Rin memandang kondisi kacau di rumahnya, ia melihat mata istrinya yang bengkak dan merah. Rin segera mendekat dan bertanya ada apa.
Melihat kedatangan Rin membuat (name) tidak bisa menahan diri. Ia segera berlari memeluk Rin walau badannya terhuyung.
Rin segera mendekat dan menangkap tubuh istrinya.
"(Name) kenapa kamu berlari seperti itu?! Bagaimana kalau kamu jatuh tadi? Kamu ingatkan kamu sedang dititipkan satu nyawa lagi di perutmu" Rin berkata dengan nada khawatir bercampur marah.
Namun (name) tidak menjawab dan hanya menangis di pelukan Rin sambil memukul dada suaminya itu dengan pelan. Dia sangat bersyukur bahwa apa yang ia lihat tadi hanya mimpi.
"Bodoh! Rin bodoh!" (Name) hanya mengumankan kalimat itu berulang kali.
Ayah dan semuanya terlihat lega melihat kondisi Rin baik walau ada beberapa luka.
"Apa yang terjadi denganmu Rin?" Ayah segera memecah suasana.
"Itu, tadi ada kecelakaan beruntun, untungnya Rin segera keluar dari mobil dan terselamatkan walau mendapatkan beberapa luka, namun karena kondisinya cukup parah membuat jalan sangat macet, dan Rin kehilangan ponsel. Jadi rin hanya bisa memesan taksi walau tertunda karena jalan" Rin menjelaskan sambil mengusap rambut istrinya yang masih menangis di pelukannya.
"Kenapa kamu tidak meminjam orang lain disana?"
"Ayah, Rin mendapatkan beberapa luka, dan kondisi di sana sangat kacau dan berdesakan, Rin tidak mungkin berdesakan dengan kondisi seperti ini"
"Sudah sudah ayah, yang penting Rin selamat, sini obati dulu lukamu, kebetulan masih ada dokter disini"
Rin Mengangguk dan menggendong (name), dia mendudukkan (name) di atas pangkuannya walau dalam keadaan terluka Rin tetap ingin membuat istrinya nyanan.
(Name) juga tidak mau melepaskan pelukannya pada suaminya ini.
"Kenapa bisa ada dokter dirumah?"
"Tadi (name) pingsan karena histeris melihat berita, dasar kalau kamu ada lembur atau apapun jangan lupa mengabari istri dan keluarga!" Raisa menyela pembicaraan, matanya juga merah karena menangis, ia mengkhawatirkan kondisi kedua adik iparnya itu.
"Kan belum tentu itu Rin"
"Tapi ciri ciri korbanya sangat mirip denganmu!"
Rin hanya menghela nafas berat dan meminta maaf pada semuanya karena membuat mereka khawatir.
Mungkin karena terlalu lelah menangis, (name) tertidur dalam pelukan Rin. Merasakan (name) yang tertidur Rin meminta dokter untuk segera menyelesaikan perawatan lukanya, ia ingin segera membawa (Name) kekamar agar istrinya ini dapat beristirahat dengan nyaman.
Setelah selesai mendapatkan penanganan pertama pada lukanya, Rin segera membawa (name) kekamar dan membaringkan tubuhnya di atas ranjang dengan pelan, setelahnya Rin segara membersihkan diri.
Rin meringis merasakan perih karena beberapa luka kecil di beberapa bagian, meski begitu Rin berusaha menjaga luka yang besar untuk tetap dalam keadaan kering.
Selesai mandi Rin segera berganti baju dan merebahkan diri di ranjang sambil memeluk istrinya.
Meski Rin sudah memejamkan mata, namun Rin masih tidak bisa tidur. Mau bagaimanapun ia baru selamat dari maut, jika saja ia tidak melihat anak kecil yang duduk sendiri di pinggir jalan, ia pasti tidak akan selamat.
Flash back
Walau Rin sedang terburu buru, ia tetap memperhatikan peraturan lalu lintas, ia masih ingin melihat istri dan calon anaknya nanti.
Saat Rin menoleh, Rin melihat anak perempuan kecil yang menangis di pinggir jalan, sepertinya ia terpisah dari orang tuanya.
Akhirnya Rin memutuskan untuk turun, tidak lupa Rin membawa dompet untuk berjaga jaga.
"Adek, adek sedang apa disini? Di mana orang tuanya?"
Gadis kecil itu berlari tanpa khawatir ke arah Rin, dia menangis sesegukan.
"Ka-kakak tampat, aku-aku terpisah dengan ibuku tadi, saat aku ingin membenarkan sepatuku, ibuku sudah tidak ada huaaa"
Rin yang panik melihat gadis kecil itu menangis berusaha menenangkannya, namun ia mendengar pekikan dari orang orang yang lewat, mata Rin melebar melihat mobil yang berjalan bebas dengan kencang, padahal lampu masih menunjukkan merah.
Rin segera meraih gadis kecil itu dan memeluknya, kemudian Rin melompat menjauh, hasilnya beberapa bagian tangan dan dahi Rin tergores dengan aspal dan terluka, namun ia sangat bersyukur masih diberikan kesempatan untuk melihat istri dan calon anaknya nanti.
Flashback end
Rin menghela nafas, namun ia merasakan istrinya (name) berbalik dan memeluknya erat, sepertinya ia terbangun, Rin merasakan (Name) meremas erat bajunya, bahunya juga bergetar, Rin tau (Name) menangis lagi.
"Shhh sayang sudah, jangan menangis lagi ya" Rin terus mengusap rambut dan punggung (Name) dengan lembut, berusaha menghiburnya.
"Jangan tinggalkan aku" suara (name) sangat lirih namun Rin masih bisa mendengarnya.
"Aku disini, aku tidak akan meninggalkanmu kemanapun"
"Aku mencintaimu" ucapan dari (name) membuat Rin mematung, sesaat kemudian dia tersenyum haru.
Selama satu tahun menikah dengan (Name) Rin belum mendengar ucapan cinta dari (name), ia kira (name) masih belum mencintainya, namu selama ini Rin sangat mencintai istrinya ini.
Rin berusaha keras untuk mendapatkan kasih sayang dan cinta dari (name), ternyata usahanya tidak sia sia, akhirnya ia bisa mendengar ucapan cinta dari istrinya setelah menanti lama.
"Aku juga mencintaimu dan aku tidak akan pergi darimu begitupun sebaliknya" Rin mengangkat wajah istrinya agar ia dapat melihatnya.
Terlihat mata (name) yang bengkak dan merah karena menangis, Rin mencium kedua mata (name) kemudian dia mencium seluruh wajahnya.
Di bagian akhir ia mencium bibir istrinya dengan lembut tanpa nafsu, hanya cinta dan kasih sayang yang terasa dalam ciuman ini.
Setelah puas lama berciuman, pasangan suami istri ini berpelukan bak Teletubbies membagi kehangatan satu sama lain. Lampu mati dengan otomatis, Rin semakin mengeratkan pelukannya pada name dan terlelap bersama dalam kehangatan.
Mereka mengakhiri hari penuh cerita ini dengan berbagi kehangatan dan memori manis untuk mereka berdua.
******
Bab 8, terima kasih sudah membaca dan jangan lupa vote dan komen.
KAMU SEDANG MEMBACA
Daksinapati✔️
Fanficdalam bahasa sansekerta 'daksinapati' berarti suami yang jujur, namun apakah Itoshi Rin yang hanya menikahi ku karena sebuah insiden dapat memenuhi harapanku itu?. namun siapa sangka, di balik sikapnya yang dingin, ada banyak curahan cinta untuk ist...