03. Utusan Bintang Fajar.

473 63 7
                                    

feedback please!!!
(like & comment).

• • •

"SEUNGCHEOL!" panggil Jeonghan nyaring.

Seungcheol yang tengah mengiris bahan masakan di dapur itu dengan sigap berlari menuju keberadaan Jeonghan diruang tengah,

Dia menemukan sang tuan tengah duduk dengan mimik wajah ketakutan, menatap Seungcheol meminta pertolongan.

"Kau ingin aku mencincang mulutmu? Berteriak seperti Tarzan." ucap Seungcheol, berniat pergi melanjutkan acara memasak yang tertunda.

"YAA! MAU KEMANA KAU?!" Jeonghan kembali memekik.

"Ambil peliharaanmu ini dariku!" rengek Jeonghan, dia hampir menangis karena ketakutan.

Seungcheol masih diam ditempatnya, menatap Jeonghan yang sedang dililiti ular sebesar ukuran telapak tangan, merembet dari bahu hingga bersarang diatas kepala.

"Biarkan saja, dia menyukaimu." balas Seungcheol, tampak tak peduli.

"Tapi aku tidak! Dia menjijikan!" maki Jeonghan dan ular itu langsung menampakkan wajahnya dengan juluran lidah didepan Jeonghan, merasa tak terima.

Jeonghan memejamkan matanya ngeri, "SEUNGCHEOL!" teriaknya lagi.

Seungcheol mendesah kasar, telinganya mendengung.

"Turun dari sana, jangan menggangu nya. Kau tidak dengar teriakan toanya?" ujar Seungcheol.

Dengan kepatuhan, ular itu menjauhi Jeonghan perlahan, berjalan diatas marmer menuju Seungcheol dengan perutnya.

Jeonghan bergidik, dia merinding bukan main. Menepuk bahunya serta rambut kepalanya merasa geli karena sudah ditempeli reptil itu.

Ular itu menghilang, digantikan sosok laki laki tampan menyerupai manusia.

"My Lord." Seungkwan memberi salam, menundukkan kepalanya hormat kepada Seungcheol.

"Hamba dikirim Sang Bintang Fajar untuk membawa My Lord kembali ke istana." ucap Seungkwan, menyampaikan pesan yang ia bawa dari pemilik kursi tertinggi istana.

Seungcheol berjalan ke dapur meneruskan potongan daun seledri nya. Total abai dengan Seungkwan yang mengikuti dibelakangnya.

"Hamba harap My Lord mematuhi perintah dari Sang Bintang Fajar sebelum dia benar benar murka." lanjut Seungkwan.

"Katakan padanya untuk melepaskan ibuku lebih dulu jika ingin aku mengunjunginya dengan kepala tertunduk." balas Seungcheol.

Seungkwan mengangguk hormat, dia memerhatikan setiap apa yang tuannya lakukan.

Mencincang bawang, menyalakan kompor, hingga memasak nasi goreng dengan toping dua buah sosis.

Seungkwan merasa ini salah,
"Maaf jika hamba lancang. Tapi manusia itu tidak melumpuhkan tangannya, tidak seharusnya My Lord memasak untuknya." keluh Seungkwan.

Seungcheol adalah iblis tingkat atas, dia selalu dipuji dan disanjung tinggi. Dia penerus tahta, calon raja dari segala raja iblis. Pemegang kuasa atas bumi dan isinya.

Dan sekarang dia melihat sang tuannya melakukan hal yang jelas-jelas terlihat seperti pekerjaan seorang budak.

Seungkwan menggumam dalam pikirnya, manusia itu benar benar tidak diuntung. Mereka yang membutuhkan tuannya, tapi bertingkah seolah mereka yang berkuasa.

"Tangannya memang tidak lumpuh, tapi takaran memasaknya mirip seperti lumpur lembek. Aku bahkan ragu masakannya beracun atau tidak." kekeh Seungcheol, menyerok nasi matang itu kedalam piring.

Seungkwan mengernyit heran, tuannya memang memaki manusia itu tapi dia juga tertawa hanya karena mengungkitnya.

Seungkwan lagi lagi tidak mengerti, tuannya yang hampir beribu tahun dikenalnya bisa tersenyum lebar seperti itu.

"Seungcheol, kenapa lama sekali? Aku sudah lapar!" ujar Jeonghan, terduduk tegap dimeja makan.

"Berani sekali manusia hina sepertimu memanggil My Lord hanya dengan namanya?!" Seungkwan tersinggung, apa yang dilakukan Jeonghan adalah salah satu dosa besar, dia pantas digantung.

Jeonghan memandang Seungkwan dengan gidikan, dia ingat rupa iblis itu dan bagaimana rasanya ditempeli oleh ular.

"My Lord, manusia itu harus hamba bawa ke neraka untuk dieksekusi gantung." kata Seungkwan.

Jeonghan melolot kaget, "Apa apaan itu? Aku tidak mau!" pekikan Jeonghan kembali terdengar.

Seungcheol kembali pula mendengus, iblis itu meletakkan piring berisi nasi goreng, juga segelas teh hangat untuk Jeonghan.

Jeonghan memeluk pinggang Seungcheol erat secepat kilat, menelungkup kan kepalanya disana.

"Kau tidak benar benar akan menggantung dan membunuhku hanya karena menyebut namamu kan?" tanya Jeonghan dari belah pinggangnya.

Seungkwan menatap tak percaya saat Seungcheol tersenyum lembut dan mengusap kepala manusia itu sambil berkata,

"Kau terlalu berharga untuk mati hanya karena persoalan sepele seperti ini."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 09, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Devilish Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang