Korek Api

169 22 0
                                    


S

ore hari di kediaman keluarga Mark, Jeno yang baru saja bangun dari peristirahatannya langsung menuju dapur kerena mendengar suara berisik sejak tadi, ketika tiba di sana ia melihat Ibu Mark sedang sibuk menyiapkan bahan dagangannya. Jeno cukup tahu diri sebagai seorang tamu yang menumpang gratis di rumah ini ia tidak akan tega melihat sang tuan rumah kewalahan, sebab itu ia juga harus ikut membantu.

"Ehh nak Jeno, kamu udah baikkan?" Tanya Ibu Yuna ketika Jeno menghampirinya

"Udah bu, badan aku udah fit seratus persen. Ibu lagi ngapain?"

"Ibu lagi nyiapin barang dagangan, sebentar lagi waktunya jualan"

"Aku bantu ya bu" seru Jeno mulai sibuk menata sayur

"Boleh, asal kamu makan dulu. Ayo" Ucap Ibu Mark meletakan kembali sayur dari genggaman Jeno lalu menarik tangan anak itu menuju meja makan.

Sedangkan yang di tarik hanya pasrah sebab memang sedari tadi ia sudah menahan laparnya.

"Gak usah sungkan nak, makan sepuas kamu. Ibu nggak keberatan ada kamu di sini"

Jeno sedikit lega mendengarnya lalu mulai menyantap makanan yang berada di hadapannya sedangkan si Ibu kembali melanjutkan pekerjaannya.

"Kamu sudah hubungi orang tua kamu?" Tanya Ibu Mark di sela-sela kegiatan mereka yang memang jarak keduanya hanya sekitar 5 meter.

"Belum bu"

"Orang tua kamu pasti sedang khawatir sekarang, sebaiknya kamu kabari mereka dulu nak"

"Gak perlu bu, mereka gak akan peduli" jawab jeno sedikit murung

"Loh, gak boleh gitu nak. Namanya orang tua pasti akan tetap khawatir kalau anaknya kenapa-kenapa"

"Ayah aku udah meninggal bu, sedangkan Ibu lagi sakit parah. Dia aja nggak pernah mau ketemu aku"

Mendengar penjelasan Jeno membuat Ibu Mark menjadi semakin prihatin, meskipun keluarga Jeno sangat cukup dalam segi financial namun bisa di lihat dari raut wajah Jeno bahwa dirinya sangat kurang akan kasih sayang.

"Maafin Ibu nak, Ibu nggak tau"

"Gapapa bu"

"Sebenarnya Ibu gak keberatan kamu tinggal disini sampai kapan pun kamu mau, tapi kamu harus tetap masuk sekolah nak, kasihan kan kalo nggak di lanjutin"

"Makasih bu, aku tetap akan pulang kok. Tinggal tunggu waktu yang pas aja, soalnya aku masih takut untuk pulang sekarang"

"Makanya otak tuh di pake, udah buat salah malah merasa jadi korban" ujar Mark tiba-tiba dari arah belakang sambil menjitak kepala Jeno

"Astagfirullah Mark, orang lagi makan jangan di kasarin" tegur sang Ibu melihat tingkah anaknya yang baru saja tiba masih mengenakan seragam sekolahnya.

Mark segera mendekati Ibunya lalu menyalami tangannya setelah itu ia kembali menyusul Jeno ke meja makan untuk mengisi perutnya juga.

"Loh bu, tumben masak ayam" tegur Mark lagi setelah melihat hidangan menu yang lumayan menggugah selera berada di atas meja

"Ibu khawatir Jeno nggak suka makan tempe atau ikan asin, makanya Ibu beliin ayam. Kamu juga suka kan makan ayam"

"Tapi kan bu, kita kan lagi berhemat sekarang. Kok Ibu malah beli makanan yang mahal-mahal sih"

"Huss Mark, jangan mengeluh di depan makanan. di makan aja, namanya rejeki pasti akan balik lagi asalkan kita ikhlas"

Tatapan penuh amarah Mark tujukan pada Jeno sebab ia merasa mulai terbebani karena kehadiran si bocah apalagi di tengah kerumitan keluarganya saat ini yang sedang di lilit hutang. Sedangkan yang di tatap masih terus diam, ia juga merasa tak enak hati setelah mendengar perdebatan antara Ibu dan anak itu.

You Change A Pink Into The Blue (Real Sibling)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang