Jangan lupa vote dan follow ya🫶🌷
Happy Reading.....Sudah seminggu amel menghilang tidak ada kabar, bahkan arsen pun tidak menjumpainya di kampus. Arsen seminggu ini pun bolak-balik mengecek rumah amel namun nihil, membuat arsen akhir-akhir ini tidak fokus dalam melakukan sesuatu. Pikirannya sekarang hanya amel dan amel.
Panggilan dan pesan dari arsen pun tidak ada satupun dibalas atau di respon amel, dan sekarang lagi-lagi arsen mengirim pesan mengharap amel membalasnya. Di menit ke 20 tidak ada bunyi notif dari amel, malah terpampang nama anita yang mengirimkan pesan padanya menanyakan sudah makan apa belum, arsen melemparkan ponselnya di meja kerja, memegang rambut dan menjambaknya frustasi.
"Amel sebenarnya kamu dimana"
Arsen merapihkan barangnya, mengambil kunci mobil dan ponselnya berjalan bergegas menuju rumah amel, berharap dia mendapat kesempatan untuk menemui sang wanita tersebut. Jarak dari kampus ke rumah amel terbilang cukup lumayan jauh, namun tekad arsen tidak surut. Tepat mobilnya terhenti di depan rumah amel, terlihat orang yang sedang dia caei berada disana sedang membuka pintu rumahnya. Dengan cepat arsen keluar dari mobil, berlari memeluk amel dengan kencang menyalurkan kerinduan yang amat sangat arsen tahan selama seminggu ini.
Amel terlonjak kaget, segera dirinya mencoba melepaskan pelukan dari arsen. Namun, usahanya sia-sia tenaga amel tidak cukup kuat.
Amel bergeming tidak membalas pelukan arsen. Sedangkan arsen mengecupi pucuk kepala amel dengan sayang.
"Sayang maafin mas, mas gak mau kamu pergi"
Amel lagi-lagi tidak menjawab.
"Sayang mas harus apa biar kamu maafin mas?"
"Pergi"
Arsen dengan cepat menggeleng
"Mas gak mau"
"Pergi"
Arsen makin mengeratkan pelukannya. Membuat amel hampir goyah, sejujurnya kalau boleh amel sangat merindukan pria yang sedang memeluknya. Pelupuk mata amel sudah tergenang air mata, sedikit lagi mungkin akan tumpah. Amel menahan semaksimal mungkin agar dia tidak menangis, tetapi usahanya sia-sia. Amel menangis sesegukan. Arsen melonggarkan pelukannya ketika wanuta yang sedang ia dekap sedang menangis.
"Sayang jangan nangis, mas gak mau liat kamu nangis"
Namun tangisan amel makin kencang. Pertahanan amel goyah begitu saja, dia menangis di dada arsen menumpahkan semua disana.
Arsen memeluk amel, mengelus dengan lembut kepala amel berharap elusan itu meredakan tangisan amel.
"Sayang please berhenti ya"
"Mas disini sayang, sama kamu"
Amel mengangguk, memeluk balik arsen dengan erat. Nyaman sekali.
"Masuk kedalam yuk, gak enak kalo diliatin orang"