Cerita 7| Suara Sebuah Program

7 0 0
                                    

AI atau Artificial Intelligence, kecerdasan buatan, sekarang sudah menggila. Dalam bentuk program? Itu sudah biasa. Sekarang bahkan wujudnya pun sudah menyerupai manusia. Atau sebutan kerennya, android.

Sudah banyak perusahaan yang mencoba membuatnya. Hanya perusahaan MOON yang akhirnya diizinkan untuk memproduksi AI Android sebagai industri. Dengan syarat tertentu, jika MOON dapat memenuhi semua syarat tersebut, maka MOON akan memproduksi AI Android secara massal. Entah itu nantinya digunakan sebagai pendamping manusia atau pekerja.

Sepatu boots-ku berbunyi tegap menghadap AI Android percobaan itu. Kami memberinya nama Fallen. Diprogram sebagai seorang gadis remaja 19 tahun. Fallen selesai dibuat tiga tahun lalu, dan sampai sekarang dia masih menjalani tahap percobaan. Tapi tak lama lagi, dia akan selesai. Aku sebagai penanggung jawab uji coba Fallen akan melakukan tahap akhir.

Earphone Fallen, selain sebagai aksesoris juga sebagai penanda daya telah berwarna hijau menyala. Fallen sudah terisi penuh.

"Fallen, bangun.." ucapku.

Sepasang bulu mata lentik itu terbuka. Pupil atau tepatnya kamera Fallen membesar dan mengecil. Tampak jelas di antara iris biru langitnya. Sesaat setelah mengenaliku, dia turun dari pod pengisi dayanya.

"Pagi, kak Tira!" sapanya. Tidak ada suara gesekan seperti robot pada umumnya. Audionya halus. Untuk seukuran android, Fallen merupakan yang paling fleksibel di dunia.

"Fallen, ada kabar gembira untukmu," kataku.

"Oh ya? Apa... apa aku boleh keluar?" tanyanya berbinar. Kakinya berjinjit kegirangan. Aku tertawa hambar.

"Kita memang akan keluar. Tapi tidak sepenuhnya. Kau akan tinggal bersamaku mulai dari sekarang."

Matanya yang kosong itu melebar. Dia melebarkan senyum paling palsu di dunia. "Benarkah?" katanya sambil menggenggam tanganku. Seperti anak kecil yang diberi hadiah ulang tahun.

Para rekan di sampingku berkaca-kaca, gemas melihat Fallen. Mereka segera membungkus pod pengisi daya begitu aku berbalik badan, berjalan ke mobil diikuti oleh Fallen.

Sebagai penguji, bisa dibilang aku aneh. Tidak. Atasan lah yang aneh. Di perusahaan ini aku adalah orang yang paling tidak menyukai ide Android AI, satu satunya yang mengisi suara 'tidak' pada voting pembuatan massal, dan sekarang menjadi manusia yang paling membenci Fallen.

Tapi karena semua faktor itu, aku ditunjuk untuk menguji coba Fallen. Karena dengan semua kebencian itu, aku dianggap bisa objektif dalam menilai Fallen. Tadinya aku menolak. Tapi bayaran yang ditawarkan dengan kondisi finansialku saat itu membuatku tidak punya banyak pilihan.

Aku bukannya tidak suka dengan kemajuan teknologi. Setuju saja aku dengan adanya Android AI. Tapi tidak untuk produksi massal, bisa dimiliki siapapun yang punya uang untuk membelinya. Ketika nantinya sudah dinormalisasi, aku khawatir...

"Biar aku yang bukakan pintu untuk kakak!"

Aku terperanjat. Aku mengemudi sambil berpikir dan tidak sadar sudah sampai di rumah. Aku bahkan tidak mendengar ocehan Fallen sepanjang jalan. Aku yakin dia mengoceh. Setelan pabrik menakdirkannya untuk banyak bicara.

Aku keluar setelah pintu mobilku dibukakan Fallen. Tanpa diminta dia mengambil pod daya dan mengikutiku.

"Kak Tira! Tadi perjalanannya menyenangkan sekali! Akhirnya aku melihat Lift Jalan! Lift yang bergerak untuk mengantarkan 20 penumpang jarak dekat... itu keren sekali! Tinggal tekan tombol dan poof! Bahkan mereka punya jalur untuk menyeberang. Pasti sangat aman dan nyaman untuk para pejalan kaki. Lift itu baru ada di negara kita kan? Aku sering melihatnya di video yang orang-orang bagikan tapi melihatnya langsung jauh lebih keren!"

Kumpulan CerpenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang