Bab 18

540 90 10
                                    

Bohong jika Sakura berkata bahwa ia tak merasa terganggu dengan ucapan Hinata kemarin. Fakta bahwa gadis itu mengenal Sasuke saja sudah mengejutkan, ditambah lagi sampai berani menyuruhnya untuk menjauhi pria bersurai gelap itu.

Yah, mau bagaimana lagi ia tidak dibuat heran. Setahunya, Hinata adalah orang yang lemah lembut. Sangking lembutnya, bicara pun sampai terbata-bata seolah-olah sangat menjaga tutur katanya agar tidak menyakiti orang lain. Bahkan selama keluarga gadis itu menjadi langganan toko kue ibunya, Sakura selalu mendapati fitur gadis itu yang bak seorang malaikat baru turun dari khayangan.

Cantik dan mempesona.

Anggun dan dermawan.

Namun mengingat kembali akan intimidasinya kemarin, Sakura berhasil dibuat cemberut hatinya. Di lain sisi ia bimbang oleh rasa takut, bahwa Sasuke pada kenyataannya memang mengenal gadis itu, mengerikannya lagi jika sampai benar mencintainya seperti yang gadis itu bilang.

Gundah hatinya bertahan sampai malam. Lamunan yang tak berubah selama hampir lima belas menit itu bahkan membuat ibunya berteriak kesal.

"Hei Saki! Jangan melamun! Bantu Ibu untuk mengantarkan pesanan ke rumah Hyuuga ya??"

Malam ini ibunya sibuk sekali. Dua orang pegawai yang bekerja di tokonya pun juga sampai terlihat kewalahan. Ternyata bukan hanya keluarga Hyuuga yang menjadi pihak pemesan, namun ada dua pelanggan tetap lain yang memesan layanan ibunya secara mendadak dua hari lalu. Karena mereka sudah menjadi langganan tetap sejak dulu, ibunya sangat segan untuk menolak. Jadi berakhirlah dengan rumah yang berantakan dan kecimpungan sendiri untuk mereka membuat pesanan.

"Memangnya Ibu mengantar yang mana? Biar aku saja yang mengantar ke keluarga Sinhu."

Ibunya melotot. "Keluarga Sinhu sedang melakukan acara amal. Mereka ingin mempromosikan toko kita. Kau, Arashi serta Koda yang akan mengurus sisanya, oke? Ibu habis ini harus siap-siap."

Arashi juga ikut menimpali, "Maaf Sakura-san, aku yang mengantar ke rumah keluarga Yuuma ya? Kau mewakilkan yang Hyuuga saja."

"Oh iya, pastikan kau bertemu Nyonya Hikari. Katanya beliau ingin memberi cinderamata dari negeri seberang," pesan ibunya.

Ingin menolak rasanya. Namun sebelum bibirnya mengujar protes, ia ditinggalkan sendirian oleh kesibukan mereka masing-masing. Koda yang sibuk memasukkan kue dalam kemasan, dan Arashi yang sibuk menempelkan kertas berisi basa-basi di setiap kemasan kue yang sudah siap. Ibunya? Tentu sudah pergi ke kamarnya untuk berganti baju.

Akhirnya kegiatan mereka malam ini berjalan lancar dan tepat waktu. Acara Hyuuga kurang lebih berjalan tiga jam lagi, sehingga ada sisa satu jam untuk mengantarkan pesanan ke sana. Itu pun pasti sisa banyak dari waktu yang diperkirakan.

"Sakura? Ayo, ayah akan mengantarmu."

Ayahnya datang dengan setelab semi-formal, sesuatu yang jarang ia kenakan kecuali datang ke acara-acara yang sangat resmi. Di tangan ayahnya juga sudah siap kunci mobilnya.

Ia menyipitkan mata. Berbeda dengan penampilan ayahnya, Sakura hanya memakai kaus berlengan panjang berwarna hijau pudar, serta celana jeans abu tua yang sudah luntur. Itupun terdapat noda tepung di bagian pantatnya.

"Ayah ingin ke mana memang? Kita hanya mengantar pesanan. Kenapa memakai pakaian serapi itu?"

Bukan satu dua kali Sakura membantu ibunya mengantar pesanan sebagai perwakilan seorang owner, dan terhitung hampir semua kesempatan ia menggunakan pakaian serupa. Yah, ia rasa ia hanya bekerja di balik layar, yaitu sebagai pengantar pesanan. Setelah selesai, langsung pulang.

"Oh? Ini? Kau tidak lupa kan kalau kakak sepupumu baru saja pulang? Ayah kan ingin menyambutnya. Nanti sehabis pulang dari rumah Hyuuga, kita langsung ke rumah Sasori."

Wrong Between Us Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang