Dua minggu semenjak aku menangis terisak dalam pelukan mas Gian sudah berlalu. Selama itu pula, suamiku berusaha tidak menyinggung perasaanku lagi. Dia sudah melihat gimana sedihnya aku saat itu, jadi ku pikir mas Gian merasa perlu berhati-hati ketika berbicara padaku.
Bisa ku rasakan semenjak dua minggu ini, dia selalu menanyakan pendapatku terkait apapun itu. Dia berusaha lebih peduli padaku, ya aku rasa itu perubahan yang baik. Seperti yang kalian tau kalau suamiku itu hidupnya lempeng lempeng aja, jarang komunikasi sama aku kalau dirumah. Tapi semenjak kejadian tangisan dua minggu lalu, dia jadi banyak ngomong kalau berdua sama aku di rumah. Bagus kan? Kalau tau begitu, kenapa nggak dari dulu aja aku nangis meraung di depan dia. Kan jadinya dia banyak ngomongnya.
Kalau nangis di depan mas Gian aku cukup sering. Tapi nangis yang sampe sedramatis dua minggu lalu belum pernah. Hari itu pertama kalinya. Biasanya aku nangis ya paling karena kesel atau nggak karena badanku capek jadi merengek ke dia. Nangis nangis manja gitu lah ya.
"Sibuk mikirin apa? Sampe aku buka pintu rumah kamu nggak sadar," ujar suamiku seraya mengusap surat rambutku dengan lembut. Aku menggeleng dan tersenyum manis padanya. Suka sekali sama perhatian kecil yang belakangan ini dia berikan.
"Keasikan nonton kayaknya, sampe aku nggak denger kamu masuk rumah." Mas Gian tersenyum memaklumi. Ia menuang air minum ke gelas dan menenggaknya langsung sekali minum.
Aku berjalan ke arah pintu, mengatur letak sepatu kantornya ke dalam rak sepatu samping pintu masuk rumah. Lalu berbalik ke arah untuk salim. Seharusnya salim dulu tadi, tapi aku lupa.
"Katanya hari ini lembur, Mas," tanyaku seraya mengambil alih tas kantornya. Mengikuti suamiku dari belakang menuju kamar kami.
"Nggak jadi. Ternyata kerjaannya bisa ke handle lebih cepat dari yang aku perkirakan," jawabnya. Aku memberikan handuk padanya, dan mendapat ucapan terimakasih serta elusan lembut di lengan atasku.
Selagi menunggu suamiku selesai mandi, aku melakukan kegiatan wajib sebelum tidur. Skincare-an, biar wajahku nggak keriput banget lah. Masih muda gini masa udah banyak garis halus sih. Sekalian buat mempercantik diri di depan suami, kan nggak ada salahnya.
Dengan fokus aku berkutat dengan segala jenis skincare untuk wajahku. Mulai dari pelembab, toner, serum dan lain-lain. Selesai dengan rutinitasku, aku beranjak keluar kamar. Sepertinya televisi di luar belum aku matikan.
Keluar dari kamar, mematikan televisi dan meminum air menuntaskan kering yang terasa di tenggorokan. Aku melihat makanan di kulkas dan berinisiatif memanaskannya. Kayaknya mas Gian belum makan malam. Selain memanaskan makanan, aku juga membuatkan teh jahe hangat untuknya.
Selesai dengan segala kegiatanku di dapur, aku menata makanan yang siap di santap lengkap dengan teh jahe hangat yang tampak mengeluarkan asap panas dari dalam gelas.
Aku kembali ke kamar untuk memanggil mas Gian. Dia pasti sudah selesai mandi. "Mas, makan malam dulu yuk. Aku juga siapin teh jahe buat kamu," kataku begitu melihat mas Gian yang baru saja keluar dari kamar mandi dengan handuk yang tersampir di pundaknya. Rambutnya terlihat masih basah, meneteskan beberapa butir air.
"Di lap dulu itu rambutnya. Nanti lantai kamar jadi basah loh," suruhku seraya berjalan mendekatinya. Mengambil alih handuk yang tersampir di pundaknya, meminta dirinya sedikit menunduk ke arahku. Dengan perlahan aku mengusap rambut basahnya menggunakan handuk di tanganku.
"Nah udah, sekarang ayok makan malam dulu," ajakku setelah selesai mengeringkan rambutnya.
Kami berjalan beriringan menuju meja makan. Aku menyediakan satu piring makanan untuk mas Gian terlebih dahulu setelah itu baru kemudian aku ikut makan. Tapi aku nggak makan berat kalau sudah malam begini, cukup roti dan susu hangat aja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Look Like A Normal Husband
Ficción GeneralSuami normal menurut kalian tuh gimana sih? Apa kayak suamiku yang tingkah lakunya sama sekali nggak bisa di prediksi? Kadang baiknya minta ampun tapi di lain sisi pelitnya juga minta ampun. Kadang cerewet dan bisa juga seharian nggak ngomong apapun...