UEAP 3 - On The Way Putus Cinta

8 1 0
                                    

Esok harinya, pada waktu sore. Zafa dengan sengaja mengantarkan Alefa untuk sekolah madrasah, ia ingin melihat Ustadzah Epa sekaligus mencari informasi lebih tentang latar belakang sang Ustadzah.

"Belajar yang rajin ya Al," Pesan Zafa mengusap kepala keponakannya lembut, Ale. Menatap Om-nya dengan tatapan curiga, tak biasanya adik dari ayahnya ini sangat antusias mengantarkannya. Bahkan dia berujar kalau akan menunggu, hm. Sungguh mencurigakan, pikir Ale. Tapi, kalau di pikir lebih lanjut. Kenapa juga dirinya pusing-pusing, bukankah anak seusianya tidak boleh terlalu stres.

"Ok Om, Assalamu'alaikum." Salam Ale mengecup punggung tangan Zafa kemudian berlari ke arah kelasnya.

"Wa'alaikumussalam," Jawab Zafa lalu pergi menuju sekumpulan para ibu-ibu yang menunggu anaknya.

Tanpa canggung, Zafa duduk bergabung. Membuat para ibu-ibu yang tengah asyik mengobrol langsung menoleh ke arahnya.

"Ikut gabung ya bu," Ujar Zafa tersenyum odol pepso.

"Oh, iya Mas. Silahkan," Jawab salah satu ibu-ibu.

Mengangguk pelan, Zafa duduk menyender pada tembok. Memasang telinganya dengan baik, siapa tau nama Ustadzah Epa akan di sebutnya pada obrolan mereka.

"Eh Bu-ibu, harga beras sekarang naik ya."

"Iya Bu Neng, yang tadinya sekilo cuman sepuluh ribu sekarang jadi sebelas ribu. Mahal 'kan?"

"Ah itu mah gak perlu di tanya lagi Bu Har, tentu aja jawabannya mahal pisan."

"Hu,um sampe saya aja masak nasinya di kurangin sekarang."

Tap!

Tap!

Tap!

"Mari Bu~"

Cring~

Bak melihat promo sope besar-besaran, mata Zafa seketika berbinar hebat. Berkilau-kilau seperti ada matahari di dalamnya tatkala ia melihat bidadari lewat, Ustadzah Epa.

"Oh silahkan Ning~" Jawab ibu-ibu tadi dengan ramah, tersenyum memamerkan gigi mereka dengan warnanya masing-masing.

Sreet!

Kesadaran Zafa seketika di tarik paksa saat telinganya yang bersih tanpa adanya kotoran mendengar julukan Ning yang mereka tujukan kepada Ustadzah Epa, Ning? Bukannya itu panggilan untuk anak Kyai? Jangan-jangan.

"Ehm, maaf Ibu-ibu. Yang tadi lewat itu siapa ya?" Tanya Zafa memasang wajah polos, pura-pura baru pertama kali melihat.

"Loh, masa Mas-nya gak kenal. Itu loh~ Ning Insyira, anaknya Kyai Rizi. Yang punya pondok pesantren Nurul Islam," Jelas salah seorang ibu-ibu dengan mimik wajah dan nada ke-heranan.

Deg!

Alamak! Terkutuklah wahai engkau perasaan tak tau diri! Jatuh cinta ke sembarangan orang, on the way putus cinta sebelum memulai ini mah. Mana pantas dan mau Ustadzah Epa menerima perasaan cinta dari seorang pemuda biasa, mending ikuti saran tukang parkir saja lah, MUNDUR!

"Oh, begitu ya Bu. Terimakasih sudah menjawab," Ucap Zafa lemas seraya memeluk kakinya yang ia tekuk sembari menjatuhkan jidat-nya ke atas lutut, menyembunyikan matanya yang sudah berkaca-kaca hampir menangis. Oh~ ya Tuhan! Kenapa sesakit ini? Hiks, hiks.

"Masnya kenapa sih?"

"Gak tau, sakit mungkin."

Bisik ibu-ibu melirik Zafa heran, tadi semangat sekarang malah 3L. Lemas, lunglai, lesu.

Ustadzah Epa, Aku Padamu! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang