3

27 5 0
                                    

Selamat membaca 🍣

" Sal kepala mu masih pusing kah? " Tanya Dinda saat melihat wajah temannya itu berubah sedikit pucat.

" Masih din. " Jawb Salma

" Lah lo sakit sal? " Tanya Trisna

" Cuman sedikit pusing bang, gapapa. " Jawab Salma santai

" yaudah kita udahan, pada balik dah udah malem juga. " Ujar Trisna

" Kita pesen taksi online, apa kau telfon supir mu sal? " Tanya Dinda

" Taksi aja deh din, lama ntar nunggu mang Ujang. "

" Yaudah biar gue pesen. "

" Jangan, udah malem ini bahaya kalo kalian naik taksi online. " Cegah Trisna, pasalnya sekarang sudah hampir jam 11

" Din lo bareng gue, Salma biar di anter Dimas. Ya dim? "

" Gausah bang, gue telfon mang Ujang aja. Lagian rumah Dimas sama rumah gue kan ngga searah. "

" Gapapa sal, Dimas mah selow. " Sahut Danil dan mendapat bombastis side eye Dimas

" Lama sal, muka lo udah pucet itu. " Ujar Trisna

" Iya ma, lo di anter Dimas aja. " Saran reynald sedikit khawatir melihat wajah Salma yang sudah pucat.

" Udah ayok. " melihat salma yang masih bingung, akhirnya dimas segera berdiri dari duduknya. Salma yang merasa ditatap laki-laki di sampingnya itu mendongakkan kepalanya.

" Yaudah deh. Balik dulu ya bang, guys. "

" Iya sal, hati-hati ya dim bawa anak gadis orang. " Teriak Trisna

Salma dan Dimas melangkahkan kaki keluar dari cafe. Berjalan di belakang Dimas, Salma sedikit menunduk saat matanya tak sengaja melihat teman sekelasnya berada di cafe ini. Ia tak mau temannya itu melihat ia berjalan bersama Dimas, Salma yakin jika temannya itu melihat sudah bisa di pastikan ia akan di roasting habis oleh temannya itu.

" Lo tunggu sini, gue ambil mobil dulu. " Ucap Dimas saat sampai di depan cafe.  

" Gue ikut deh dim. "

" parkir gue jauh sal, tuh di ujung.  katanya lo pusing. "

" Gapapa daripada di sini, rame banget makin pusing gue. "

Kondisi cafe semakin malam semakin ramai, bahkan di depan cafe itupun sekarang sudah banyak orang berlalu lalang.

" Oke, ayok. "

Kedua manusia yang saling diam berjalan menyusuri trotoar jalan. Hawa yang sedikit dingin membuat Salma memegang kedua pundaknya. Pusing di kepalanya makin berdenyut saat angin makin berhembus kencang.

Sedikit melirik cewek di sampingnya itu, Dimas merutuki dalam hati. Sudah tahu sakit, keluar malam hanya menggunakan kemeja dengan kain tipis seperti itu. Cewek aneh.

" Nih, pakai. " Ucap Dimas menyerahkan jaket yang ia tenteng pada Salma.

" Gausah sok romantis deh lo. " Jawab Salma sarkas.

Takdir Semesta (Salma Kirana & Dimas Batara)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang