Haniya memandangi rumahnya yang sudah di dekorasi sedemikian rupa, pernikahannya diadakan satu minggu lagi dari sekarang. Jadi wajar saja jikalau sekarang ini keluarganya tengah sibuk-sibuknya. Tapi walaupun demikian si manis tak berniat membantu sama sekali ia malah dengan santai duduk di atas sofa sembari mengemil satu toples kue kering.
"Ngeliatin doang lu brot!! Minimal bantuin kek" kata Jihan kesal sembari melempar sang sahabat menggunakan tisu bekas-nya mengelap keringat.
"Dih ogah!! Lagian mereka yang nyuruh gue buat nikah. Jadi tanggung sendiri aja" kata Haniya santai sembari kembali memakan camilan-nya.
"Kalau emang engga mau bantuin, itu kue buat tamu jangan lu embat juga lah brot" kata Jihan sembari merebut toples yang isinya hampir habis itu dari tangan si manis.
"Dih apaan sih kok pelit banget?!!, lagian kan di dapur masih banyak lu ambil lagi aja. Yang ini buat gue" kata Haniya kesal sembari kembali merebut toples itu dari tangan Jihan.
"Hadeh dasar gembrot!! Kerjaannya cuma makan. Inget satu minggu lagi lu mau nikah jangan terlalu banyak makan. Entar pas hari 'h' lu malah berubah jadi babi" kata Jihan sembari berlalu pergi sebelum di amuk oleh sahabat gembrot-nya itu.
"Jihan asu!!" teriak si manis kesal sembari melempar sahabat minus akhlaknya Itu menggunakan batal, namun sayang Jihan sudah lebih dulu pergi sehingga bantal berwarna putih itu malah mencium lantai.
"Ingat Han jika kamu sudah menikah, jangan pakai bahasa kebun binatang kamu itu untuk berbicara dengan ustadz Regan" Haniya terlonjak kaget ketika sang ibu tiba-tiba saja sudah berada di sampingnya.
"Ck! Iyaa Haniya tau, ibu udah ngomong kayak begitu sepuluh kali loh hari ini" kata si manis kesal sembari berdiri dari duduknya.
"Kamu mau kemana itu?" tanya sang ibu galak ketika melihat anak gadisnya itu yang berjalan keluar rumah.
"Aku mau cari angin sebentar" Jawab Haniya sembari menaruh toples yang isinya sudah tandas itu ke atas meja.
~~~~~~~~~~~~~~~~~
"Brot nih martabak dari calon paksu!!" teriak Jihan sembari menaruh kantong plastik kresek hitam yang berukuran besar ke atas meja.
"Gak usah teriak su!! Gue juga denger" kata si manis kesal sembari membuka kantong plastik itu dengan kasar.
"Apaan nih? Kok isinya banyak bener. Dia gak niat kasih ini semua buat gue kan?" kata Haniya sembari menatap beberapa kotak yang berisi martabak itu dengan tatapan tak percaya.
"Ngotak dikit lah brot!! Ya kali calon paksu lu itu mau bikin lu keliatan jadi makin kayak babi. Kecuali kalau lu emang sanggup buat ngabisin ini semua" kata Jihan kesal sembari mengambil satu kotak martabak telur dari dalam kantong plastik.
"Asu lu Ji!! Perasan dari tadi siang lu ngatain gue kayak babi mulu" kata Haniya sembari mengeplak kepala sahabat sipit-nya itu dengan gemas.
"Sakit brot!! Lagian lu kerjaannya makan mulu gak liat tuh badan udah se-gede apa?" kata Jihan sembari memperhatikan tubuh Haniya yang memang sangat berisi itu.
"Lu ngatain gue gendut?!!" kata kesal sembari menatap Jihan dengan penuh permusuhan.
"Gue gak ngatain, tapi faktanya emang begitu" kata Jihan sembari berlari keluar rumah, lebih baik ia menghindar daripada terkena amukan si manis yang sudah siap melempar gadis sipit itu menggunakan apa saja yang di jangkauannya.
"Jihan asu!!" teriak Haniya kesal sembari melempar bantal sofa ke arah sang sahabat yang lagi-lagi harus kembali mencium lantai.
"Haniya kan ibu sudah mengatakan jangan pakai bahasa binatang lagi ketika kamu berbicara!!" si manis buru-buru memasuki kamarnya dengan dua kotak martabak. Ketika mendengar suara teriakan sang ibu yang menggelar memenuhi seisi penjuru rumah.
"Renjun ganteng banget!!" kata Haniya sembari menatap penuh puja sang idola yang tengah bernyanyi membawakan lagu barunya.
"Jun nikahin aku sekarang juga!!" teriak si manis histeris ketika melihat perut sang idola yang tak sengaja terlihat karena bajunya sedikit terangkat.
"Huhuhu.. Perut Renjun makin bagus aja" kata Haniya sembari memakan martabak kacang itu dengan semangat.
"Brot keluar!! Itu ada calon paksu mau apel!!"
~~~~~~~~~~~~~~~~~
Si manis menatap sengit ustadz Regan yang tengah berbincang bersama dengan sang ayah, ingin rasanya ia mengusir ustadz menyebalkan itu dari rumahnya sekarang juga.
"Kenapa?!!" kata Haniya ketus sembari bersedekap dada.
"Ayo Han kesini, katanya ustadz Regan mau bertemu" kata sang ibu sembari tersenyum manis, agaknya wanita paruh baya itu tengah pencitraan di depan calon menantunya.
"Gak mau ah, Haniya ngantuk mau tidur" kata Haniya sembari berniat kembali masuk kedalam rumah.
"Mau tidur atau kamu mau menonton idola kesayangan kamu itu?!" si manis hanya mampu meringis pelan ketika melihat sang ibu yang tengah menatapnya dengan tajam.
Merasa tak memiliki pilihan lain, mau tak mau Haniya memilih duduk di samping sang ibu. Ia menatap sinis ustadz Regan yang tengah menyeruput kopi dengan santai. Seolah tak merasa bersalah karena sudah menganggu acaranya menonton video terbaru sang idola.
"Apa kamu memakan martabak yang tadi saya kasih" tanya ustadz Regan seraya terkekeh kecil ketika melihat wajah calon istrinya itu yang tampak kesal.
"Hmm" balas Haniya malas sembari mengambil satu pisang goreng dari atas piring.
"Di jawab Han" kata sang ibu sembari mencubit bahunya dengan gemas.
"Ahk!! Iya gue makan bangsat!!"
TBC
Maaf kalau ceritanya jadi makin aneh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mas Ustadz
Short Story"Ketika kamu sudah menjadi istriku, maka insyaallah kebahagiaan mu adalah tanggung jawab ku sepenuhnya"