40

3.8K 222 0
                                    

Di tengah acara seperti ini membuat Hanni sedikit kesulitan mencari petugas kesehatan sehingga ia memutuskan untuk berlari menuju uks, namun sayangnya pintu uks di kunci dan tidak ada petugas yang berjaga disana.

Otak nya sudah tidak mau mengambil pusing. Ia nekat masuk ke dalam ndalem karena obat yang di butuhkan ada disana.

Saat ia akan membuka pintu ia malah berpapasan dengan gus Haikal yang menggendong ning Hasna, putrinya.

"A-assalamualaikum gus"-ucap Hanni sedikit gugup.

"Waalaikumussalam, ada apa Hanni?"-tanya gus Haikal.

"Saya mau izin mengambil obat disini, karena uks di kunci"-jawab Hanni sedikit terburu-buru.

"Kamu sakit?"

"Bukan saya gus, tapi Hanna. Maaf saya lancang, tapi saya lagi buru-buru"-ucap Hanni kemudian masuk ke dalam ndalem.

Ia segera mencari paracetamol di kotak obat yang ada di ruang tengah. Setelah menemukannya ia langsung kembali menemui Hanna "Gus, saya minta paracetamol nya. Nanti saya bilang sama umi, makasih ya gus. Saya permisi, Assalamualaikum"-pamit Hanni yang di balas anggukan oleh gus Haikal "Waalaikumussalam"

Hanni menyempatkan untuk meminta berkat makanan, kebetulan Syahla ikut menjadi panitia penjaga "Syahla aku mau ambil bagian aku duluan ya"-pinta Hanni.

"Ambil aja"-jawab Syahla santai.
"Eh iya kamu mau kemana?"-tanya Syahla saat melihat Hanni yang terburu-buru.

"Hanna"-jawab Hanni singkat kemudian pergi.

Syahla menepuk jidatnya. Ia baru teringat Hanna sedang sakit dan belum memakan apapun sejak tadi pagi.

"Mbak aku izin ke kobong dulu ya. Ada yang kelupaan"-ucap Syahla kepada salah satu di antara mereka.

"Iya, jangan lama-lama siah. Bentar lagi makanan nya harus di bagi"-jawab salah satu dari mereka.

Syahla hanya mengangguk. Lama atau tidak nya tergantung nanti, yang terpenting ia melihat keadaan Hanna dulu.

Sesampainya disana Syahla kaget saat melihat Hanna muntah dengan tengkuk yang di pijit oleh Hanni "Syahla tolong ambilin minyak kayu putih di lemari aku"-titah Hanni saat melihat kedatangan Syahla.

"Pusing Hanni, pandangan aku juga burem banget"-keluh Hanna kemudian menyender saat ia sudah selesai memuntahkan isi perut nya yang hanya keluar air saja.

"Balurin ke pundak nya ya, aku mau ambilin lap pel dulu"-ucap Hanni yang di angguki oleh Syahla.

"Makan Hanna, habis itu minum obat"-ucap Syahla membuka makanan yang di bawa Hanni.

Hanna menggeleng "Lidah aku pait, gasuka"-ucap Hanna.

"Namanya juga orang sakit ya pasti te dumuk rasa tapi da kudu di paksain Hanna, biar cepet sembuh"-balas Syahla namun Hanna tetap kekeuh menggeleng.

Hanni membersihkan lantai, sambil melihat Hanna yang belum juga menyentuh makanannya. Saudara kembarnya itu malah memejamkan matanya.

"Bangunin, suruh makan dulu"-ucap Hanni kepada Syahla.

"Han, Hanna bangun woyy"-teriak Syahla tidak santai sambil menepuk pipi Hanna pelan.

"Hanna, lahh Hanni ini kenapa kaga bangun-bangun"-panik Syahla tidak mendapatkan respon dari Hanna.

Hanni kembali naik ke tempat tidur Hanna "Hanna, Hanna"-panggil Hanni ikut menepuk pipi Hanna.
"Hann jangan bercanda deh, gak lucu tau"-lanjut Hanni sedikit panik.
"Hanna ihhh"

"Syahlaa cari bantuann ih, jangan diemm ajaaa"-ucap Hanni panik menitah Syahla untuk keluar mencari bantuan.

Syahla juga sama panik nya dengan Hanni, ia segera keluar namun sayang kobong di lantai tiga sangat sepi sehingga ia harus kembali ke bawah.

"Lama banget kamu di tungguin"-gerutu Kia, petugas panitia bareng Syahla tadi.

"Mbakk gawat please. Dimana petugas kesehatan??"-ucap Syahla dengan nafas yang tidak beraturan.

"Ya di lapangan sono. Lagi maulidan, emang ada apa?"-tanya Kia.

"Hanna mbak, dia demam terus sekarang gak sadar diri, kayanya pingsan tapi muka nya pucat banget mbakk"-jawab Syahla.

"Astagfirullah, ai kamu naha diem wae atuh. Hayu kita bilang ke umi"

"Mbak bilang ke umi. Syahla nyari petugas kesehatan. Cepetann mbak ini sangat urgent!!!"-titah Syahla kemudian mulai kelapangan sambil membawa kresek berkat makanan sekalian mencari orang yang ia kenal siapa tahu bisa membantu.

Acara Maulid memang sebentar lagi akan selesai dan keadaan lapangan juga sudah tidak begitu padat seperti pagi tadi. Memudahkan Syahla untuk meminta bantuan lebih mudah.

"Sahnaz, Zahra kebetulan ketemu"-ucap Syahla.

"Kenapa?"-tanya Zahra.

"Mending kalian bantu aku cari petugas kesehatan ayooo"-ajak Syahla.

"Ngapain? Kalau ngasih info yang jelas dong"-ucap Zahra.

"Hanna pingsan ih, udah buruannn"-jawab Syahla.

Sedangkan di tempat Hanni berada ia sedang sibuk mengompres Hanna untuk menurunkan panas nya. Namun tetap saja tidak turun-turun.

"Hanna ih jangan kaya gini. Bangun please, aku takut"-ucap Hanni yang entah sudah ke berapa kali ia mengeluarkan air mata.

Hanni masih fokus mengelapkan kain basah ke dahi Hanna dengan memangku kepala Hanna.

Brukk

Terdengar suara pintu yang terbuka dan ada beberapa santriwati yang menunggu di luar.

Umi Layla segera mendekat ke arah Hanna dan Hanni. Ia memegang tubuh Hanna yang memang ternyata sangat panas "Ini dari kapan sakitnya?"-tanya umi Layla namun mendapatkan gelengan dari Hanni "Aku gatau umi"

Tak lama petugas kesehatan pondok datang dan memeriksa keadaan Hanna.

"Kondisi nya lemah umi dan sepertinya adik ini belum mengisi perutnya ya?"-jelas dokter Ceni kemudian bertanya yang di jawab anggukan oleh Hanni.

"Kenapa perutnya di biarin kosong dalam jangka waktu yang cukup lama? Apalagi dalam kondisi sakit seperti ini. Lebih baik sekarang segera di bawa ke klinik pondok terlebih dahulu agar mendapatkan perawatan lebih lengkap"-ucap dokter Ceni semakin membuat Hanni khawatir.

Dokter Ceni segera menelpon beberapa rekanya untuk memindahkan Hanna agar bisa di rawat dengan baik.

Dan sekarang tinggal tersisa Hanni, Sahnaz, Syahla, Zahra dan Fani di dalam kamar karena yang lain sudah pergi terutama Hanna yang sudah di pindahkan.

"Kenapa kalian bisa-bisa nya ninggalin Hanna sendirian dengan kondisi Hanna yang kurang baik, kalian juga tau kan kalau Hanna itu punya penyakit magh?"

"Terus kenapa juga gaada yang ngasih tau aku dari awal kalau Hanna lagi sakit? Kalau bukan karena perasaan aku yang gelisah aku udah gatau gimana kondisi Hanna nanti"-ucap Hanni dengan perasaan sedikit marah. Ia takut, ia tidak bisa melihat kondisi Hanna seperti tadi. Ia takut kehilangan.

"Kenapa?"-tanya Hanni kemudian menarik nafas nya dan mengusap air mata yang keluar.

"Aku yakin kalian punya rasa empati, tapi kenapa Hanna di biarin gitu aja?"

Mereka semua terdiam, ini pertama kali bagi mereka melihat Hanni menangis se kacau ini.

"Han, m-maaf kita g-gatau kalau Hanna sakit separah itu"-ucap Fani memberanikan diri.

"Terus, kalian tau nya apa?"
"Kalian pasti ngira Hanna pura-pura? Hanna lagi bercanda? Hanna lagi drama, gitu?"-balas Hanni sedikit tidak santai membuat mereka kembali terdiam.

Hanni beristigfhar di dalam hatinya "Maaf, gak seharusnya aku marahin kalian. Mungkin memang Hanna terlalu asing untuk di jadikan seorang teman, sehingga tidak ada yang memperhatikannya dengan benar"

"Dia mungkin memang sering bercanda, sehingga penyakit separah ini pun di anggap sebagai candaan bagi kalian. Aku pamit mau nyusul Hanna, Assalamualaikum"-ucap Hanni rendah namun menusuk, kemudian ia pergi ke tempat dimana Hanna sedang di rawat.

Hanni tidak bisa masuk ke dalam untuk melihat lebih jelas kondisi Hanna. Ia hanya bisa menunggu di luar sambil berdoa, agar Hanna segera sembuh kembali.

ABC and 3L (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang