Part 2

10 1 2
                                    

Matahari hari ini nampaknya sedang malu-malu untuk menampilkan cahaya indahnya digantikan oleh langit abu-abu dengan sisa rintik kecil yang sudah sejak semalam mengguyur bumi.

Membuat siapapun tidak mau melepaskan hangatnya selimut dan meninggalkan kasur terlebih hari ini merupakan hari minggu, lengkap lah sudah.

Waktu sudah menunjukan waktu menuju makan siang namun Kenneth masih tetap betah bergelung di dalam selimut tebalnya, ia terlalu menikmati kenyamanan cuaca hari ini hingga ia tak memperdulikan waktu yang terus bergulir.

Kringggggggggg

Pria tinggi itu bersumpah akan memaki siapapun yang menganggu kenyamanannya dan demi Tuhan ini hari minggu!!!

Dering telpon terdengar lebih nyaring dari biasanya, ia mencari-cari keberadaan benda pipih tersebut dan tertera nama Jonathan, tanpa berfikir panjang lagi ia mengangkat panggilan tersebut.

"Gue udah reservasi restoran, hari ini jam 2 siang gak ada alesan apapun lu harus dateng!" bip

Panggilan tersebut ditutup begitu saja oleh Jonathan, tak ada sapaan ataupun basa basi setidaknya menanyakan keadaan Kenneth saat ini apakah baik atau tidak, melainkan sebuah informasi menjurus pada perintah yang tak terbantahkan. Rasanya ia benar-benar ingin memukul kepala Jonathan yang terkadang memiliki pemikiran unik.

Setelah panggilan yang cukup mengesalkan hati Kenneth, sahabatnya itu mengirimkan pesan berisi alamat lengkap restoran yang dipesan oleh Jonathan serta bukti reservasi sebagai bukti. Kenneth menghembuskan nafas beratnya, ia tak mengerti dengan kelakuan sahabatnya itu. Ini bukan satu atau dua kali, sahabatnya melakukan hal tersebut, ketika sudah mengucapkan akan menjodohkan Kenneth dengan salah seorang maka ia akan menyiapkan segalanya termasuk pertemuan pertama yang dirancang sedemikian rupa, memang seharusnya begitu kan bila berani menjodohkan berani menanggung segala resikonya juga?

namun Kenneth merasakan tak enak karena berkali-kali Jonathan melakukan misi perjodohan padanya hingga ditahap menyiapkan segalanya tapi selalu berakhir tak menentu. Itulah kenapa Kenneth selalu menolak namun sahabatnya itu tipikal seseorang pemaksa yang bila dibantah akan menyeret dirinya dengan paksa.

Ingin hati ia menghabiskan waktu akhir pekannya ini dengan tenang terlebih cuaca hari sangat mendukungnya untuk tetap berada di atas kasur dengan bergelung selimut. Semuanya harus batal oleh perintah mengesalkan sahabatnya itu.

Kenneth menyibakan selimut hangatnya, ia harus bersiap sekarang melihat waktu sudah menuju makan siang terlebih jalanan macet di akhir pekan seperti saat ini. Ia melangkah menuju kamar mandi untuk melakukan ritual yang biasa dilakukan orang-orang pada pagi hari yaitu mandi.

--

Setelah menyelesaikan dengan ritual "paginya" karena jujur saja jam sudah betul-betul menunjukan waktu untuk makan siang, Kenneth merapikan penampilannya meskipun ia setengah hati dalam menjalani misi gila dari sahabatnya itu ia tetap harus memberikan kesan serta performa baik bagi orang yang dijodohkannya.

Dirasa sudah cukup, Kenneth bergegas pergi. bila menghitung waktu menuju restoran yang dipesankan oleh sahabatnya itu memakan waktu hampir 1 jam perjalanan terlebih melihat dari maps jalanan dalam keadaan macet walaupun diluar awan sangatlah kelabu. Ia berjalan menuju garasi mobil namun ketika langkahnya melalui dapur ada suara yang mengintrupsinya.

"Tuan, mau makan di luar?"

Seketika Kenneth menghentikan langkahnya, ia betul-betul melupakan keberadaan asisten rumah tangganya yang mungkin sejak pagi sudah tiba di rumahnya. Omong-omong Kenneth lebih tepatnya orangtuanya mempekerjakan asisten rumah tangga yang hanya bekerja dari pagi hingga sore hari.

Elegi CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang