Sunghoon awalnya tidak percaya dengan tawaran Yuta, namun Kazuha mengatakan kalau Yuta tidak pernah berbohong dan selalu menepati janjinya.
Ulasan jujur dari Kazuha mengenai sifat guru bahasa Jerman mereka membuat Sunghoon yakin dan bertekad mendapatkan nilai yang baik dalam ujian kali ini. Ia takut, apabila nilainya tidak baik, akan berpengaruh kepada Kazuha.
Sunghoon menjadi ketakutan sendiri dan nyaris setiap hari belajar bahasa Jerman dengan Jake.
Sebenarnya Sunghoon tidak perlu kemana-mana, ia cukup meminta temannya untuk belajar bersama di rumah Jake kemudian menyediakan cemilan, maka seharusnya ia sudah bisa melewati ujian.
Jay dan Jake, juga dirinya, punya bidang keahlian masing-masing dalam pelajaran sekolah.
Namun sebelum berguru kepada Jake lewat aplikasi ungu yang dikenal dengan nama Diskord, Sunghoon selalu menyambangi rumah Kazuha setiap harinya.
Kazuha mampu dalam semua mata pelajaran, tidak begitu pintar, namun gadis itu memiliki pengetahuan yang cukup untuk mengajari dirinya sendiri dan orang lain.
Hari itu hari Jumat, langit tampak mendung sedari pagi, membuat ibu Sunghoon memastikan kedua anaknya membawa jaket dengan kupluk.
Kazuha juga membawa payung dan memakai sebuah kardigan, karena angin berhembus cukup kencang.
Selama sekolah berlangsung, langit mendung dan dua kali hujan rintik, membuat kelas olahraga kelas Sunghoon dibatalkan menjadi kelas teori yang sangat membosankan.
Sebelum bel istirahat berbunyi pun hujan tiba-tiba menjadi deras. Suasana kafetaria tampak lebih lembap, becek, dan mencekam—karena petir yang bersahut-sahutan, sedangkan kafetaria mereka memiliki jendela di seluruh sisi.
Beruntungnya mereka semua karena hujan sudah berhenti saat jam pulang, menyisakan jejak becek dari sepatu seluruh warga sekolah. Sunghoon pulang bersama Kazuha dengan bus seperti biasa. Keduanya bercakap terus hingga sampai di rumah Kazuha.
Kazuha merasa pembicaraan dengan Sunghoon selalu seru meski pemuda itu tampak sering berbicara asal-asalan yang kadang tidak ada jawaban pasti dan tidak perlu dijawab.
Kazuha sangat menghargai usaha Sunghoon untuk membuatnya nyaman berada disisi Sunghoon.
Kazuha sangat menghargainya.
Hingga hal itu membuatnya terpikir dan jantungnya berdetak lebih kencang saat membayangkannya.
Kazuha menatap tas Sunghoon yang ada di seberangnya. Tas itu selalu Sunghoon letakkan di situ sejak beberapa bulan yang lalu, nyaris setiap hari.
Kazuha menelan ludahnya dengan susah payah. Ia memejamkan matanya. Tidak. Dia tidak mau muncul perasaan di tengah-tengahnya dan Sunghoon.
___
I guarantee I got ya
I've been craving for your love
Can't see nobody, but us
So I, so I, so l
See you from across the room
Make my way over to you
I'm tripping over butterflies
Oh, yeah, baby, I don't really mean to rush___
Pupil hitam pekat Sunghoon yang dibingkai dengan alis yang tak kalah tebal menjadi pemandangan pertama Kazuha saat gadis itu membuka matanya. Sunghoon melambaikan jemari lentiknya di depan wajah Kazuha, membuat gadis itu beberapa kali berkedip.
Kazuha menekan tombol berhenti untuk lagu di ponselnya.
"Kenapa?" Tanya Sunghoon.
Kazuha menggeleng, "Enggak ada... hm, kita mau belajar apa, hari ini, Su-Sunghoon?" Tanya Kazuha.
Sunghoon membuka bukunya dan Kazuha meneguk beberapa teguk air untuk menghilangkan bayangannya mengenai Sunghoon dan dirinya.
Namun tidak berhasil, Kazuha gugup. Sangkin gugupnya Kazuha hari ini, gadis itu merasa sakit perut dan merasa harus mengakhiri belajar mereka sebentar.
Sunghoon terkekeh dan membiarkan Kazuha pergi begitu saja ke kamar mandi.
Apa yang Kazuha dapatkan sekembalinya ia dari kamar mandi juga cukup membuat jantungnya berdegup. Sunghoon tertidur.
Ia pikir Sunghoon bermain dengan ponselnya hingga membungkuk begitu, namun mata pemuda itu tertutup menampakkan alis tebal dan bulu matanya yang lentik.
Kazuha melepaskan pena yang masih tertaut di jemari Sunghoon. Jemarinya lembut, pikir Kazuha.
Kazuha mengambil selimut dari kasurnya dan menyelimuti tubuh Sunghoon. Kazuha baru menyadari betapa lebarnya bahu Sunghoon, pemuda itu banyak memakai baju kebesaran setiap kali mereka bertemu.
___
I don't really mean to rush But I'ma really need your touch if I'ma make it through the night I got the moonlight, tequila sunrise
Uh, come take a shot on me, I got ya I don't know how to say this, I hope this song's on your playlist
This feeling, so hard to explain I don't even know how to talk right now, it's "I need you" o'clock right now I want you to hear me say
Moonlight sunrise, baby, come, be my starlight
Moonlight sunrise, oh, baby, just to make you stay
Moonlight sunrise, baby, let's do it all
night___
Kazuha juga memandangi satu persatu fitur wajah Sunghoon.
Kazuha akui, Sunghoon cukup tampan. Kulitnya putih bersih, hidungnya mancung, dan bibirnya merah merona. Bibirnya...
Kazuha menampar dirinya sendiri.
Gadis itu menjauh dari Sunghoon yang masih terlelap dan memutuskan untuk menonton sebuah film. Kazuha tidak bisa lagi belajar. Jantungnya berdegup terlalu kencang.
Kazuha memejamkan matanya sebelum menghidupkan laptopnya.
Ia menatap punggung Sunghoon yang tertidur.
Kazuha tidak mau kehilangan Sunghoon. Tidak! Kazuha tidak mau kehilangan Sunghoon apabila mereka menjadi sepasang kekasih.
Kazuha tidak sanggup lagi kehilangan seseorang yang penting di hidupnya.
Kazuha hanya seorang diri tanpa bantuan Yuta juga keberadaan Sunghoon di sisinya.
Kazuha tidak pernah berani begitu dekat dengan Yuta meski pemuda itu berkali-kali memperkenalkan dirinya sebagai 'kakak laki-laki' dari Kazuha, juga menyatakan kepada tetangga mereka bahwa Kazuha adalah 'adiknya'.
Kazuha takut.
Kazuha takut kehilangan orang penting di hidupnya. Sekarang ditambah dengan Sunghoon yang hadir di hidupnya beberapa bulan lalu dan merambat naik ke atas piramida orang yang ia anggap dekat tanpa hambatan.
Kazuha tidak mau kehilangan Sunghoon.
KAMU SEDANG MEMBACA
Moonlight
FanfictionSunghoon selalu memperhatikan Kazuha yang memperhatikan semuanya kecuali Sunghoon.