Lamaran

364 123 15
                                    

Gadis manis berpipi gemil itu meringis pelan kala melihat penampilannya di cermin, di sepanjang hidupnya Haniya tak pernah berpikir untuk mengenakan pakaian tertutup seperti ini walaupun sang ibu sering menyuruhnya untuk menutup auratnya tapi si manis yang keras kepala itu tak pernah mau menurut. Tapi lihatlah sekarang karena ancaman sang ibu yang mengatakan akan membakar semua koleksi album serta poster sang idola membuat gadis manis itu mau tak mau menurut. Kini tubuh berisi-nya sudah di balut oleh gamis berwarna hijau muda yang menjuntai sampai menutupi kakinya, serta kerudung dengan warna senada yang menutupi rambutnya sampai tak terlihat sehelai pun.

"Huwaaa.. Jihan!!" si manis berjalan menghampiri sahabat sipit-nya itu yang malah tertawa terbahak-bahak di atas penderitaannya.

"Hahaha.. Ada apa ustadzah Haniya?" ledek Jihan seraya menyeruput segelas sirup rasa jeruk dengan santai.

"Asu lu Ji!!" teriak Haniya kesal seraya melempar sahabat minus akhlaknya itu menggunakan bantal yang tepat mengenai wajah gadis sipit itu.

"Haniya! Minuman gue!!" kini giliran si manis yang tertawa terbahak-bahak melihat wajah sang sahabat yang sudah basah kuyup.

"Wleee.. Syukurin" Jihan mendengus kesal seraya mengelap wajahnya menggunakan tisu, jika ia tak ingat kalau gadis manis yang tengah berdiri di hadapannya Itu adalah sahabatnya sendari kecil mungkin Jihan sudah melemparnya menggunakan gelas bekas minumannya tadi.

"Ck!! Lagian lu sendiri kan yang bilang mau nikah sama Renjun, sekarang udah di bawa-in Renjun-nya lu malah gak mau, gimana sih lu ini" Haniya hanya mampu menghela nafas kasar seraya mendudukkan tubuh berisi nya di samping sang sahabat.

"Iya sih Renjun, tapi kan yang gue maksud itu Huang Renjun bukannya ustadz Regan!!" kata si manis kesal seraya menyeruput sirup rasa jeruk milik Jihan, yang barusaja gadis sipit itu buat.

"Kan sama aja brot, walaupun nama mereka berdua beda tapi mukanya itu loh, sama persis" Haniya menggeleng pelan seraya kembali meletakkan gelas yang isinya tinggal setengah itu ke atas meja.

"Jelas beda lah!! Walaupun muka mereka berdua mirip tapi tetep aja dia bukan Renjun yang gue mau" kata si manis seraya tersipu malu kala melihat foto sang idola yang baru saja di update kemarin malam.

"Banyak mau!" kata Jihan kesal seraya menyentil kening si manis dengan gemas.

"Huh! Udah lah mending sekarang lu keluar aja gih, kasihan loh kalau calon suami lu di buat nunggu lama kayak begini" suruh Jihan seraya mendorong-mendorong tubuh sang sahabat agar segera beranjak dari tempatnya.

"Gak mau!! Gue mau disini aja" kata si manis kesal seraya mencengkram sandaran sofa dengan erat.

Tok tok tok

"Haniya!! Apakah kamu sudah siap?!!" teriak sang ibu dari luar seraya mengetuk pintu kamarnya lumayan keras.

"Sudah bu!!" Haniya mendelik tajam ke arah Jihan yang baru saja berteriak, ingin rasanya ia menendang wajah menyebalkan sahabat sipit-nya itu sekarang juga.

"Jihan asuu!!"

~~~~~~~~~~~~~~~~~

Haniya duduk dengan gelisah di tempatnya kala mata bulat-nya itu tak bisa melepas pandangan dari wajah ustadz Regan yang benar-benar terlihat mirip dengan wajah sang idola, bahkan gadis manis itu ingin sekali menjerit sekeras mungkin
Kala melihat wajah tegas nan dingin itu. Bener-bener terlihat sangat tampan Haniya lemah jika sudah begini.

"Sepertinya anak anda pemalu ya" kata seorang wanita paruh baya yang Haniya yakini jika dia adalah ibu dari ustadz Regan, ia hanya mampu tersenyum kikuk kala wanita paruh baya itu menatapnya dengan intens seraya tersenyum manis.

"Ya anak saya memang sedikit pemalu, jadi tolong di maklumi saja kalau dia sangat kakuk seperti ini" Jihan membekap mulutnya sendiri kala mendengar ucapan ibunya Haniya barusan, apa katanya? Sahabat gembrot-nya itu pemalu? Yang benar saja Jihan ingin tertawa dengan keras ketika mendengarnya.

"Anak saya juga sedikit pendiam, dia jarang sekali berbicara jika tidak ada keperluan" manik kecokelatan dan hitam itu saling bertemu kala si gadis mencuri pandang untuk yang kesekian kalinya, pandangan keduanya terpaku untuk beberapa saat sebelum sang lelaki memutuskannya secara sepihak.

"Jadi bagaimana? Apakah Haniya setuju untuk menikah dengan Regan?" sepertinya calon ibu mertuanya ini kurang suka berbasa-basi, terbukti dari dia yang langsung menanyakan pertanyaan inti yang menjadi alasan kedua keluarga itu bertemu. Padahal Haniya paling menghindari topik ini sendari tadi.

"Haniya bagaimana?" si manis melirik ke arah sang ayah yang baru saja bertanya.

"Han--"

"Setuju atau tidak, saya akan menikahi kamu pekan depan" mata bulat si manis sukses melotot kala mendengar ucapan ustadz Regan barusan.

"Heh! Tak sopan di tanya dulu Haniya-nya jangan kamu langsung ingin menikahi dia seperti itu, kalau di tak suka sama kamu bagaimana?" kata ibu ustadz Regan seraya
memukul pundak sang anak dengan kesal.

"Han?" kali ini sang ibu yang bertanya seraya mengusap pundak anak gadis satu-satunya itu dengan penuh kasih sayang.

"Ha-haniya mau" kata gadis manis itu seraya menatap calon suaminya dengan takut-takut.

~~~~~~~~~~~~~~~~~

"Ciee.. Yang bentar lagi mau nikah" pipi bulat si manis sukses memerah kala mendengar ucapan sahabat minim akhlaknya barusan.

"Asu lu!!" kata Haniya kesal seraya mengacungkan jari tengahnya ke arah Jihan.

"Heh! Katanya calon istrinya ustadz tapi kalau ngomong masih suka pake bahasa kebun binatang, di ubah dulu bahasanya brot biar nanti pas udah nikah terbiasa" kata Jihan seraya membantu Haniya melepaskan kerudung yang tengah di pakainya.

"Gak bisa gue, susah" kata si manis seraya mencebikkan bibirnya dengan kesal.

"Makannya di biasa-in sayang ku" kata Jihan seraya mencubit pipi bulat Haniya dengan gemas.

"Ck! Padahal gue gak mau nikah sama dia, kenapa coba tadi gue malah bilang mau sih?!!" Jihan hanya terkekeh pelan kala mendengar ucapan si manis barusan.

"Halah sok-sokan gak mau, padahal dalam hati lu udah teriak kesenangan kan" kata Jihan seraya menaruh jarum pentul yang tadi si manis kenakan kembali ke tempatnya semula.

"Gue sumpah-in lu juga nanti bakal nikah sama ustadz, biar lu nanti tau gimana tersiksa-nya gue selama ini" kata si manis seraya melepaskan baju gamis yang tengah di pakai-nya, menyisakan pakaian pendek yang jika ustadz Regan melihatnya pasti akan langsung menyebut di dalam hati.

"Tersiksa! Tersiksa! Baru juga ketemu lu ngomongnya udah kayak begitu, lagian nih ya gue masih belum mau punya suami gue masih mau nge-halu-in Jaemin, kalau nanti ada yang dateng nge-lamar ke rumah pasti langsung gue tolak" kata Jihan seraya mendudukkan tubuhnya di atas ranjang milik Haniya.

"Kalau yang nge-lamar mukanya mirip Jaemin gimana?"

"Hehehe.."

"Asu lu!!"

TBC

Maaf baru bisa ngelanjutin ini book.

Mas Ustadz Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang