuh, fase ini bagaikan bencana besar yang mampu mengacaukan ketentraman hidup.

Namun bagi Andin, hidupnya sudah kacau sejak awal. Mbundet seperti lilitan benang. Jadi perempuan itu tidak terlalu khawatir dengan ujian yang akan menimpanya esok hari.

Tangan Andin semakin kencang memegang kresek besar putih yang berisi kotak makanan. Rencananya akan dirinya bagikan kepada dosen dan staff kampus kenalannya. Hitung-hitung sebagai bentuk syukuran atas kembalinya Andin di bangku perkuliahan.

Perempuan itu mulai menarik sudut bibirnya agar membentuk senyuman indah. Masio rupone ayu, lek lambene mrengut ae yo nggak onok seng gelem nyawang (Meskipun wajahnya cantik, kalo bibirnya cemberut terus ya nggak ada orang yang mau menatap.)

The Lecturer Next Door (Ongoing)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang