Woii dimana anaknya?!
***
Mengesampingkan hal tersebut, aku tersenyum pada kedua pasangan tersebut. Aku membungkukan badan dan memperkenalkan diri,
"Selamat sore Tuan dan Nyonya Mikage, terimakasih telah mengundang saya untuk bertemu dengan anda. Saya sungguh menikmati sambutan ramah dari para pelayan di sini."
"Kamu sangat cantik dan sopan, tidak salah kakekmu sangat membanggakan cucunya. Jangan terlalu formal pada kami, anggaplah kami seperti Ayah dan Ibumu sendiri. Bukankah begitu, sayang?" Kata wanita berambut ungu.
"Haha.. tentu saja Ibunda," Aku mengatakannya senatural mungkin.
Kami bercakap-cakap lebih lama, rasanya mencurigakan karena mereka terus memuji diriku.
"Terus terang saja, kami ingin meminta bantuanmu mengenai suatu hal..." Perkataan Tuan Mikage ini sungguh membuat radar bahayaku berbunyi.
What the hell.. Sudah kuduga ada udang dibalik bakwan, benar-benar merepotkan
Aku berusaha mempertahankan senyum eleganku dan berkata, "Ada masalah apa yang membuat Ayah (Tuan Mikage) meminta bantuan saya?"
"[Name] sebenarnya kami belum memberitahukan masalah pertunangan ini pada anak kami... Jadi bisa-"
Pfft- aku tersedak teh yang awalnya ingin ku minum, mendengar pernyataan yang keluar dari mulut pemilik perusahan satu ini. Sudah kuduga pasangan ini harus lebih mempelajari cara mengasuh anak yang baik dan benar... Komunikasi itu penting
"Kamu tidak apa-apa [Name]? Apakah karena tehnya terlalu manis?" Ibunda bertanya khawatir melihatku.
"Tidak- tidak apa-apa, saya hanya sedikit terkejut mendengarnya. Silahkan lanjutkan," Aku berusaha keras untuk tidak memaki-maki saat ini. Bagaimana bisa mereka belum memberitahukan, bahkan meminta persetujuan dari anak mereka sendiri?! Tidak masuk akal.
"Jadi [Name] kami ingin meminta tolong padamu untuk memberitahukan pertunangan ini padanya. Itu akan baik untuk perkembangan hubungan kalian, bukan? Aku berharap kamu juga bisa menyadarkan Reo mengenai hal yang sedang dilakukannya. Kamu pasti sudah mengetahuinya, saat ini Reo sedang bermain-main dengan hobi sepakbolanya, kami khawatir dia meninggalkan posisinya di sini."
KAGAA, SUMPAH KAGA TAU TOLO*L. DIPIKIR AJA ANYING... Apakah kalian berpikir aku datang menemui anaknya di sana dan mengatakan hal aneh seperti 'halo Salken ya aku tunanganmu' atau 'hai, aku calon istrimu, Ayahmu menyuruhku untuk menemuimu'
Aku menata pikiranku, jadi intinya Mikage Reo tunanganku satu ini belum mengetahui hal ini karena ia sedang berada di asrama mengikuti Projek Bluelock, projek sepakbola untuk mencari striker terbaik. Ini mengingatkanku pada seseorang yang juga sedang mengikuti kegiatan itu.
Aku sungguh tidak habis pikir dengan kedua manusia didepanku. Hampir saja aku melemparkan cangkir teh yang ada pada tanganku, mau tidak mau aku tetap mempertahankan senyumku didepan mereka dan menjawabnya,
"Saya mengerti Ayah, namun bukankah tidak adil apabila hanya saya yang membantu anda?"
"HAHAHAHA Kamu benar-benar cucunya [Name], baiklah apa yang kamu inginkan?" Tuan Mikage mengatakan hal tersebut sembari tersenyum lebar.
"Tanpa diberitahu pun, Anda mengerti maksud saya," tersenyum misterius aku menyesap tehku untuk yang terakhir kalinya.
"Aku mengerti, aku akan segera mengirimkannya padamu," Ujar Tuan Mikage kepadaku. Kami saling melempar senyum, saling meraup keuntungan yang bisa di dapatkan sebanyak-banyaknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
- BUSINESS - Mikage Reo × Reader
Fiksi Penggemar"Hanya rekan bisnis," _________________________________________ "Sungguh bau kemiskinan, enyah kau dari hadapanku." "Aku tidak percaya.. Kamu benar-benar membuang waktumu di tempat seperti ini, Reo." "Wah benarkah.. astaga ngerinya." "Berhenti berm...