Disinilah biasanya Ethan bersarang, kamarnya. Lelaki itu lebih banyak menghabiskan waktu di meja yang berserakan buku di samping kasurnya dibandingkan dengan tempat lain di dunia ini.
Tahun ajaran baru akan dimulai dua minggu lagi. Ethan gugup setengah mati, ia takut tahun ini mengecewakan orang tuanya lagi. Lelaki itu tidak cukup yakin dengan kemampuannya sendiri.
"Apalah maksudnya ini semua. Aku pusing sekali."
Ethan menghentikan sebentar sesi belajarnya hari ini. Mengambil paracetamol di laci, menegak empat butir sekaligus. Meneteskan obat tetes mata beberapa kali, dan kembali menyesap kopi dengan 5 extra shot espresso disampingnya.
Perlahan, sakit kepalanya mulai hilang, meninggalkannya dengan hamburan buku IPA di hadapannya. Ethan menghela nafas berat sebelum melanjutkan sesi belajarnya.
"Melelahkan." Gumamnya sembari meregangkan badannya. Seluruh badannya pegal dan sakit akibat terlalu lama duduk.
Mengambil beberapa lembar koyo dari dalam lacinya, Ethan menempelkannya pada bagian manapun yang terasa pegal. Sensasi panas dari lembaran koyo itu dapat menenangkan dirinya untuk sementara waktu.
Ponselnya berdering, ada panggilan telepon. Ethan mengernyitkan dahinya, "Siapa yang perlu menelpon dini hari begini?"
Lelaki mengambil ponselnya, rupanya Shaenette.
"Halo? Ada apa, Shae?"
"Hehe, tidak ada yang serius, kok. Aku hanya bosan."
Ethan menghela nafas berat, "Aku kira ada apa."
"Kamu tahu? 'Attempt'-ku malam ini gagal lagi," Shaenette cemberut di seberang sana.
"Attempt apa? Kamu berbuat apa lagi?" Terdengar kekhawatiran dalam nada bicara lelaki itu. Ia takut kawannya melakukan hal yang dapat menyakiti dirinya sendiri.
"Please. You know what I'm talking about, Ethan. Don't act like you don't." Shaenette membalasnya dengan malas.
Ethan menghela nafasnya, menyadari arah pembicaraan kawannya. "Kamu itu kalau ada masalah cerita, bukannya malah 'attempt'."
"I don't see a point in my life, I wanna give up."
"The hell? You're everything my family has ever wished for, Shae."
"Your family ever wished. Y-O-U-R, okay. Not my family."
"Masalahmu kali ini apa, Shae?"
Ia mengedikkan bahunya, "Nothing much."
"Nothing much? If it's really 'nothing much', then why did you do an 'attempt' tonight?" Ethan sangat kesal. Kawannya ini memang cenderung tertutup kalau masalah keluarga.
"Alright, alright. I just- I don't want to talk about it. It's- complicated."
"Wanna talk about it face to face? Let's sneak out to the beach."
Terdengar kekehan Shaenette di seberang, "You know me damn well, Ethan. I'll be there."
Ethan tersenyum mendengarnya, "Don't forget some packs of cigarettes, ya!"
"That's like, the point of our meet up, isn't it?"
"Yea, yea. Whatever." Ethanmenutup sepihak panggilan mereka. Membuat Shaenette di seberang memutar malas matanya. Tak habis pikir dengan kawannya itu.
Disini lagi mereka berada. Pantai.
Shaenette sampai lebih dulu, lalu mendudukkan dirinya langsung diatas pasir. Ia meletakkan sebatang rokok di antara bibirnya, lalu menyalakannya. Perlahan ia menyesap rokoknya, membiarkan benda kecil itu membasuh segala kelelahan batin nya. Ia menunggu Ethan.
Perempuan itu menutup matanya. Menikmati suara ombak dan membiarkan dinginnya angin malam menerpa wajahnya. Seseorang menyentuh pundaknya. Ia tetap tidak membuka matanya. Ia tau seseorang itu. Ethan Lee.
Sang lelaki mendudukkan dirinya di sebelah Shaenette, memberikan jarak di antara keduanya. Ia memandangi perempuan di sebelahnya, bertanya-tanya seberapa berat hari kemarin hingga membuatnya melakukan attempt lagi.
Shaenette membuka matanya perlahan, memberikan sekotak rokok beserta korek kepada Ethan, yang langsung menerimanya. Ethan menyalakan rokoknya, menyesap rasa nikotin yang dihasilkan benda itu.
Ia menghembuskan asap rokoknya, "Kamu ada masalah apa?" Tanya Ethan sambil memandangi laut malam di hadapannya.
Shaenette tak langsung menjawabnya. Pandangannya yang kosong seketika berubah, penuh dengan kesedihan dan penyesalan.
"Aku mengecewakan."
Ethan mencedih, "Kalau kamu yang paling atas saja mengecewakan, lalu aku apa? Tidak berguna?" Lelucon gelapnya berhasil membuat Shaenette tertawa pelan.
"Bukan begitu," diketukkan rokoknya pada asbak. "Aku sedang mempertanyakan imanku, Ethan. Kalau Tuhan memang menyayangiku, kenapa ia membiarkanku hidup seperti ini?"
"Kamu ada benarnya," Ethan kembali menyesap rokoknya. "Kalau Allah memang menyayangi umatnya, kenapa di akhirat nanti perbuatan kita ditimbang untuk bertemu dengan-Nya? Itu artinya Ia hanya hadir untuk orang-orang terbaik. Iyakan?"
Shaenette mengangguk. "Tuhan masih belum bisa move on dari perilaku Lucifer, sepertinya. Aku curiga kita diciptakan hanya untuk diberikan ke Lucifer."
"Sepertinya begitu." Ethan tertawa ringan. "Moral of the story: be Lucifer."
Shaenette tertawa, "The Lucifer of who?"
"Gue."
Shaenette menoleh, menghadapkan wajahnya pada pemuda disampingnya. "Boys after 11 PM really are crazy."
Ethan tertawa renyah sebelum mengetukkan rokoknya di asbak. "Bercanda, Shae."
Manik indah Shaenette kembali memfokuskan diri memandangi laut malam dihadapannya. "Do you want to die?"
Ethan tersenyum, "I mean, who doesn't?"
"You're right." Perempuan itu menyesap rokoknya, lalu menghembuskan asap dari mulut dan hidungnya. "Let's die together."
"How?"
Shaenette mengedikkan bahunya, "Jump off a cliff, I guess."
"Very mainstream." Balas Ethan setelah tertawa.
"Apa lagi memangnya? Overdosis, lama. Potong nadi, lebih lama lagi." Perempuan itu mengerucutkan bibirnya.
"Tembak jantung." Canda Ethan.
Shaenette tertawa perlahan, "Kita bukan mafia."
"Disembelih juga bisa."
"Kambing idul adha, dong?"
Ethan tersenyum, "Iya, kan semua manusia seperti binatang."
"Ada-ada saja." Shaenette geleng-geleng kepala mendengar perkataan lelaki di sampingnya. Di luar nalar.
"However, let's die together." Ethan meraih tangan perempuan di sebelahnya, menatap wajahnya dalam.
Shaenette menoleh ke arahnya, "Janji?" Ia melepaskan genggaman itu, lalu mengeluarkan jari kelingkingnya yang disambut senyuman oleh Ethan.
"Janji." Kelingking mereka terpaut.

KAMU SEDANG MEMBACA
de nouveau
FanfictionAku tahu aku tidak seharusnya jatuh hati kepadamu. I'm sorry, but I can't help myself. Shaenette & Ethan Lee Fan fiction