"Teruntuk jiwa-jiwa yang berhasil mengenalku. Sedetikpun, Aku tak pernah menyesal atas pertemuan kita. Sekalinya itu, membuat diri ini porak poranda. Berlayarlah kemanapun Kau mau, hati-hati ya..."
- Amora Regardya -
>>>>>
Amora masih fokus dengan darah di mulutnya yang terus-terusan ia seka namun tak kunjung mereda. Dirinya tahu betul Fio sangat khawatir padanya sekarang. Tapi, apa boleh buat. Semua itu karena perbuatannya sendiri.
"Beneran Fi, gue baik-baik aja. Nanti juga habis gue kumur pakai air anget darahnya berhenti," Mora berusaha menenangkan hati Fio.
Tanpa sepatah katapun, Fio pergi dari tempat itu. Ia menghiraukan Amora, seolah tak perduli.
"Shit, ngambek."
Ia membiarkan Fio pergi, kedua bola matanya tetap memandang punggung Fio yang semakin tertelan oleh jarak. Darah segar di mulutnya sudah mulai terhenti, meskipun begitu. Ia tetap mencari air hangat dan berkumur.
<><><>
Dinginnya atmosfer ruangan ini sangat sinkron dengan suasana rapat kali ini. Amora, ia sudah teruduk manis di kursi utama meja panjang ruang rapat ini. Detik jam terus berputar, Amora memperhatikan ke arah pintu ruangan itu.
"Gue hitung sampai lima, kalau emang dia tidak datang. Gue mulai rapatnya." Batin Amora.
"Satu ... dua ... tiga ... empat..."
Brak!
Lagi-lagi suara gebrakan pintu itu terdengar oleh Amora. Sudut bibirnya tertarik menampilkan smirk sinis, seorang laki-laki dengan kedua tangan yang penuh akan barang bawaannya.
"Dermaga Argatha. Anda terlambat selama sepuluh menit." Amora melirik jam tangannya.
Rahang laki-laki itu mengeras, ia menatap tajam ke arah Amora yang tengah terduduk di kursi utama. "Ketua sialan." batinnya.
"Arga, lo bisa duduk di sebelah gue," Ujar Devan selaku ketua OSIS.
Atmosfer di ruangan ini semakin dingin akan kejadian tadi. Mereka tahu betul, hari ini sudah dua kali Arga terkena nasib buruk dengan Amora. Bukan, bukan nasib buruk. Namun, kesialan akan kecerobohan dirinya sendiri.
"Saya akan mulai rapat kita hari ini. Silahkan bisa dipersiapkan apa yang perlu dipersiapkan, dan untuk komisi A tolong catat serta pertimbangkan segala hal yang dipaparkan mereka." Raut wajah Amora berubah menjadi serius.
Rapat berjalan seperti biasanya, kini tiba waktunya untuk Arga melaporkan progres dari program kerja sekbidnya.
"Sama seperti file yang sudah saya kirimkan kepada anda. Bahwa program kerja dari seksi bidang saya hanya tersisa satu. Membuat podcast, untuk waktu pelaksanaan nya menunggu situasi dan kondisi."
Hening.
Kedua alis Amora menaut, ia sudah membuka file yang Arga kirimkan tadi melalui Ipad kesayangannya.
"Situasi dan kondisi? Bagaimana spesifiknya?"
Arga menghembuskan napasnya kasar, ia tahu drama Amora akan segera dimulai. "Memantau keadaan terlebih dahulu jika..."
KAMU SEDANG MEMBACA
Dermaga
Teen Fiction"Gue terima dengan satu syarat. Buatin gue proposal sponsor untuk next event. Dalam waktu enam jam, kalau lebih? liat aja nanti." Oh ayolah, bagaimana ceritanya persyaratan konyol itu menjadi tolak ukur perasaan. Kehidupan itu rumit. Tapi jika terla...