01

12 3 1
                                    

      "Bunda, Shiren berangkat dulu!" Suara hentakan seseorang yang menuruni tangga dengan tergesa-gesa terdengar dengan jelas. Sang bunda yang sedang menyiapkan sarapan hanya menggelengkan kepala, sudah menjadi hal biasa melihat anak perempuan satu-satunya itu terburu-buru dalam segala hal. Tak ada jawaban dari sang bunda, Shiren tetap berlari menuju garasi untuk mengeluarkan motornya setelah memakai sepatunya dengan cepat.
   
      Ia benar-benar lupa bahwa pagi ini akan diadakan kuis untuk mata kuliah agama. Kalau ia tak dengan sengaja membuka grup chat kelasnya, mungkin ia sudah tidur nyenyak hingga siang hari. Dosen agamanya memang terkenal dengan disiplin waktu. Terlambat sedetik saja tak ada kata ampun, apalagi kesempatan kedua. Kata beliau, hanya akan menyia-nyiakan waktu.

      Sang bunda hanya menatap anaknya yang kelimpungan menyalakan motor dengan tergesa-gesa dari ambang pintu. Bukan Shiren kalau tidak begini.

     "Jangan lupa beli sarapan sebelum masuk kelas." Pesan bunda setelah Shiren berhasil mengeluarkan motornya dari garasi.

     "Iya, insyaallah. Assalamualaikum, bun." Jawabnya asal walau itu tak mungkin karena ia sudah tak punya waktu untuk mampir ke suatu tempat. Tanpa menunggu sang bunda menjawab salamnya, Shiren sudah melajukan motornya dengan cepat.

     Semalas-malasnya Shiren, ia tetap takut untuk melewatkan mata kuliah satu ini, bukan karena dosennya yang galak tapi karena ini adalah mata kuliah wajib diikuti oleh seluruh mahasiswa kampus Universitas Islam. Setiap fakultas akan berbeda dosen yang mengajar mata kuliah agama, dan kebetulan dosen yang mengajar di kelasnya adalah pak Abror, Muhammad Abror Al Farisi, dosen muda yang sangat disiplin waktu.

     Lampu merah sialan! Gerutunya dalam hati. Beberapa kali Shiren melihat jam tangannya dengan was-was, ia takut waktunya tak cukup untuk sampai di kampus. Kenapa juga mata kuliah agama harus sepagi ini sih! Udah kayak anak SD berangkat sekolah aja! Ya, mata kuliah agama hari ini memang di ajukan menjadi pukul 7.30 pagi, itu sudah dia atas wajar jam perkuliahan pagi. Wajarnya, perkuliahan pagi dilaksanakan pukul 9.00. Entah alasan apa dosen satu ini mau mengajar sehabis subuh. Ia tak mau memikirkan hal tak penting itu, yang penting sekarang adalah ia harus sampai kampus dengan cepat.

     5 menit tersisa sebelum kelas di mulai. Setelah memarkirkan motornya asal di halaman kampus, Shiren berlari menuju lift dan naik ke lantai 4, tempat kelasnya berada. Sesampainya di lantai 4, ia berlari di lorong gedung hingga menimbulkan suara hentakan sepatunya yang berisik, toh sepagi ini siapa yang akan terganggu. Lorong menuju kelasnya sangat sepi, tak ada tanda-tanda teman-temannya sudah datang juga tak terdengar suara apapun dari kelasnya. Ia berfikir mungkin kuis pagi sudah dimulai, ia sudah terlambat.

      Langkahnya terhenti di depan pintu kelas. Kosong. Kelasnya kosong. Tidak ada seorang pun yang datang hari ini ke kelas. Prank kah? Tak mungkin dosen itu melakukan hal konyol seperti itu. Sepertinya ia tak salah membaca pengumuman di grup chat bahwa kuis agama dilaksanakan di kelas. Ia dengan cepat meraih ponselnya di dalam tas untuk memastikan bahwa ia tak salah melihat informasi.

      "Shit, ternyata di ruang 4A." Kesalnya pada diri sendiri. Pantas saja sudah dari awal ia curiga. Dengan cekatan ia menuju ruang 4A yang berada di pojok lantai 4. Ia berhenti di ambang pintu dengan nafasnya tak teratur. Dengan masih berusaha mengatur nafas, Shiren masuk kelas dan segera mencari tempat duduknya. Belum juga pantatnya bersentuhan dengan kursi, seseorang memanggil namanya membuatnya kembali berdiri.

     "Siapa yang suruh kamu masuk kelas saya tanpa ijin?" Suara bariton itu menggelegar di ruang kelas yang hening. Shiren tak sadar bahwa dosen itu sudah berada dalam kelas entah sejak kapan.

     "Maaf pak, saya gak tau kalo bapak sudah ada di kelas. Bentar pak jangan marah dulu, biar saya atur nafas dulu pak." Jawaban begitu spontan keluar dari mulut Shiren membuat seisi kelas melongo kaget. Sudah terbakar api masih disiram dengan bensin, tambah besar lah apinya.

Suami Untuk ShirenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang