Tandai typo readers
Happy Reading
***Hari ini aku punya kesibukan baru yaitu mulai bercocok tanam di halaman belakang. Sebenarnya ini keinginan impulsifku tadi pagi ketika tak sengaja saat bermain media sosial aku melihat postingan ibu rumah tangga yang berkebun di rumahnya.
Kelihatan sangat menyenangkan bisa merawat tanaman-tanaman itu. Nah tadi aku langsung saja pergi ke toko yang menjual bibit-bibit sayuran. Mulai dari seledri, tomat dan cabe.
Sebenarnya ragu sih apa aku bisa merawatnya dengan baik ke depannya. Tapi kalau nggak di coba ya penasaran terus.
Selesai memindahkan semua bibit di polibag ke halaman belakang, aku pun mulai menyirami beberapa batang sayuran itu. Tadi aku membeli masing-masing lima polibag untuk setiap jenis tanaman. Jadi jumlahnya ada lima belas polibag.
Bersenandung riang aku mulai menyirami tanamanku satu persatu.
"Itu apa?"
Aku berjengit kaget mendengar suara dari arah pintu belakang. Ternyata mas Gian baru pulang kantor, kok aku nggak dengar suara mobilnya ya.
"Aku mau berkebun mas," jawabku seraya mematikan keran air. Mendekat kearah suamiku dan meraih tangannya untuk kucium.
"Kamu? Yakin bisa?"
Aku memukul lengannya. Enak saja meragukan kemampuanku. "Bisa lah mas."
Terdengar helaan napas mas Gian. "Di rawat baik-baik."
Aku manggut-manggut paham. Beralih mengambil tasnya, dan mengikuti dirinya yang masuk kamar.
"Mandi dulu mas, aku siapkan bajunya."
"Bikin kan teh hangat ya Mia," pinta mas Gian sebelum masuk kamar mandi.
Aku menyiapkan baju rumah mas Gian. Selesai itu segera melangkah ke dapur, membuat pesanan suamiku tadi.
"Mia, lihat kaos warna hitam mas nggak?"
Selagi mengaduk teh, aku mendekati mas Gian yang bertelanjang dada keluar kamar.
"Itu di lemari kan banyak kaos warna hitam mas. Lagian aku udah siapin loh bajumu di kasur situ, kenapa malah cari yang lain."
"Aku lagi kepengen pake baju kaos hitam," jawab Mas Gian.
Aku geleng-geleng kepala mendengarnya. "Yaudah pake aja yang ada di lemari mas, banyak itu."
"Bukan yang itu Mia," protes mas Gian.
"Terus yang mana? Katanya kaos warna hitam."
"Itu loh yang ada gambar daun di depannya. Yang sempat kena cat, waktu bantuin ngecat dirumah tetangga."
"Udah cari di lemari belum?" Tanyaku.
"Udah, tapi nggak ada."
Aku berjalan masuk ke kamar. Meletakkan teh di atas meja nakas lalu berjalan ke arah lemari.
"Minum dulu tehnya. Aku cariin bajunya," kataku.
Mas Gian menurut. Ia duduk di pinggiran kasur seraya menyeruput teh hangatnya.
Dengan telaten aku mengecek semua jajaran baju kaos mas Gian di lemari. Mencari kaos hitam yang di maksud. Lagian suamiku ini ngapain coba mau pake baju yang susah di carinya. Pusing aku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Look Like A Normal Husband
General FictionSuami normal menurut kalian tuh gimana sih? Apa kayak suamiku yang tingkah lakunya sama sekali nggak bisa di prediksi? Kadang baiknya minta ampun tapi di lain sisi pelitnya juga minta ampun. Kadang cerewet dan bisa juga seharian nggak ngomong apapun...