004.

568 102 18
                                    

Hanni menikmati setiap elusan lembut yang diberikan oleh Minji dibagian belakang kepalanya, ia juga merasa sedikit tenang setelah terisak pelan didalam dekapan hangat gadis itu, "udah ya, Han

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hanni menikmati setiap elusan lembut yang diberikan oleh Minji dibagian belakang kepalanya, ia juga merasa sedikit tenang setelah terisak pelan didalam dekapan hangat gadis itu, "udah ya, Han. jangan nangis.." ucap Minji, kembali berusaha untuk menenangkan gadis didalam dekapannya,

Mendengar itu membuat Hanni semakin terisak, dengan susah payah, ia berkata, "aku belum selesai, masa udah diambil paksa gitu kertas essay ku" seakan mengadu kepada Minji, dan dengan sabar, sebagai tanggapan atas ucapan Hanni, Minji memilih untuk terus mengusap-usap kepalanya,

Setelah dirasa tenang, Minji mulai membuka suaranya, "Pak Mingyu, ya?" tanya-nya yang langsung mendapat anggukan cepat dari gadis yang masih setia berada di dekapannya. "beliau ngeselin banget tau gak? gak bisa apa dia nungguin aku dulu sebentar sampe bener bener selesai??? itu nanggung banget, Ji. sayang." omelnya tanpa jeda,

Minji terkekeh, "sisa berapa soal emang?" tanya-nya lagi, penasaran. Hanni menjawab dengan menunjukan jari telunjuknya kepada Minji, "lah tinggal satu doang?" balas Minji, Hanni mengangguk sebagai jawabannya, "tinggal satu doang gapapa kali, Han. kamu kan pinter." kata Minji,

Hanni melepas pelukannya demi bisa beralih untuk menatap tajam gadis didepannya itu, "satu doang??? satu doang? Ji, itu tanggung. aku tinggal masukin rumus, terus udah selesai, tapi sama pak Mingyu gimana?? diambil anjir kertasku!" balasnya, kesal. Minji tertawa menanggapi,

"Aku udah pernah bilang sama kamu, kan? kalau aku emang gak suka sama pak Mingyu, rese!" lanjutnya kesal, "kertas essay ku kosong, Han. aku cuma bisa ngerjain satu soal" balas Minji, Hanni melotot tak percaya, "yang bener aja? orang sepinter kamu??" pekiknya.

Melihat wajah terkejut gadis itu membuat tangan Minji tergerak untuk menyisir poni-nya yang terlihat sedikit berantakan dan berkeringat, ia juga mengusap sisa-sisa air mata Hanni secara perlahan dengan menggunakan ibu jarinya, "udah jangan nangis, faktanya, aku lebih buruk dari kamu. lagipula, usaha kamu udah cukup kok, Han." katanya,

Setiap kata yang keluar dari bibir manis Minji membuat Hanni langsung tenang, tenang sekaligus senang, seorang yang dicintainya bisa seperhatian ini dengannya, ia jadi membayangkan bagaimana jadinya jika Minji sama seperti crush-crush orang lain diluaran sana, mungkin Hanni akan menjadi lebih tersiksa.

Mengingat bahwa ia dan gadis itu merupakan teman masa kecil membuat pikirannya terasa kabur, tak dapat dipungkiri, ia selalu berpikir bahwa— bagaimana jika Minji memilih untuk menjauh darinya sesaat setelah ia mengatahui tentang perasaannya yang sudah dipendam selama empat tahun itu? ah, Hanni akan lebih merasa tersiksa, hatinya akan terluka begitu hebat.

Minji menepuk nepuk pelan pipi Hanni saat melihat gadis itu hanya terdiam tanpa gerakan, pandangannya kosong menatap kearahnya. "Han, are you okay? kamu pasti udah banyak nangisin ini ya sebelum sama aku?" tanya Minji, khawatir dengan sahabatnya.

Setelah tersadar dari lamunan liarnya, Hanni memalingkan wajahnya, enggan untuk menatap Minji. "Han.." panggil gadis itu, suaranya terdengar serak namun nada suaranya.. begitu lembut, indah. Hanni menoleh, mendapati Minji yang langsung tersenyum saat pandangan mata mereka bertemu.

Risalah Hati; Bbangsaz.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang