03

9 1 0
                                    

Seseorang di belakangku merangkul pinggangku erat, seperti ia tak berniat untuk melepaskannya. Posisi kami masih di atas motor. Ku pukul-pukul punggung tangannya agar ia mau melepaskan rangkulannya. Perutku seperti ditekan hingga semua isinya hendak keluar.

"Alila! Lepasin tangan lo. Nanti gue bisa muntah di sini." Jawabku mengerang. Alila tetap pada posisinya. Ia tak ingin turun dari motor begitu sampai di parkiran toko buku. Sebenarnya ia tadi sudah memohon-mohon untuk tidak ikut, namun aku menyeretnya paksa. Kalau tidak begini ia pasti akan hibernasi seharian di dalam kamarku. Bangun-bangun mungkin sudah berganti abad.

"Lepasin dulu ih! Sakit perut gue."

"Enggak! Gue mau pulang aja. Lo sendiri aja yang masuk." Setelah ku paksa akhirnya Alila melepaskan rangkulannya. Kemudian aku turun dari motor dan melepaskan helm lalu ku gantung di spion.  Alila tetap bersikukuh di atas motor dengan mimik melas ingin pulang.

"Buruan turun! Gue gak mau sepupu gue yang cantik ini jadi remaja jompo." Galak ku malah membuatnya semakin enggan turun. Ya Allah punya saudara drama amat hidupnya. Enggak emaknya, enggak anaknya sama aja suka nge drama.

"Apa bagusnya sih ke toko buku, Ren. Baca di internet kan juga ada. Siniin kunci motor lo. Gue mau pulang dulu, ntar gue jemput. Janji deh!" Negonya sambil tersenyum dan mengacungkan kedua jari tanda peace.

"Gak, pokoknya lo harus nemenin gue dari masuk ampe keluar. Cepetan turun keburu kiamat!"

"Astaghfirullah, lo kira lo Tuhan. Mo nyepet-nyepetin kiamat." Malah nyolot nih anak.

"Tau ah! Buruan turun!" Aku menarik tangan Alila dengan paksa untuk masuk ke toko buku. Ku biarkan ia masih mengenakan helmnya, salahnya sendiri susah banget disuruh masuk. Alhasil helmnya di titipkan di tempat penitipan barang.

Alila mengekor ku dengan malas dan tak tertarik sama sekali dengan buku. Aku sibuk mencari judul novel yang akan ku beli. Novel romansa islami berjudul "Dear Allah" sekarang sedang booming setelah diterbitkan. Bahkan di aplikasi membaca pun selalu mendapat rating pertama paling di sukai. Mataku sudah berkali-kali menjelajahi rak buku di depanku dan belum menemukan novel itu.

Ketika aku menoleh kebelakang hendak memberitahu Alila bahwa aku akan mencari buku di rak sebelah, anak itu sudah menghilang entah kemana. Aku mengedarkan pandangan sebentar untuk mencarinya karena aku tak menemukannya aku pun tak peduli. Lalu menuju rak buku lain.

Ternyata Alila sedang asyik duduk di sofa empuk dan mulai memejamkan matanya di sana. Mukanya di tutupi oleh buku yang berdiri di depannya seolah ia sedang membaca.

*****

Mataku masih asyik menjelajahi rak buku guna menemukan novel itu. Novel dengan cover warna merah yang mencolok. Novel yang sudah ku incar-incar sejak pengumuman terbitnya. Bahkan aku sudah mendatangi acara bedah bukunya sebelum memiliki bukunya. Kabarnya buku itu selalu sold out di beberapa toko buku. Semoga saja disini masih ada stock nya.

Mataku menatap intens pada sebuah buku di rak bagian atas. Ternyata novel itu berada di rak atas. Pantas saja aku susah menemukan nya. Dengan senyum merekah, tanganku berusaha menggapai buku itu dengan susah payah. Tak kusangka raknya setinggi ini, padahal aku sudah berjinjit setinggi mungkin.

Ketika tanganku hampir meraih novel itu, tiba-tiba ada satu tangan yang dengan santainya mengambil novel itu. Tidak! Itu stock terakhir yang ada. Mataku melongo menatap pergerakan tangan itu. Tidak mau tahu! Aku harus mendapatkan apa yang sudah ku impikan sejak lama. Ini kesempatan terakhirku, aku sudah berusaha menabung beberapa bulan akhir-akhir ini. Tak ingin usaha menabung ku sia-sia.

"Ya! Itu aku duluan yang ngam...." Belum juga selesai bicara, novel itu disodorkan ke hadapanku. Dengan heran aku menatap orang itu. Kedua manik mataku menatap lama wajah yang sangat ku kenali.

Suami Untuk ShirenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang