Pendekatan

227 99 8
                                    

Setelah selesai memilih baju yang cocok untuk pernikahan mereka, kini keduanya mampir terlebih dahulu kesebuah warung makan sebelum pulang. Sebenarnya si manis sudah menolak namun ustadz Regan tetap bersikeras ingin makan siang bersamanya.

"Kamu ingin makan apa?" tanya ustadz Regan seraya melirik Haniya yang tengah sibuk dengan ponselnya.

"Seblak" jawab si manis tanpa menoleh ke arah ustadz menyebalkan itu.

"Yang lain" jelas dari nada bicaranya ustadz Regan tak suka dengan apa yang calon istrinya itu pilih.

"Loh kenapa? Saya kan mau itu" kata Haniya kesal sembari menaruh ponselnya ke atas meja.

"Saya tak melarang kamu memakan itu, tapi sebelum itu kamu harus memakan nasi terlebih dahulu. Saya tak mau kamu jatuh sakit" kata ustadz Regan sembari berdiri dari duduknya.

"Ustadz bercanda? Saya harus makan nasi dulu sebelum makan seblak?, yang ada perut saya kenyang duluan nanti" kata si manis sembari menatap ustadz menyebalkan itu dengan penuh permusuhan.

"Kamu bisa makan sedikit, yang terpenting perut kamu sudah terisi. Setelah itu kamu bebas ingin memakan apapun" kata ustadz Regan sembari melenggang pergi meninggalkan si manis yang kembali sibuk dengan ponselnya.

"Dia lumayan perhatian juga" kata Haniya sembari tersenyum tipis.

Setelah menunggu beberapa menit akhirnya ustadz menyebalkan itu kembali juga dengan membawa dua piring nasi padang, diikuti oleh satu pelayan yang membawa satu mangkuk Seblak yang sukses membuat mata gadis manis itu berbinar karenanya.

"Makan nasi dulu Han!" peringat ustadz Regan ketika Haniya malah langsung membawa mangkuk berwarna putih itu kedalam pelukannya.

"Ck! Iya, iya. Dasar bawel" kata gadis manis itu kesal seraya mengambil salah satu piring dari tangan ustadz Regan.

"Ini juga untuk kebaikan kamu, saya tak ingin di cap sebagai calon suami yang buruk karena membiarkan kamu sakit" pipi bulat Haniya sukses memerah ketika mendengar ucapan ustadz Regan barusan.

"Ini kan gue mau makan, jadi gak akan ada yang nge-cap situ sebagai calon suami yang buruk" ustadz Regan hanya tersenyum tipis ketika mendengar ucapan calon istrinya itu.

"Jangan lupa baca do'a" kata ustadz Regan menghentikan aksi si manis yang sudah akan memasukkan satu sendok nasi kedalam mulutnya.

"Harus banget?"

"Hmm, yang ini sudah tidak bisa di tawar"

~~~~~~~~~~~~~~~~~

Regan berjalan menghampiri Haniya yang tengah memakai sandal-nya, ia terkekeh kecil ketika melihat gadis manis itu yang tampak tengah menggerutu. Dapat ia tebak jika objek kekesalan calon istrinya itu adalah dia yang mengajak si manis mampir ke masjid terlebih dahulu sebelum pulang kerumah.

"Ck! Ini sandal pake putus segala sih!!" kata Haniya kesal sembari melempar sandal berwarna putih itu ke sembarang arah.

"Kamu kenapa?" si manis tersentak kaget ketika tiba-tiba saja ustadz menyebalkan itu sudah berdiri di sebelahnya.

"Ya ampun!! Situ ngangetin aja" kata Haniya sembari mengelus dada-nya pelan.

"Saya bertanya kamu kenapa" tanya ustadz Regan untuk yang kedua kalinya.

"Tuh! Sandal gue putus" Jawab gadis manis itu sembari menunjuk bangkai sandal-nya yang tergeletak lumayan jauh dari tempat asalnya.

"Tunggu, sejak kapan gaya berbicara kamu berubah?" tanya ustadz Regan yang baru menyadari gaya berbicara Haniya yang jauh berbeda dari sebelumnya.

"Kenapa? Gak seneng?" tanya si manis galak sembari menatap ustadz menyebalkan itu dengan penuh permusuhan.

"Saya lebih suka gaya berbicara kamu sebelumnya" Haniya tak memusingkan ucapan ustadz Regan, dengan kesal ia malah kembali mendudukkan tubuh berisi-nya di lantai masjid.

"Kenapa kamu malah duduk lagi? Katanya mau pulang?" kata ustadz Regan seraya menatap heran calon istrinya itu.

"Emang situ mau gendong gue sampe motor?" tanya si manis ketus sembari membenarkan kerudung-nya yang terlalu maju kedepan.

"Kamu tak berniat berbicara yang sopan lagi dengan saya?" tanya ustadz Regan yang agaknya masih belum menyerah itu.

"Nanya itu mulu heran, pengang nih telinga gue lama-lama dengernya" kata Haniya sembari berdiri dari duduknya, sudah ia putusan akan pulang tanpa alas kaki saja daripada harus berdiam diri disini entah sampai kapan.

"Ayo pulang, gue ngantuk nih mau tidur" ustadz Regan hanya geleng-geleng melihat tingkah calon istrinya itu.

"Tunggu disini, saya akan mengambil motor dulu" kata ustadz Regan yang hanya di tanggapi anggukan oleh si manis.

Tak lama ustadz menyebalkan itu kembali dengan motor ninja hitam kesayangannya.

"Ayo saya akan mengantar kamu sampai rumah" Haniya terdiam sebentar sebelum menaiki motor mahal itu, ia menatap jalan yang akan di pijak-nya dengan tatapan nanar.

"Ayo!! Apa yang kamu tunggu?!" tanya ustadz Regan yang heran melihat calon istrinya itu yang malah diam, padahal tadi gadis manis itu mengatakan ingin pulang.

'Ayo han gak papa, cuma kotor sedikit itu. Nanti sampe rumah bisa langsung cuci kaki' batin Haniya sembari menyemangati dirinya.

Dengan terpaksa akhirnya gadis manis itu menginjak tanah yang kotor, ia bahkan hampir menangis jika sewaktu-waktu ada kotoran ayam yang akan di pijak-nya.

"Kamu lama sekali" kata ustadz Regan sembari memiringkan motor ninjanya untuk memudahkan calon istrinya itu naik.

"Lebih baik situ diem, daripada gak membantu sama sekali" kata si manis kesal seraya mendudukkan tubuh berisi-nya di atas jok motor ustadz menyebalkan itu.

TBC

Masih ada yang nungguin cerita ini kah?

Maaf ya kalau update nya kelamaan, dan juga buat yang bingung kalian bisa baca ulang lagi dari chap satu soalnya ceritanya udah aku revisi dikit-dikit.

Mas Ustadz Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang