The End.

1K 117 22
                                    

Kini keduanya sedang duduk di taman yangsama tepat dimana Hanni telah menyatakan perasaannya, Minji menatap gadis itu begitu dalam, entah mengapa perasaannya begitu berkecamuk, tenggorokannya terasa tercekat melihat rupa indah dari sosok yang dici...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Kini keduanya sedang duduk di taman yang
sama tepat dimana Hanni telah menyatakan perasaannya, Minji menatap gadis itu begitu dalam, entah mengapa perasaannya begitu berkecamuk, tenggorokannya terasa tercekat melihat rupa indah dari sosok yang dicinta, Hanni.

Minji meraih tangan Hanni setelah mereka berdiri- berhadapan satu sama lain, seolah-olah mereka tengah menyalurkan rasa lewat genggaman tangan itu, Hanni merasa nyaman berada disana.

Setelah keduanya selesai dengan ujian sekolah, classmeet dan lain sebagainya. waktu liburan mereka diisi entah oleh kesenangan atau kesedihan, sebab adanya kenyataan yang begitu menusuk hati keduanya.

"Harus besok banget ya, Han?" tanya Minji dengan nada lirih, Hanni mengangguk pelan, wajahnya tersirat rasa ragu. ragu untuk meninggalkan gadis didepannya, waktu benar benar cepat berlalu, disaat gadis itu sama sekali belum berkesempatan untuk memiliki Minji, bahkan Hanni tidak tau, Minji memiliki perasaan yang sama atau tidak. gadis didepannya hanya diam.

Helaan nafas berat terdengar dari Hanni, "Minji, seenggaknya kamu ngomong." ucapnya pelan, Minji menengadahkan kepalanya guna mencegah air mata yang hendak turun tanpa dipinta. gadis itu berdehem tanda ia tak mengerti apa yang dimaksud Hanni.

"Jelasin ke aku, Ji. kamu punya perasaan yang sama kayak aku atau engga? selama dua minggu ini aku bingung, bingung sama semuanya. sikap kamu selama itu tuh seakan kayak nerima aku aja, kamu bahkan gak benci sama aku." jelasnya, Minji mengangguk ngangguk paham,

Setelahnya, tangan gadis itu tergerak untuk menyelipkan beberapa helaian rambut Hanni disela telinganya. terpaan sejuknya udara di malam itu menyelimuti keduanya saat Hanni merasa dirinya menghangat kala diperlakukan seperti itu oleh sosok yang dicinta.

"Karena udah terbiasa, seseorang bisa dateng kapan aja dan mungkin datengnya seseorang itu juga bisa bersamaan dengan rasa cinta. aku gatau itu bener atau engga, tapi aku percaya, Han." ucap Minji, kekehan pelan terdengar dari Hanni, ia sudah mendengar kalimat itu puluhan kali dari mulut Minji, sangat bosan rasanya,

"Aku udah bilang itu berkali-kali, iya 'kan?" tanya Minji setelahnya, lalu diangguki Hanni. gadis itu kembali mengeratkan genggaman tangannya. "sekarang aku udah tau, Han." lanjutnya, Hanni mengernyitkan dahinya tanda bingung.

"Kalimat itu emang bener adanya. terbukti, karena aku yang udah terbiasa sama kamu, aku bisa dateng kapan aja, sama kayak perasaan aku ke kamu, Han. gak beda jauh." jelasnya, Hanni merasakan pipinya yang mulai memanas dengan detak jantung yang berpacu begitu cepat dari biasanya,

"Aku kira, perasaan aku datengnya lebih dulu. ternyata kamu, ya?" katanya lagi, sempat-sempatnya terkekeh pelan. "kamu kuat banget, bisa nahan semuanya selama empat tahun." ucapnya seraya mengelus-elus kepala Hanni penuh afeksi,

Hanni balik menatap Minji dengan tatapan yang tulus, begitu teduh dirasa. seraya menyungging senyum manisnya, Hanni membalas, "kamu tau? selama ini aku cemburu dan marah sama Jeongwoo, bukan sama kamu. aku frustasi tau gak? selama itu kamu selalu salah mengira aku, padahal aku udah berusaha buat nunjukin semuanya kalau aku suka sama kamu, i like you a lot." ucapnya panjang lebar, Minji terkekeh dibuatnya,

Risalah Hati; Bbangsaz.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang