Misteri malam

18 2 0
                                    

Dentingan waktu tak bisa memungkiri malam yang semakin pekat. Bagaikan seorang raja sang penguasa malam, rembulan tengah menyembulkan benderang yang hampir saja terkira bahwasannya mentari kan segera menyingkirkan malam dikemudian.

Berjalan secara tergesa seorang gadis tengah gemetar sembari mendekap beberapa buku yang ia bawa tepat sebaris pada ulu hatinya. Untuk sesekali ia menoleh, meratap pada luasnya pepohonan rindang yang tengah bergoyang disebabkan oleh desiran angin malam.

Jalanan lengang dengan temeram lampu yang menghias indah pada setiap tapakan jalan. Tak ada yang perlu ditakutkan pada jalanan yang sebentar lagi memperlihatkan arah pulang, namun naasnya buku yang semula ia dekap erat malah jatuh berantakan.

Tampak ia tengah menghela nafas berat. Tidak ada pilihan lain bagi dirinya selain berjongkok terlebih dahulu daripada langsung berlari tanpa menghiraukan buku yang kini berserakan.

Degup jantung seorang gadis mulai mengencang hingga membuat gemuruh pada dada, bahkan tak henti-hentinya ia mengumpat penuh cercaan sampai memuji asma sang pencipta.

"Ya Rabbi.."

"Ya Rabbi.." gusarnya.

Diliriklah jarum pada jam tangan miliknya, waktu telah menunjukkan pukul dua belas malam dan dirinya hanya sendirian ditengah taman asrama. Tanpa adanya ponsel ataupun alat elektronik semacamnya, untuk saat ini ia benar-benar ingin menyumpahi seluruh alam raya.

"Jiambretttt!!"

Desiran angin malam tengah berhembus kencang, menyibak gamis yang ia kenakan. Selepas membereskan buku yang baru saja berjatuhan, ia bergegas melewati jalanan sunyi demi menuju kamar walau hanya seorang diri.

"Ck"

"Masih jauh.." ia menghela dada pelan sembari setengah berlari kedepan.

Asrama Siti Khadijah ialah asrama dengan gedung bertingkat empat yang terletak paling ujung pada keseluruhan taman asrama, berhadapan langsung dengan gudang yang kerap kali dibicarakan oleh para santriwati sebagai gedung milik sang ghaib.

Ia bergidik merinding bilamana harus membayangkan bahwasannya ia masih akan berbelok kearah kiri terlebih dahulu untuk bisa sampai pada asrama Siti Khadijah.

*

Malam semakin menunjukkan sepinya, tanpa henti ia melangkah setelah berbelok pada jalanan taman. Kini seorang gadis telah melepas sepasang sandal, bersiap untuk lekas memasuki pintu asrama yang hampir terkunci sepenuhnya.

Gelap telah membanjiri seluruh penampakan dari gedung asrama. Tentu saja karena pukul dua belas malam telah berlalu sedikit lebih banyak. Kini ia telah menjejakkan kaki pada sebuah lorong menuju lantai dua hingga berlanjut menuju lantai tiga.

Bruk

Bruk

"Ya ukhti.." panggilan dalam gelap itupun berhasil memburu seluruh rasa tegang.

Walaupun cercah tak terlalu kentara, dengan hati gusar ia terus menapakkan kaki pada anakan tangga.

"Ya ukhti..!"

Kali ini ia benar-benar melangkahkan kaki begitu cepat tanpa menelengkan kepala sekalipun.

Dalam langkahnya yang seolah sedang diburu, ia bingung bukan kepalang kala bahu yang semula enak-enak saja saat hendak diregangkan, kini menjadi sepenuhnya menegang selepas tepukan dari satu tangan jail pada belakang bahunya tepat.

"ASTAGHFIRULLAH!! SYAITON, eh.. SYAITON!!" Berjingkat ia dengan segenap tenaga hendak mengarahkan pukulan pada sumber suara dengan beberapa buku yang tergenggam erat dalam pelukannya.

Riana hunaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang