[6/10]

433 59 0
                                    

Setelah menunggu beberapa saat, kini teman Rin yang bernama Leon sudah sampai di rumah sakit dan sudah menjalankan pemeriksaan.

Hasilnya Leon bisa membatu temannya Rin dan istrinya, tidak menunggu lama, setelah proses donor darah selesai, (name) segera di pasangkan infus untuk transfusi dan infus untuk vitamin.

Beberapa jam kemudian (name) sudah mulai mendapatkan kesadarannya kembali, Rin benar benar berterimakasih kepada Leon.

Setelah berbincang lama, Leon memilih pamit pulang karena waktu juga sudah malam.

"Pulang dulu Rin, semoga istrinya cepat sembuh, nanti laiharan jangan lupa undang ya"

"Iya, hati hati pulangnya Leon, makasih banget udah bantu"

"Santai, kayak sama siapa aja"

Leon berjalan menjauhi rumah sakit dan pulang, tidak lama setelah itu (name) sadar.

"Rin" suara serak (name) memasuki indera pendengaran Rin, membuat Rin dengan cepat menoleh dan mendekat.

"Sayang, gimana perasaan kamu? Ada yang sakit?"

(Name) menggelengkan kepalanya.

"Rin, aku sakit apa? Bagaimana darah bisa keluar dari perutku?"

Rin mengusap kepala (name) lembut.

"Kamu nggak sakit sayang, ada nyawa di perutmu, kamu pendarahan tadi"

"Nyawa? Aku hamil?"

"Iya, usianya sekitar satu Minggu"

"Terus gimana keadaan bayinya? Dia baik baik saja kan?"

"Dia baik baik saja, kamu jangan khawatir"

Keadaan menjadi hening, tidak lama (name) kembali membuka topik.

"Bagaimana dengan Leira?"

Rin diam, namun tidak lama menjawab pertanyaan dari (name).

"Dia di penjara, dengan tuduhan percobaan pembunuhan"

"Ha? Tapi aku tidak separah itu sampai disebut percobaan pembunuhan"

Rin terdiam.

"(Name) kamu tau? Kamu dan bayi kita hampir tiada, siapa yang bilang kondisimu tidak parah? Kamu hampir kehabisan darah jika tidak segera ada pendonor, aku sampai menghubungi hampir semua kenalanku bertanya golongan darah mereka!" Rin sedikit sepertinya sedikit marah.

Rin marah pada (name) karena menganggap enteng kondisinya, ini bisa di cegah jika (name) memberitahu Rin apa yang dirinya rasakan

"Maaf Rin" sepertinya pengaruh dari hormon kehamilan (name) juga berefek sekarang, karena itu (name) menjadi sangat sensitif.

Melihat (name) menangis, Rin hanya bisa menghela nafas berat dan memeluknya, dia tidak tega harus melihat istrinya bersedih seperti ini.

"Shhh,,jangan menangis, maaf aku terbawa emosi, aku hanya menghawatirkanmu, aku tidak mau sesuatu seperti ini terulang lagi, kamu paham? Jika ada yang kamu rasakan langsung beritau aku, jika aku tidak ada beri tahu keluarga yang ada di dekatmu"

Rin berusaha menenangkan (name), dia merasa bersalah, seharusnya di saat seperti ini dia tidak memarahi (name) dan menenangkannya.

"Dan sayang, kamu tau?"

"Tidak" jawab name dengan cepat sebelum Rin menyelesaikan ucapannya.

"Dengarkan aku dulu!"

"Iya iya,, apa?"

"Kak Raisa juga sedang hamil, usianya 3 Minggu"

Mendengar itu mata (name) menjadi berbinar.

"Benarkah? Wahh,, kalau begitu bayi ku dan kak Raisa akan seperti kembar nanti"

Daksinapati✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang