UEAP 1 - Pandangan Pertama

18 1 3
                                    

Zafael Widodi Prastiza, pria berusia dua puluh lima tahun yang masih betah menjomblo. Zafa hanya fokus dengan usaha yang sudah lima tahun ia dirikan dengan jerih payahnya sendiri, yaitu berupa usaha cafe yang Alhamdulillah-nya sudah mempunyai lima cabang.

Kini, Zafa tengah berkumpul dengan keluarganya. Zafa sendiri merupakan anak terakhir yaitu anak kedua, anak pertama yaitu Abangnya. Azreen Sugengriadi sudah menikah dan mempunyai satu anak perempuan usia enam tahun bernama Alefa Puteri Ayu yang sekarang ini duduk di bangku kelas satu SD dan masih mengaji jilid tiga di madrasah Al-Insyira.

"Zafa, tolong jemput Ale dulu." Ujar Ibu Zafa yang bernama Arumiah Prawesti, yang akrab di panggil Rumi.

Zafa menghela napas, pasti di madrasah ramai dengan anak-anak. Zafa kurang suka keramaian apalagi anak kecil, tapi tak mungkin menolak permintaan sang Ibunda. Terbukti saat dirinya kini bangkit dari duduknya lalu mendekat ke arah Rumi, meraih tangan Ibunya lalu mencium punggung tangan yang sudah keriput. Kemudian beralih ke sang ayah bernama Eko Saputra yang sedari tadi tengah sibuk membaca koran.

"Aku pamit, Ayah Ibu, Wassalamualaikum," Salam Hasbi.

"Wa'alaikumussalam, hati-hati Za." Pesan Eko, Zafa mengangguk segera melangkah pergi keluar dari rumah minimalis yang sudah menjadi tempatnya tinggal selama dua puluh lima tahun ini.

Masuk ke dalam mobil miliknya, Zafa langsung melajukannya dengan kecepatan sedang. Tak terlalu cepat juga tak terlalu lambat.

Abangnya sebagai ayah Alefa dan kakak iparnya sedang pergi liburan ke Bali selama seminggu, itupun jika mereka tidak ada pikiran untuk memperpanjang. Sementara Ale di titipkannya di rumah ayah ibu karena kebetulan sekolah belum libur. Dan, jadilah Zafa yang menjadi pengasuh Ale untuk sementara. Mengantar jemput Ale ke sekolah, menjadi teman bermainnya. Bahkan tak jarang Zafa membacakan sebuah dongeng dan tidur bersama, Zafa sendiri tak merasa keberatan menggantikan peran Azre sebagai ayah asal moodnya sedang baik saja. Toh, ia bisa di bilang sangat dekat dengan sang keponakan. Paling kalau moodnya sedang tidak baik-baik saja baru ia limpahkan tugasnya kepada ayah dan ibu.

Zafa memutar stir kemudi untuk belok memasuki gerbang madrasah Al-Insyira, memarkirkannya dengan rapih tak rapih.

Brak!

Di bukanya pintu bagian kemudi, lalu menutupnya kembali setelah turun dari mobil.  Menatap deretan kelas dan terhenti saat mendapati kelas keponakannya, disana terdengar suara anak-anak yang tengah membaca doa pulang. Tapi, tunggu~ Zafa seperti mendengar suara perempuan yang terdengar merdu nan lembut. Membuat Zafa diam menikmati, tapi itu tak berlangsung lama sebab do'a pulang telah selesai.

Zafa terus memperhatikan apa yang terjadi di sana lewat pintu yang terbuka lebar, disana anak-anak sedang mencium punggung tangan sang guru secara bergantian. Zafa tak melihat jelas seperti apa bentuk guru tersebut, ia hanya melihat sosok memakai gamis berwarna navy dengan jilbab lebar yang menyentuh pinggang berwarna putih. Sementara rupa wajahnya tak terlihat di mata Zafa karena dari kejauhan.

Zafa terus berdiri dengan tatapan tertuju ke arah pintu yang terbuka, sampai akhirnya.

"Maa syaa Allah, cantiknya." Gumam Zafa saat melihat seorang wanita keluar dari kelas, sosok wanita itu sepertinya guru yang selesai mengajar. Wajahnya terlihat bersinar dan sangat cantik, sampai membuat Zafa terkagum-kagum menatap kepergian wanita tersebut.

"Om, Om Ael!"

"Aduh!" Zafa meringis ketika merasakan tangannya yang di cubit kuat oleh Ale, keponakannya itu rupanya telah berada di sampingnya sejak sepuluh detik lebih yang lalu. Ale dari tadi sudah memanggil-manggil Zafa dari mulai nada rendah sampai ke nada tinggi, tapi tak juga menyadarkan Omnya dari lamunannya. Sampai akhirnya Ale mencubit kuat tangan Zafa karena sudah terlampau kesal.

"Om Ael nih, di panggil dari tadi juga. Lagi ngelamunin apaan sih?" Ujar Ale dengan ekpresi wajah kesal, hingga membuat Zafa tak tahan untuk tidak menguyel pipi sang keponakan.

"Iya-iya, maaf ya." Tutur Zafa seraya menggendong tubuh mungil Ale.

Ustadzah Epa, Aku Padamu! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang