4.

1.3K 82 18
                                    


Basecamp.

Tempat dimana Arsen berada bersama teman-teman nya. Sudah memasuki hari ketiga Arsen tidak pernah berhubungan dengan Erlio. Entah, dia sendiri tidak tahu apakah perjodohan itu masih berlanjut atau tidak.

"Mau kemana Sen?"

"Berak lah, perut gue sakit banget. Abis nelen ayam geprek level lima."

"Udah gue bilang pesen yang level dua, malah level lima."

"Alah biar dah, gue berak dulu." Langsung saja Arsen pergi ke toilet rumah kosong itu, toilet itu memang mereka rawat untuk kebutuhan sehari-sehari.

"Arsen, abis eek langsung kesini. Mau nanyain sesuatu gue." Ucap Abian.

"Iya bentar." Akhirnya Arsen benar-benar berada di dunia nya sendiri sekarang.

Selang beberapa lama, Arsen kembali dengan perut yang sedikit membaik.

"Nanya apa?"

"Duduk sini, biar enak gue tanya nya." Arsen sedikit bingung, namun dia tetap menuruti kemauan Abian.

"Dua hari yang lalu, diri lo pingsan di kamar kan?"

"Iya..? Terus kenapa?"

"Jujur, itu bukan karena lo jatoh kan?"

"Gue jatoh beneran, kepala gue kejedot pinggiran kasur, jadi pingsan deh."

"Sen, jangan bohongin gue. Lo kalo ada apa-apa cerita Sen.. Jangan di pendem sendiri. Sakit, gue tau itu sakit."

Arsen malah tertawa canggung.

"M-maksud nya gimana sih?"

"Gue tau, kalo seseorang pingsan badan nya bakal diem. Tapi lo ngga Sen, justru saat lo diangkat sama Hima, badan lo tremor semua."

"Gue nanya ini." Ucap Abian sambil menunjukkan bungkus obat yang Abian ambil dari kamar Arsen.

"Ini.."

"Lo minum anti-depresan?"

"Abi-"

"Lo ngga takut overdosis minum gituan tanpa resep dokter? Mikir Sen, gue sama Hima disini lo anggep apa? Kita bisa dengerin cerita lo, kita siap nampung semua kesedihan lo.

Gue ngga mau. Gue ngga mau sahabat gue ketergantungan obat gituan."

"Bian, gue minum gituan cuma sekali."

"Sekali?" Sekali lagi Abian menunjuk beberapa bungkusan obat itu, yang terhitung ada sekitar 3 bungkus.

"Ini yang lo bilang sekali?"

"Maaf."

"Arsen, gue sayang sama lo, Hima juga sayang sama lo. Kita udah temenan sedari paud. Lo harus nya kalo ada apa-apa cerita. Walaupun kita sering bercanda ada waktu nya juga kita serius di suatu masalah."

"Abian maaf.."

"Ngga. Lo ngga perlu minta maaf. Gue yang harus nya minta maaf, gue kurang pengertian ke lo yang notabennya perlu tempat singgah buat melepas lelah, perlu seseorang buat jadi pendengar cerita. Kita siap di situasi apapun Sen, percaya sama kita ya..?" Timpal Hima.

"Maaf Hima, Abian.." Mereka bertiga berpelukan untuk mengatasi itu semua. Hanya sebuah pelukan hangat, yang mampu membuat seorang Arsen menangis.

Arsen hanya butuh di peluk, hanya itu.

"Eh kalian tau ngga." Tanya Arsen tiba-tiba.

"Apa?"

"Gue balikan sama Max."

Our Matchmaking || NoMin ||Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang