Bagian 3

119 15 0
                                    

Defras memperhatikan Xabiru yang hanya terdiam duduk dengan menghela nafas, ia tak tahu apa yang terjadi. Wajah pemuda itu bahkan terlihat kusut, Defras segera menghampiri Xabiru. Ia pun memberikan air mineral kepada Xabiru dan membuat Xabiru menatapnya. Xabiru berpikir keras, apa Defras yang memberikan kotak hadiah kepadanya saat itu? Jelas Defras yang selama ini di dekat Lyana. Xabiru segera mengambil minuman yang Defras berikan dan meminumnya dengan tak sabar. Defras hanya melihat Xabiru, apa anak ini sedang kerasukan?

"Apa ada sesuatu?" Tanya Defras penasaran, Xabiru meletakan kasar gelas tersebut pada meja dihadapannya dan membuat Defras membulatkan mata karena tingkah aneh Xabiru.

"Aku hanya memiliki satu gelas, jika pecah bagaimana aku bisa minum?"

"Lu dokter 'kan? Masa beli gelas aja lu ga sanggup?" Defras pun menelan saliva, cukup mengenai sasaran pemuda ini.

"Gue boleh tanya?"

Defras menaikan sebelah alisnya, "tanya apa?"

"Pertama gue mau tanya tentang keluarga Ma—.. maksud gue keluarga Lyana. Dia benar cuma tinggal sendirian? Ga ada keluarga? Om, Tante, keponakan, Kakek atau nenek?"

"Dia cuma punya aku." Celetuk Defras dan membuat Xabiru kesal akan jawaban tidak berguna itu, tetapi tak lama Defras tertawa akan candaannya yang garing tersebut.

"Gue serius b*ngsat!" Mendengar kekesalan Xabiru Defras semakin tertawa puas. Xabiru benar-benar mirip dengan Lyana, apalagi saat ia marah.

"Sumpah ya, kau dan Lyana benar-benar mirip. Mudah sekali dibikin marah." Xabiru hanya berdecak kesal, ia sedang tidak bercanda padahal. Setelahnya Defras menghela nafas seusai tertawa dengan puas, ia tersenyum.

"Sebelumnya dia hanya tinggal dengan Ayahnya, Ayahnya seorang pemabuk dan penjudi, Lyana benar-benar hidup dengan seorang pria yang tak berguna dan selalu menyusahkan Lyana. Lyana sering kali membayar hutang Ayahnya yang kalah judi, dan membayar hutang jika Ayahnya membeli minuman dan tidak membayarnya. Dia hidup bersama pria itu cukup lama. Suatu hari, dokter mendiagnosa Ayahnya terkena kanker darah dan itu sudah memasuki stadium 3, ditambah lagi ginjalnya rusak karena alkohol yang selalu dia minum, kau pasti tahu besarnya biaya Rumah Sakit bukan?" Xabiru mengangguk.

"Lyana bekerja tanpa mengenal waktu, ia bekerja dibeberapa tempat agar ia dapat membiayai pengobatan sang Ayah, tetapi sialnya ia tak pernah mencapai hasil yang didapatkan."

"Lalu apa yang dia lakukan? Apa itu yang membuatnya bertemu-... Athala?"

Defras mengangguk. "Saat itu sang Ayah benar-benar harus segera melakukan operasi, dan Rumah Sakit tidak bisa bertindak karena ia belum menyelesaikan biaya adminitrasi. Kondisinya semakin parah saat itu. Aku pun sudah menawarkannya uang bantuan, tetapi dia menolaknya. Benar-benar wanita sombong bukan?" Gurau Defras kembali, tetapi kali ini ia hanya tersenyum simpul dan berbeda dengan Xabiru yang terdiam tak tahu apa yang harus dikatakan.

"Aku tidak tahu bagaimana awalnya, karena Lyana tak pernah bercerita, tetapi ia datang dan membawa uang setelah beberapa hari tidak terlihat. Dia pun mengatakan bahwa ia telah menikah dengan anak dari Adhitama Widjaya. Tetapi sangat terlambat karena saat ia datang, nyawa Ayahnya sudah tidak dapat tertolong."

"Mereka menikah tanpa seorang pun tahu? Apa mereka dekat sebelumnya?" Defras hanya menggelengkan kepala atas pertanyaan Xabiru.

"Mereka tidak pernah saling mengenal satu sama lainnya, jika aku mengatakan ini, kau pasti akan berprasangka buruk kembali. Athala menawarkan kesepakatan kepada Lyana dengan imbalan uang, dan Lyana menerimanya. Yang aku tahu kesepakatan itu adalah Lyana menikah dengan Athala dengan waktu yang mereka tentukan."

Repeat [Back Again] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang