3

339 37 2
                                    

Minggu depan Hao akan kembali melanjutkan sekolahnya yang tertunda selama tiga hari ini.

Pada awalnya ia mengira anak bangsawan akan di beri pendidikan di rumah masing-masing, istilahnya home schooling. Namun nyatanya tidak, mereka akan di sekolahkan di sekolah khusus bangsawan.

Tapi tenang saja, walaupun putra mahkota juga bersekolah di sana, kemungkinan mereka bertatap muka hanya sedikit. Jadi sebisa mungkin Hao akan menghindarinya.

Informasi lain yang ia dapatkan adalah ia mungkin akan diberi mate oleh dewi bulan.

Di dunia ini, mate para alpha, beta, dan omega ada yang ditentukan ada juga yang bebas memilih.

Biasanya hanya keturunan kerajaan yang matenya sudah ditentukan. Hal ini bertujuan agar raja selanjutnya tidak salah memilih mate.

Seingat Hao, di novel ini putra mahkota belum mendapatkan matenya. Padahal saat ini seharusnya dia sudah berusia 19 tahun. Pada umumnya mereka akan merasakan sensasi terbakar pada tanda mate mereka pada saat memasuki usia 18 tahun. Ada yang janggal di sini.

Hao secara reflek menyentuh tanda mate di lehernya, bentuknya seperti tato bunga mawar.

"Apakah nanti aku akan mendapatkan mate?" Tanyanya pada diri sendiri.

"Tapi jika mate orang ini sudah ditentukan, tidak mungkin dia memutuskan untuk menikahi putra mahkota yang notabene nya sangat membencinya" Lanjutnya lagi.

Di sisi lain...

Terlihat tiga orang tengah berbincang-bincang. Posisi mereka sedang berada di taman kerajaan.

"Jadi, kau masih belum mendapatkan mate mu?" Tanya yang paling tua di antara mereka.

Merasa ditanyai, dia pun menjawab "Belum, ayah"

Taeil mengernyit tidak suka, ini bukan jawaban yang ia inginkan.

"Apa tanda mate mu tidak memberikan reaksi apapun pada saat ulang tahunmu yang ke 18?" Tanyanya lagi.

Hanbin terdiam sebagai jawaban. Taeil hanya menghela napas.

"Jika nanti sampai 20 tahun tanda mate mu itu belum bereaksi sedikitpun, maka ayah akan memilihkan sendiri mate untukmu"

hening sebentar, kemudian suara Hanbin memecah keheningan tersebut, "Baik, ayah"

Sebenarnya Hanbin sedikit tidak terima dengan keputusan ayahnya. Tapi mau bagaimana lagi, dia adalah putra mahkota, calon pemimpin di masa depan. Dia juga harus memikirkan masa depan kekaisarannya, ia harus memiliki keturunan

"Kalau begitu saya permisi" Lanjut Hanbin. Ia kemudian beranjak dari kursi yang ia duduki menuju kamarnya. Hari ini sepertinya sangat berat untuknya.

Dua orang yang Hanbin tinggalkan di taman itu kemudian saling bertatapan.

"Bukankah kau terlalu mendesaknya?" Tanya Doyoung.

"Dia perlu dilatih agar mentalnya kuat. Mendesaknya mencari mate adalah hal yang kecil. Dia pasti akan segera menemukannya"

Hanbin yang baru saja datang ke kamar nya langsung merebahkan dirinya ke kasur. Ia jadi kepikiran dengan perkataan ayahnya.

"Mencari mate ya?" Ucapnya sambil memegang tanda mate di dada sebelah kanan.

Ia kemudian menghela napasnya pasrah, berarti selama ini ia belum bertemu mate nya. Terbukti dengan tanda mate nya yang tidak memberikan reaksi apapun pada saat ulang tahunnya yang ke 18.

Jika dipikir-pikir, Hanbin sudah pergi ke sana kemari. Tapi belum bertemu dengan matenya. Bukankah itu aneh? Normalnya mereka sudah bertemu walau hanya sekilas.

Rendezvous [BinHao] HIATUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang