1.Sang Jiwa Terikat

105 1 2
                                    

←_¶_→

Dilarang menjiplak hasil karya saya. Mohon perhatian yang baik yah teman-teman. Membuat karya tidak semudah itu loh.

♪___♪


𝚝𝚎𝚛𝚒𝚖𝚊 𝚔𝚊𝚜𝚒𝚑 𝚊𝚝𝚊𝚜 𝚙𝚎𝚗𝚐𝚎𝚛𝚝𝚒𝚊𝚗𝚗𝚢𝚊.


°

𝓘 𝓱𝓸𝓹𝓮 𝔂𝓸𝓾 𝓵𝓲𝓴𝓮 𝓶𝔂 𝓼𝓽𝓸𝓻𝔂
sємσgα sυкα sαмα cєriταкυ

°

ɦαρρყ ૨εα∂เɳɠ
𝔰𝔢𝔩𝔞𝔪𝔞𝔱 𝔪𝔢𝔪𝔟𝔞𝔠𝔞

″★″

Aku adalah Anita Sarita, gadis cantik rambut pendek yang sebahu dengan sweater rajut berwarna biru langit.

Jurusan fakultas kebidanan. Sepulang dari kampus. Aku selalu menaiki bus, untuk pulang tetapi karena tugas dari dosen pembimbing.

Aku pulang agak telat, sendiri ditengah malam menunggu dihalte bus.

Aku sedang menunggu bus yang biasa ku naiki sambil memainkan HP untuk mengetahui, apakah jadwalnya masuk pagi atau siang.

Bus akhirnya datang pada saat aku selesai melihat grup kampusku.

Saat pintu bus terbuka, aku melihat di dalam sangat gelap.

Akan tetapi, aku tidak menghiraukan hal tersebut dan langsung masuk ke bus.

Aku hanya ingin pulang cepat dan merebahkan badanku, jika sudah sampai nanti.

Di dalam bus, saat aku ingin menepati tempat duduk aku hanya melihat satu orang. Seorang laki-laki yang berpakaian serba hitam yang duduk di paling ujung kursi.

Pada saat itu, aku tidak terlalu memperhatikan gerak-gerik, lelaki tersebut. Aku duduk di tempat ujung kiri yang bersebelahan jauh di kiri belakangku.

Aku mengalihkan pandangan ke jendela kaca. Tiba-tiba, saat aku menoleh ke depan, lelaki tersebut muncul di depanku. Aku tersentak lelaki itu tiba tepat di wajahku.

Lelaki aneh itu berkata, "kau salah."

Aku menatap bingung oleh pelanturan lelaki di depanku. "Apa maksudmu?" tanyaku menatap lelaki itu dengan seulas senyum.

Lelaki tersebut tertawa kecil dan menatapku, matanya sangat merah, itu menakutkan.

Aku tersenyum kecil yang ku paksakan meskipun dalam hatiku penuh rasa takut.

"Kau akan tahu, setelah 15 detik lagi?!" ucap lelaki tersebut. Suara seraknya membuat bulu kudukku merinding.

Aku melihat lelaki itu berbalik dan berjalan mundur dan menatapku dengan seringai menyeramkan sambil menghitung mundur.

Aku bisa mendengar hitungan itu, walaupun sangat kecil, tapi sangat terdengar olehku.

3 ...
2 ...
1 ...
"Waktumu sudah habis."

Setelah suara lelaki itu menghilang dengan dirinya juga menghilang. Terakhir yang kulihat saat pada angka 1, lelaki itu tersenyum lebar dan menghilang. Aku menelan ludah, tiba-tiba guncangan di bus datang saat lelaki itu tidak ada.

Aku berjalan ke arah supir bus, aku takut sendirian jika di belakang. Menghampiri ke tempat bus dengan sedikit susah payah karena guncangan yang di berikan sama seperti gempa bumi di dalam bus.

CarpenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang