nyangkut

1 0 0
                                    

Air mata gue netes, gue mimpiin Tama.
"Kenapa Tam?" gue ngigo.

Tama tak tahu harus merespon apa.

"Asin" bisik gue, air mata gue masuk ke mulut.

Sebuah tangan menyentuh pipi gue dengan lembut, reflek gue narik tangannya.
Gue peluk tangannya, gue jadiin penyangga leher gue.

Beberapa menit kemudian gue mulai ngerjapin mata.
"Aduh gue ketiduran ya" monolog gue sambil bengong sebentar, setelah sadar gue lagi megang tangan seseorang langsung gue coba lepasin.

"Asya" panggil seseorang.
"Pak jauhin tangannya dari leher saya dong" ucap gue panik.
"Sebentar, kalung kamu nyangkut di gelang saya.

Tama mensejajarkan tubuhnya pada wajah gue. Gue natap ke arah lain, terdengar tawa kecil Tama.

Aksesoris couple itu nyangkut, gue kira cuman nempel doang.
"Tama masih pake gelangnya?" batin gue meronta - ronta penasaran.

"Sudah" Tama bangkit, akhirnya bisa lepas. Gue terdiam dan masih menatap arah lain.

"Asya, kamu gak mau pulang?" tanya Tama dengan senyum.
Gue natap wajah Tama.
"Thanks Sya karena jagain saya selama saya mabuk" ucapnya dengan formal.
"Tapi saya gak ngelakuin atau ngomong aneh - aneh kan?" tanyanya dengan mata yang berbinar.

Gue menggeleng canggung,
"Ga Pak, Yaudah pak saya pulang dulu",
"Pulang bareng saya. Sudah malem Sya" ucap Tama, gue lihat jam dan ya hampir tengah malam.
"Maaf ya pak, saya jadi ngerepotin" ucap gue sambil menggaruk leher yang tak gatal.

"Tunggu di depan, saya ambil mobil dulu"
Tama keluar dari Restoran, para karyawan sudah pulang daritadi. Bahkan mejanya sudah rapi.

Gue terdiam sejenak, menyentuh dada gue yang lagi berdetak kencang. Mengambil nafas dalam dan membuangnya panjang.
Gue keluar dari Restoran, tepat sekali mobil Tama datang.

Tama buru - buru keluar dari mobil, gue ngeliatin dia bingung. Pria ini membukakan pintu mobilnya untuk gue. 
"Eh pak,saya bisa buka sendiri" ucap gue,
"Masuk" balasnya tanpa menatap gue.
"Makasih pak" gue langsung segera masuk mobil.

0o0

Suasana tengah malam di mobil sangat canggung.

"Tama" panggil gue pelan.
Tiba - tiba Tama ngerem mendadakn, gue melotot natap dia.

"Kamu akhirnya manggil nama aku" ucapnya dengan natap gue sambil senyum.
"Kamu mau apa?" tanyanya lagi.
"Sambil jalanin mobilnya aja, pak" ucap gue menatap kedepan. Tama setuju dan mulau menginjak gasnya.

"Kenapa tiba - tiba minta putus?" tanya gue dengan suara yang makin mengecil.
Dari sudut mata, gue ngeliat Tama mencekram erat setirnya.
"Tama?" gue nyoba panggil dia lagi.
"Karena kamu udah ga cinta sama aku? Kenapa ga bilang aja. Jangan diem terus hilang" ucap gue, pertanyaan yang dari lama pengen gue tanyain ke Tama.
"Maaf Sya" hanya kata itu yang keluar dari bibir Tama.

tbc

TAMASYA [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang