Boleh saya gabung di sini?
"Loh? Wonwoo?" kataku tak percaya. Jelas-jelas ia mengatakan bahwa ia sedang di lab saat Jul menelepon, bagaimana bisa sekarang ada di depanku sambil membawa susu kotak dan roti blueberry?
Ia hanya tersenyum. Buru-buru Julian menelan spaghettinya, "Ya, sini bro duduk aja." Yang sudah diberi izin tersenyum, lalu duduk di depanku. Agak canggung.
Duduk di depan seorang pria yang baru kukenal hari ini membuatku harus mati-matian menjaga image. Tentu saja, masa aku harus menunjukkan sisi Eunji yang gila? Jul yang melihatku makan dengan anggun, hanya menyunggingkan senyum ambigu. Ah, pasti dia berpikir bahwa Wonwoo harus melihat sisiku yang lain.
"Kenapa ngeliatin terus sih?"
"Emang gak boleh?"
"Ya enggak lah, makan ya makan aja."
Begitulah kami, hampir tiap hari beradu mulut. Tapi anehnya kami tidak pernah bertengkar. Hal yang aku sukai dari Julian adalah sifatnya yang cocok denganku. Entah mengapa sifat kami saling melengkapi, seperti potongan puzzle.
"Kalian kelihatannya sangat akrab," kekeh Wonwoo pelan.
"Akrab? Yang bener aja. Kita itu kayak Tom and Jerry tau." jawabku sambil menatap Jul malas.
"Won, ngomongnya santai aja. Jangan pake 'saya'. Kita gak gigit kok." kekeh Jul. Yang disebut namanya hanya tersenyum. "Saya masih harus beradaptasi dengan dunia ini."
"Dunia?"
"Ah, maksud sa- aku lingkungan ini."
"Dari desa ya?"
"Hmm.. Iya, saya dari desa."
Gelagat yang aneh.
🌊🌊🌊
Seperti hari-hari membosankan yang lain, aku memainkan pulpen. Kelas hari ini sungguh membuatku jenuh. Alih-alih berdiskusi tentang tugas, aku malah melamun. Memikirkan hidup yang seperti roda, takkan berhenti berputar sebelum seseorang itu mati.
Lagi. Aku menghela napas berat. Tugas yang diberikan dosenku kali ini sungguh di luar nalar. Bagaimana tidak, masa kami harus mewawancarai walikota dalam kurun waktu 3 hari. Benar-benar menyebalkan.
Kuhempaskan diri di tempat tidur, menghadap rembulan yang tersenyum. Jutaan bintang seakan mengajaknya mengelilingi lautan biru yang luas. Aku mengerjap beberapa kali, memastikan telingaku tak salah tangkap. Rintihan? Di tengah malam begini?
Bulu kudukku langsung berdiri. Cemas-cemas kuhampiri jendela, membukanya perlahan. Sepi. Mungkin tetangga jatuh dari tangga? Seseorang jatuh karena berlari? Aku hanya memikirkan kemungkinan yang lazim terjadi. Tak mau lagi aku tertidur di kelas esok hari.
Dengan cepat aku menutup jendela. Tirai kusibak, selimut kurapatkan. Berharap yang kudengar tadi hanyalah bunga tidur.
🌊🌊🌊
Kau tak apa, Won?
Ya, aku baik saja. Hanya tergores batu karang. Sedikit.
Sudah kubilang jangan dekat-dekat karang di sana. Kapan kau akan mendengarkan kakakmu ini hmm?!
Maaf.
Huft.. Sudahlah. Lagipula sedari tadi atensimu teralihkan. Nyanyian kita jadi berantakan! Sebenarnya apa yang sedang kau pikirkan?
Dia. Gadis yang kutemui hari itu. Takdir telah mengikat kami.
Maksudmu 'dia'?
To be continued.

KAMU SEDANG MEMBACA
Σειρῆνας (SIREN) | JEON WONWOO
Fantasy;eunji, kamu percaya siren? :makhluk mitologi yang suaranya bagus itu? yang wujudnya setengah ikan? aku mana percaya sama yang begituan ;kalau dia ternyata ada dan dia di dekatmu? mengawasimu sejak lama dan tertarik padamu? :maksudnya?